Albi
"Terjadi gegar otak yang disebabkan trauma karena hantaman yang cukup keras di daerah kepala, menurut keterangan yang diberikan pasien, kami mendiagnosa pasien mengalami amnesia jangka pendek, amnesia jangka pendek adalah suatu keadaan seseorang yang tidak mengingat apa saja yang sudah terjadi beberapa waktu terakhir. Amnesia seperti ini bisa terjadi hanya sementara ataupun permanen tergantung dengan seberapa parah cidera yang dialami pasien,"
Ucapan dokter seminggu yang lalu masih sering terngiang-ngiang di kepalaku.
Aku tidak mempermasalahkan amnesia yang dialami oleh Kayla melainkan kondisi fisiknya setelah kecelakaan itu.
Aku benar-benar merasa tidak becus menjaganya sampai dia mengalami kecelakaan semengerikan ini.
"Permisi," seorang dokter dan perawat berlari tergesa melewatiku dan masuk ke dalam ruang perawatan Kayla membuat jantungku berdebar kencang, apa terjadi sesuatu dengan Kayla?
Dengan langkah tergesa aku masuk ke dalam ruang perawatan Kayla, di dalam sana terlihat tante Nina sedang menangis ada pula Affan sedangkan di atas ranjang Kayla nampak tidak sadarkan diri dan dokter sedang melakukan pemeriksaan kepadanya.
"Kayla kenapa tante?" Tante Nina menatapku dengan air mata berlinang tanpa bisa menjawab pertanyaanku.
Helaan napas dokter membuatku mengalihkan tatapan, dokter Yudi menghampiri kami "bisa diceritakan apa yang sebenarnya terjadi?"
"Begini dok, saya tadi hanya menceritakan tentang apa yang terjadi belakangan ini tapi tiba-tiba Kayla merasa pusing dan akhirnya pingsan,"
Affan bodoh!
"Pak, buk, saya sudah bilang berkali-kali jangan ada yang mengungkit tentang sesuatu yang dilupakan oleh pasien, penyempitan, pembengkakan ataupun pendarahan kepada pasien gegar otak bisa terjadi dalam rentang waktu yang lama setelah terjadinya benturan, untuk mengurangi resiko tersebut harus dihindari menyebabkan syok kepada pasien, pemeriksaan ct scan dan MRI pertama hasilnya bagus tapi nanti kita akan lakukan pemeriksaan kedua untuk memastikan lagi, sementara ini biarkan pasien beristirahat,"
Setelah dokter pergi kuseret Affan keluar dari ruangan Kayla "jangan pernah lo injakkan kaki lo di sini lagi!"
Setelah mengusir Affan aku kembali ke dalam ruang perawatan Kayla, di dalam sana tante Nina duduk di kursi sebelah brankar sambil menggenggam jemari Kayla.
"Kayla pasti baik-baik aja kok tan," aku berusaha menenangkan tante Nina padahal aku sendiripun merasa tidak tenang.
Butuh waktu dua hari untuk Kayla terbangun dari tidurnya dan selama dua hari ini aku tidak bisa bekerja sekalipun, semua laporan yang harusnya kuperiksa kubiarkan saja dan hanya fokus menunggu Kayla terbangun.
Setelah Kayla terbangun kedua orang tua Kayla berpamitan untuk istirahat di hotel sedangkan aku tetap menungguinya.
"Kamu nggak tidur lagi?" Setelah sadar tadi pagi Kayla kembali tidur karena obat yang dikonsumsinya tapi satu jam kemudian dia sudah terbangun lagi.
"Badan gue sakit semua mas," dia mengeluh sambil menggerakkan tubuhnya.
"Mau duduk?"
"Nanti pusing, gue nggak mau muntah lagi,"
"Pake sandaran brankar bukan duduk sendiri,"
"Boleh deh," dengan cepat kunaikkan posisi brankar Kayla membuat dia bisa duduk sambil bersandar "gimana? Pusing nggak?"
"Nggak, mas mau buah dong," aku hendak mengambil apel tapi dia mengintrupsiku lagi "yang dingin nggak ada?"
Aku segera beranjak mengambil buah di dalam lemari es. Kuambil wadah yang berisi beraneka macam buah segar yang sengaja kubawa kemarin.
"Mau buah yang mana?"
"Apel aja mas,"
Kuletakkan wadah berisi buah di atas meja nakas lalu kuambil satu buah apel dan pisau kemudian segera mengupasnya.
Sambil menonton acara memasak Kayla lahap sekali memakan buah, dari apel, stroberi sampai anggur.
" kamu kalau makan buah lahap giliran makan nasi susah, nggak enak masakannya? Mau dipesanin dari hotel?"
"Ya gimana mau lahap makanannya aja sering hambar, kalau mau salad pun rasanya sayur doang nggak boleh pake saus mana enak"
"Nanti mas cari resto makanan sehat siapa tahu lebih bersahabat sama lidah kamu,"
"Terserah mas deh, oh iya hape gue mana?"
"Hape kamu rusak karena kecelakaan kemarin, nanti mas belikan yang baru,"
Aku terpaksa berbohong karena dokter sudah mewanti-wanti kami semua agar tidak memberikan sesuatu yang bisa memicu ingatan-ingatan yang masih dilupakan oleh Kayla selama masa penyembuhan ini.
Siang harinya dua perawat menjemput Kayla untuk melakukan pemeriksaan MRI lanjutan.
Ketika baru saja kududukkan dia di atas kursi roda Kayla tiba-tiba mual dan akhirnya muntah hingga mengenai celana dan sepatu yang kukenakan.
Dua orang perawat itu segera membantu Kayla membersihkan tubuh serta bekas muntahannya sedangkan aku memilih ke kamar mandi umum untuk berganti pakaian.
Selesai berganti pakaian aku kembali ke kamar perawatan Kayla, rupanya dia sudah selesai berganti pakaian.
Kuambil tempat di hadapan Kayla, aku bahkan sengaja berjongkok di depan kursi rodanya.
"Masih mual?" Aku memastikan keadaan Kayla lagi karena dia terus menundukkan kepalanya.
"Kay?" Kayla mengangkat kepalanya betapa terkejutnya aku mendapati Kayla sedang menangis "kenapa? Ada yang sakit,"
"Sori ya mas, gue pasti bikin lo jijik," kedua perawat yang tadi membantu Kayla hanya saling bertatap dan mengulum senyum ketika mendengar ucapan Kayla.
"Nggak sedikitpun pemikiran yang seperti kamu tuduhkan itu hinggap di kepala mas, mas cuma khawatir kamu kenapa-kenapa,"
Dengan lembut kuusap air mata yang membasahi pipi Kayla "sudah ya? Sekarang mas antar kamu ke ruang pemeriksaan,"
Butuh waktu tiga puluh menit untuk melakukan pemeriksaan MRI, setelahnya Kayla kembali ke kamar untuk kembali beristirahat sedangkan aku dipanggil dokter Yudi ke ruangannya.
"Hasil pemeriksaan resminya baru akan keluar tiga hari lagi tapi sudah bisa saya pastikan kondisi pasien baik-baik saja, syok yang dialami pasien tempo hari tidak mengakibatkan peradangan, penyempitan, pembengkakan ataupun pendarahan,"
"Syukurlah kalau begitu dok,"
"Tapi tetap saja kondisi pasien harus dijauhkan dari segala syok untuk saat ini, hanya itu yang perlu diperhatikan sekarang dan jika kondisi pasien membaik satu minggu ini minggu depan pasien sudah diperbolehkan untuk pulang,"
Akhirnya aku bisa keluar dari ruangan dokter dengan napas lega, kondisi Kayla membaik dan tidak ada cidera yang serius.
Dengan langkah ringan aku kembali ke ruang perawatan Kayla, sesampainya di sana ternyata Kayla sedang tidur dan Mahendra menungguinya.
"Udah lama?" Aku mengambil tempat di sebelah Mahendra yang sedang duduk di sofa, "barusan, gue mau hubungin lo soalnya Kayla sendirian di sini gue pikir lo kemana,"
"Habis dari ruangan dokter Yudi, katanya kalau minggu ini kondisi Kayla makin baik minggu depan udah boleh pulang,"
"Syukur deh, gue kasian lihat lo, semua pekerjaan lo jadi terbengkalai gara-gara lo nungguin Kayla,"
"Gue kan bisa tetap kerja dari manapun Ndra,"
"Nggak usah ngelak, gue tahu lo abis ngelepas tender seharga miliaran gara-gara lo terlalu fokus jagain Kayla, tanggung jawab lo sebagai CEO itu besar Al jangan sampai lo kesampingkan semua itu hanya karena Kayla,"
"Ndra, kehilangan satu proyek nggak akan bikin perusahaan goyah dan lagi yang terpenting untuk saat ini adalah Kayla,"
"Kalau begini gue bener-bener sadar kalau lo itu emang bucin sama adek gue, iya sih siapa yang nggak bucin sama adek gue yang cantik itu meski sikapnya kadang nyebelin,"
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH YUK?
ChickLitSetelah kupikir berulang kali, penikahan kita tidak akan adil bagi kamu mas. Kita akan terikat dengan pernikahan, tapi kamu menikahiku bukan karena cinta. Pernikahan yang akan kita jalani nanti akhirnya akan menjadi beban untukmu. Kamu harus berpura...