Dua hari yang lalu aku masih meyakini jika di kota ini aku akan meratapi kandasnya cintaku sendirian, tanpa siapapun yang mengenalku.
Tapi tuhan maha baik, dia mengirimkan Affan untukku. Sejak bertemu kemarin perasaanku saat ini jauh lebih baik.
Aku bisa berkeluh kesah kepadanya dan dia dengan senang hati mendengarkanku meski terkadang dia masih melontarkan kalimat-kalimat ejekan yang acap kali membuatku kesal.
Tapi aku masih tetap merasa beruntung karena dipertemukan dengannya. Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan jika aku tetap seorang diri di sini.
"Lo ngelamunin apaan coba? Ngelamunin tunangan lo yang lagi liburan di Bali?"
Aku mendengus ketika mendengar ucapannya, "jangan dibahas lagi deh, lo kan bilang mau ajakin gue refreshing hari ini, kek percuma banget refreshing tapi yang dibahas Albi lagi," dumalku.
"Ya abisnya lo pagi-pagi udah ngelamun, kalo bukan ngelamunin mas Albi emang lo mau ngelamunin siapa?"
"Gue tuh lagi bersyukur sama Allah karena udah datengin lo,"
"Uh waw haruskah gue tersanjung?" Affan menoleh kepadaku ketika mobil yang dikendarainya berhenti di lampu merah lantas dengan cepat kugeplak kepalanya.
"Serah lo Fan, seraaah!" Aku membuang muka ke arah depan sambil bersendekap di dada sementara Affan hanya tertawa saja.
Setelah tawanya terhenti suasana di dalam mobil jadi hening, aku masih malas untuk berbicara kepadanya.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, sekilas aku menatap papan penunjuk jalan yang memberitahukan jika kami memasuki wilayah Kabupaten Malang.
Awalnya pemandangan di sekitar jalan sama saja seperti kota Malang namun kemudian pemandangan di sepanjang jalan berubah menjadi lebih asri bahkan sangat hijau.
"Ini pabrik tehnya nggak dikomplek industri gitu?" Aku bertanya sambil memerhatikan kondisi disekitar yang kini sudah terhampar perkebunan teh.
"Nggak, kakeh gue dulu mikir efisiensi pengiriman bahan baku jadi ya nyari tempat yang deket sama perkebunan,"
Mobil mulai berkelok-kelok, jalan yang kami lalui mulai naik turun dan hanya ada hamparan teh beserta tanaman hijau lainnya pertanda kami sudah memasuki area perbukitan.
Dari kejauhan terlihat sebuah gerbang besi yang menjulang. Laju mobil Affan memelan lalu akhirnya berhenti di depan pagar.
Seorang security bergegas membuka gerbang, sepertinya dia sudah hafal dengan plat mobil yang dikendarai oleh Affan.
Dibalik pagar besi tersebut ternyata ada bangunan pabrik yang cukup panjang dan besar. "Mau ikut masuk?" Tanya Affan ketika selesai memarkirkan mobilnya.
"Nggak deh, entar dikira gue ini calon nyonya, gue males ladenin tatapan penuh tanya bawahan lo,"
"Mau keliling kebun teh?"
"Sendirian?"
"Nanti gue minta orang nganterin lo pake buggy car, gimana? Atau mau nunggu gue selesai cek pabrik dulu?"
"Minta orang aja, nggak enak nungguin lo sendirian,"
Tok tok tok
Aku menoleh ketika mendengar suara kaca mobil yang diketuk dari luar, sepertinya kami terlalu lama di dalam mobil.
Affan bergegas keluar sedangkan aku masih sibuk mengenakan masker dan kacamata.
Setelah memastikan wajahku tidak terlihat aku keluar dari mobil, Affan sedang mengobrol dengan seorang perempuan yang kutahu adalah asistennya.
"Oh iya Fa, kenalin ini temen gue Kayla,"
"Kayla yang bikin lo ditonjok tempo hari?"
Aku meringis di balik masker, sepertinya Albi menghajar Affan di hadapan orang banyak. "Bukan, yang itu Shakayla, ini Kayla," Affan rupanya mengelak, dia menjaga privasiku.
"Kayla," aku menyodorkan telapak tanganku ke arah Farida, "Farida," perempuan ini seperti sedang menilaiku, apa dia berpikir jika aku adalah kekasih Affan?
"Fa, minta tolong cariin orang buat supirin buggy car, Kayla mau keliling perkebunan," Farida hanya mengangguk tapi matanya menatapku dengan tatapan yang sedikit tajam.
"Lo lama nggak ngecek pabriknya?" Aku bertanya ketika Farida sudah pergi.
"nggak kok, cuma lihat-lihat sebentar, nanti gue susuli kesana,"
Tak butuh waktu lama Farida kembali dan sebuah buggy car datang dari arah samping pabrik.
"Tuh mobilnya udah dateng,"
Mobil berhenti dan aku segera menaikinya "pak bawanya santai aja, jangan ngebut-ngebut dan lo Kay, kalo ada apa-apa telepon gue selalu standby," pesan Affan kepada sang pengemudi dan aku yang membuat Farida menatap tidak suka kepadaku.Kalau begini sudah jelas si Farida ini memang memiliki rasa kepada Affan. Terserahlah aku juga tidak peduli, aku kemari untuk menyegarkan pikiran bukan untuk mengurusi hati orang lain.
Jika Farida memang cemburu itu haknya, lagi pula Affan juga sudah dengan jelas mengenalkanku sebagai teman bukan sebagai kekasih.
Akhirnya buggy carnya berjalan sedangkan Affan masih menunggui hingga buggy car yang kutumpangi bergerak menjauh.
Ketika buggy car mulai menjauh dari area pabrik hanya tersisa hamparan perkebunan teh yang luas, terlihat beberapa pemetik teh yang sedang bekerja.
Tidak ada kebisingan lalu lalang kendaraan, hanya terdengar suara angin dan burung, begitu menenangkan. Ditambah dengan udara dingin dan suasana yang syahdu.
Membuatku merasa jika aku baik-baik saja walaupun tanpa Albi disisiku, aku masih bisa hidup, aku masih bisa merasakan indahnya dunia.
Lama aku berkeliling ketika akhirnya aku melihat tembok pembatas dan sebuah pagar besi, terlihat hamparan bunga matahari di luar pagar.
"Pak coba kesana,"
"Tapi pak Affan bilang untuk berkeliling perkebunan teh saja mbak.""Nggak apa-apa biar nanti saya yang bilang sama Affan, kalo bapak dimarahin nanti saya yang marahin Affan balik,"
Akhirnya kami mendekat ke area pembatas, ada dua orang security di sana. "Bapak di sini aja, saya cuma mau lihat keluar sebentar,"
"Tapi mbak-," aku menggeleng "saya cuma mau foto di luar sebentar bapak bisa nunggu di sini sama bapak security,"
"Permisi pak, bisa tolong buka gerbangnya?" Dua orang security itu menatapku dengan tatapan bingung, mungkin karena tidak pernah melihatku di sini.
"Ini calon istrinya pak Affan," kedua ornag security itu bergegas membuka gerbang setelah mendengar ucapan sang pengemudi.
"Eh bukan pak, saya cuma temannya,"
"Loh saya pikir mbak ini calon istrinya pak Affan, karena selama ini pak Affan nggak pernah bawa perempuan ke pabrik, jadi saya pikir pak Affan bawa calon istrinya supaya tahu area pabrik,"
"Bukan, calon suami saya di Jakarta, saya di sini cuma mau liburan,"
'Calon suami mana yang lo maksud Kay? Albi? Bisa-bisanya lo masih nyebut dia!'
Akhirnya setelah memberi penjelasan ketiga orang itu membiarkanku keluar dari gerbang.
Senyum kembali merekah di wajahku, aku tidak menyangka ada kebun bunga matahari di sini. Apa lagi bunganya baru mekar jadi terlihat sangat cantik.
Dengan langkah perlahan kususuri kebun bunga ini, aku masuk ke dalam area kebun untuk berfoto, tinggi pohonnya hampir menyamai tinggi badanku membuat foto yang kuambil terlihat bagus.
Aku terus melangkah hingga akhirnya menemukan ujung kebun ini yang ternyata berbatasan dengan jurang, tapi disebelahnya ada jalan kecil menuju jalan utama.
Aku yang merinding setelah melihat ke bawah akhirnya melangkah dengan cepat untuk kembali ke jalan utama.
Namun karena salah berpijak aku terpeleset hingga akhirnya jatuh dan berguling-guling.
"Aaakkkkhhhhh,"
Sesuatu yang keras terasa menghantam kepalaku, membuatku merasakan sakit yang luar biasa sebelum akhirnya kesadaranku hilang ditelan kegelapan yang pekat.
![](https://img.wattpad.com/cover/324270945-288-k723979.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH YUK?
أدب نسائيSetelah kupikir berulang kali, penikahan kita tidak akan adil bagi kamu mas. Kita akan terikat dengan pernikahan, tapi kamu menikahiku bukan karena cinta. Pernikahan yang akan kita jalani nanti akhirnya akan menjadi beban untukmu. Kamu harus berpura...