Bagian 15

128 11 0
                                    

"Mas, dokternya baik banget izinin aku jalan-jalan keluar rumah sakit begini,"

"Menghirup udara segar bagus untuk kesehatan kamu, dikurung di rumah sakit terus menerus malah akan berdampak negatif untuk pikiran kamu jadi jalan-jalan adalah salah satu pilihan untuk merilekskan pikiran kamu,"

Pagi ini Albi membawaku keluar dari rumah sakit, meski harus mengenakan kursi roda aku tetap merasa senang bisa menghirup udara pagi di pantai.

"Dingin nggak?" Albi berjongkok di hadapanku lalu mengusap-usap punggung tanganku yang memang terasa dingin.

"Dikit,"

"Kita lihat pantainya dari indoor aja ya? Kasian kamu kalo kedinginan,"

Aku mendadak cemberut mendengar ucapan Albi "kalo dari indoor nggak dapat angin segarnya dong?"

"Bisa, lihat aja nanti," Albi berdiri lalu mendorong kursi rodaku menjauh dari pantai.

Rupanya Albi membawaku ke sebuah hotel dekat pantai. Ketika memasuki lobi semua karyawan menyambut kami.

"Ini hotel keluarga mas?"

"Iya, kamu mau makan apa? Kita sarapan sambil lihat laut mau kan?"

"Aku boleh makan apa aja?"

Selama ini pola makanku dibatasi dengan makanan sehat dan rasanya tentu saja tidak cukup untuk menyenangkan lidahku.

"Asalkan makanan sehat boleh," aku kembali cemberut mendengar ucapan Albi.

"Sup aja lah, jangan dikasih salad terus nanti beneran jadi kambing aku," terdengar suara kekehan Albi di belakangku.

"Kamu cantik begini gimana bisa jadi kambing?"

"Nggak usah banyak gombal, mas Albi nyebelin!"

Ting

Pintu lift terbuka Albi segera mendorong kursi rodaku memasuki lift lalu menekan angka 17.

"Hari ini mau tinggal di sini?"

"Emang boleh?"

"Boleh, jadwal pemeriksaan kamu besok jadi hari ini kamu bebas,"

"Mauuuuu," aku berseru senang mendengar ucapan Albi. Sejurus kemudian terasa usapan lembut di rambutku.

Tak lama pintu lift terbuka dan Albi membawaku ke dalam sebuah kamar yang menurutku sangat mewah.

Bahkan tidak terlihat seperti sebuah kamar hotel melainkan sebuah apartemen mewah.

"Wahh, bagus banget mas," terdapat sebuah ruang tamu yang bersebelahan dengan ruang makan.

Dinding kaca memanjang dari ruang tamu sampai ke ruang makan membuat kami bisa melihat laut dari ketinggian.

"Suka?"

"Heem, bagus, cantik lautnya," Albi melepaskan pegangannya dari kursi rodaku lalu membuka dua jendela kaca sehingga aku bisa merasakan angin sejuk pagi berhembus.

"Dingin?" Albi berbalik kemudian berjongkok di depanku "nggak terlalu kerasa kok,"

"Yaudah, sekarang kamu istirahat dulu sambil nunggu sarapannya datang. Pusing nggak kepalanya?"

"Nggak kok mas, cuma lehernya agak pegel aja."

"Baring di kamar ya?"

"Boleh," bukannya mendorong kursi rodaku Albi malah merengkuh tubuhku ke dalam gendongannya membuatku melingkarkan kedua tanganku dengan erat di lehernya.

Selesai menyamankan posisi rebahku dan memastikan aku tidak merasa pening Albi duduk di atas sofa lalu mengeluarkan ponselnya.

Dalam sekejap dia nampak sibuk menekuri ponselnya membuatku tidak ada pilihan lain selain memainkan ponsel juga.

NIKAH YUK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang