Bagian 19 (21+)

224 14 1
                                        

Hari sudah larut ketika aku kembali ke kantor untuk menjemput Kayla tapi rupanya dia sudah tertidur dengan lelap di atas sofa ruang kerjaku.

Padahal ada kamar yang terhubung langsung dengan ruang kerjaku tapi dia malah tertidur di sofa dengan kaki tertekuk seperti itu.

Kududukkan tubuhku di atas meja menatapnya yang nampak nyenyak, perlahan jemariku terulur mengusap pipinya.

Tapi sepertinya sentuhan lembutku mengusiknya "mas?" Sapanya dengan suara serak.

"Pindah ke kamar ya sayang," kusurukkan kedua lenganku satu di bagian bawah lehernya dan satu lagi di bawah lututnya.

Kurengkuh tubuhnya ke dalam gendonganku membuatnya reflek mengalungkan kedua lengannya di leherku.

Kubawa tubuh ringkihnya ke dalam kamar "sudah makan?" Tanyaku setelah menurunkannya di atas ranjang "sudah, mas sendiri gimana?"

"Sudah juga, kamu istirahat lagi mas mau bebersih sebentar," pamitku.

Tak lama setelah selesai membersihkan diri aku kembali ke kamar dan kudapati dia masih terjaga, nampaknya Kayla baru saja berganti pakaian.

Kayla berbaring hanya menggunakan tanktop tanpa tali dan short pants setengah paha.

Aku mendekat ke arah ranjang kemudian kuraih selimut dan menutupi tubuhnya sampai dada.

Jujur saja laki-laki dan nafsunya bukanlah kombinasi yang baik, sejak kami tinggal bersama aku selalu berusaha keras untuk menahan diriku agar tidak sampai keluar batas tapi Kayla sepertinya memang sengaja menggodaku setiap hari.

"Gerah mas," Kayla menyingkap selimutnya kemudian bangun dari posisi rebahnya.

Dadanya terlihat membusung karena pakaian yang dikenakannya sepertinya kekecilan.

"Baju kamu kekecilan?" Kayla menunduk dan sialnya dia malah sengaja mengusap dadanya.

Shiit

"Keliatan besar ya mas?" Kupalingkan wajahku secepatnya, sepertinya karena melihat tingkahku suara tawa Kayla terdengar membahana di dalam kamar.

"Mas nafsu ya?" Godanya bahkan dia sengaja mendekatiku dan mengusapkan dadanya di lenganku.

"Kay," geramku memperingatinya tapi suara tawanya semakin terdengar bahagia.

"Ya enggak apa-apa dong mas, bulan depan juga kita nikah," aku menoleh dengan cepat ke arahnya.

"Apa kamu bilang?"

"Mas kan bilang kita bisa nikah kapan aja aku siap, aku siapnya bulan depan  eh tepatnya dua minggu lagi sih, benar kan ya? Tanggal satu dua minggu lagi kan?"

Aku menatapnya dengan tatapan tidak percaya, "tadi aku telepon mama bilang kalau aku setuju nikah sama kamu terus mama nanya mau kapan nikahnya ya aku bilang secepatnya aja terus kata mama ditanyain dulu sama pemangku adatnya abis itu sore tadi mama telepon lagi bilang kalo bulan depan bagusnya tanggal satu sama dua tujuh ya aku pilih tanggal satu,"

Kuraih tubuh ramping Kayla dan kududukkan di atas pangkuanku, dengan tidak sabar kupagut bibirnya.

Kayla nampak terkejut dengan apa yang baru saja kuperbuat tapi setelahnya dia malah memejamkan mata dan mengalungkan lengannya di leherku.

Kusesap bibir bawahnya dengan lembut sambil kuposisikan tubuh kami menjadi terbaring di atas ranjang.

Setelah puas merasakan bibir Kayla ciumanku beralih ke dagu lalu turun ke lehernya, Kayla sontak menengadahkan wajahnya agar aku bisa semakin bebas mencumbui lehernya.

"Ahh shhhh," tubuh Kayla terasa menggelinjang ketika aku dengan sengaja menjilat kemudian menyesap satu titik di lehernya.

Puas meninggalkan banyak bercak kemerahan di lehernya ciumanku merambat turun ke bagian atas dadanya yang tidak tertampung cup tanktop seperutnya.

"Masssh dada aku sesak," tanganya lepas dari tubuhku dan hendak menurunkan resleting tanktopnya tapi kutahan tangannya dan kugantikan dengan tanganku yang menurunkan resletingngya.

"Kalau sesak kenapa di pakai?" Dengan cepat aku melepaskan pakaian itu dari tubuh Kayla dan membuangnya sembarangan.

"Sengaja, mau lihat mas normal apa enggak," aku berdecak mendengar ucapan tidak berdosanya itu.

Kuraih tangannya dan kusentuhkan ke selangkanganku "masih berpikir kalau mas nggak normal?"

Wajah kayla nampak bersemu membuatku gemas dan kembali menaikkan wajahku hingga sejajar dengan wajahnya lalu kulumat lagi bibirnya yang kini nampak sudah menebal karena hisapanku tadi.

"Uggghhhh," aku mengerang disela-sela pagutan kami karena merasakan jemari Kayla dengan lembut mengusap pangkal pahaku, awalnya hanya mengusap namun lama-kelamaan usapan itu menjadi remasan membuatku jadi hilang kendali.

"Kamu diajarin siapa Kay? Kenapa kamu jadi nakal begini?" Kayla tertawa "diajarin teman, katanya kalau diusap semakin keras dan membengkak berarti mas normal,"

"Yang bilang mas nggak normal siapa?"

"Aku kemarin kan cerita meski kita tinggal serumah dan aku bajunya minim semua mas nggak pernah tergoda jadi kata dia harus di tes mas masih normal atau udah belok," aku kembali berdecak mendengar ucpaannya, dia saja yang tidak tahu hampir setiap malam aku harus berendam dengan air dingin setelah kami bermesraan.

Dengan tidak sabar aku bangkit untuk melepaskan celana kerja hingga celana dalam yang kukenakan, Kayla nampak terkejut dengan sesuatu yang menggantung di pangkal pahaku.

Dengan cepat aku kembali menindih tubuhnya dan mengarahkan tangannya untuk menyentuh kejantananku.

"Kalau begini mas normal apa enggak?" Kubantu tangan Kayla meremas-remas milikku sembari menahan erangan.

"Emmmmm," wajah Kayla nampak berpikir sejenak "uggghh," remasannya semakin kuat membuatku melepaskan tangan dan beralih menyentuh bagian dalam paha Kayla yang masih dilapisi short pants.

"Massshhh,"

"Kamu basah sayang," short pants yang dikenakan Kayla cukup tipis hingga membuatnya mudah basah karena sesuatu yang sudah meleleh dari dalam sana.

"Mas mau lepas ini boleh?" Dengan tatapan sayu Kayla mengangguk perlahan, gairah sudah menyelimuti dirinya tapi tangannya terus meremas milikku membuat milikku semakin membesar dan tegang.

Kulepas short pants dan celana dalam Kayla dengan cepat kemudian kurenggangkan kembali kedua kakinya dan aku kembali mendindih tubuhnya.

"Massssh ahhhh," kusentuh vagina Kayla dengan lembut membuatnya memejamkan mata karena rasa nikmatnya.

Kulepaskan remasan Kayla di milikku dan kuturunkan tubuhku hingga wajahku sejajar dengan intinya, kubenamkan wajahku di sana dan kuhisap cairan yang membuat inti Kayla basah.

"Ahhhh, shhhh massssssh!," Kayla mencengkeram pundakku ketika pelepasannya datang.

Setelah puas kutegakkan tubuhku kembali kutatap wajah Kayla yang memerah dengan matanya yang terpejam.

Kuseka titik-titik keringat di dahinya "sudah ya?" Kayla membuka mata "mas nggak masukin aku?"

"Kita belum sah Kayla,"

"Tapi dua minggu lagi kita kan nikah?"

"Kalau mas kelepasan dan keluar di dalam gimana? Mas nggak punya kondom Kay,"

"Ya enggak apa-apa toh kita juga mau nikah, emang mas nggak mau rasain ini dijepit di dalam sana?" Dengan senyum seduktif Kayla memegang kejantananku dan mengusapkannya ke bagian luar intinya.

"Sayang, jangan godain mas lagi,"

Tapi Kayla tidak menyerah kedua kakinya ia belitkan di pinggangku dan menarik tubuhku turun hingga kejantananku berada tepat di atas kewanitaannya tanpa penghalang.

"Kamu yang maksa mas Kay, jangan salahin mas kalau setelah ini mas nggak akan bisa berhenti untuk sentuh kamu,"

NIKAH YUK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang