Bagian 2

216 13 0
                                    

"ngelamar aku?" apakah hari ini matahari terbit dari barat?

"iya, Albi baru aja kesini dan meminta restu mama sama papa untuk melamar kamu, katanya kalian udah ngobrol masalah ini beberapa hari yang lalu, ya ampun padahal mama taunya kalian itu nggak pacaran loh kok tiba-tiba aja Albi mau lamar kamu,"

Berarti Albi setuju dengan ajakanku waktu itu, akhirnya aku bisa terbebas dari sangkar emas ini.

"ya mama aja yang nggak tahu hubunganku sama Mas Albi itu gimana,"

"mungkin mama aja yang nggak peka sama kode cinta kalian," bola mataku memutar seketika.

Kode cinta katanya

Oh ayolah bertahun-tahun aku sudah melakukannya tetapi Albi hanya menganggapku sebagai adik, tidak pernah lebih.

"bentar lagi orang EO nya datang, kamu ganti baju gih," aku melihat pakaian yang kukenakan sekarang, hanya sebuah shortpants dan kaos kebesaran dan peraturan di dalam keluarga Yasawirya tidak memerbolehkan seorang gadis menemui tamu dengan pakaian yang tidak layak, yang dikenakan oleh gadis dari keluarga Yasawirya harus mencerminkan keanggunan, bahkan ketika di rumah sekalipun.

Makanya di dalam walk in closet ku terdapat satu deret khusus untuk long dress bertali spageti yang biasanya aku gunakan ketika keluar dari kamar.

"yaudah mama turun duluan, aku ganti sebentar,"

Begitu mama keluar dari kamar hal pertama yang kulakukan adalah menghubungi Albi,

"mas beneran mau nikahin gue?"

Begitu teleponku diangkat aku langsung bertanya tanpa basa basi.

"ya, semuanya mas serahin sama kamu, terserah kamu mau pesta pernikahan yang bagaimana,"

"mas beneran nggak keberatan nikah sama gue?"

"apa yang kamu lakukan tempo hari bikin mas nggak bisa mikir apapun lagi, dan sekarang mas akan kasih semua yang kamu mau asalkan kamu nggak melakukan hal-hal berbahaya lagi Kay,"

"mas kalo gini kayak cowok yang cinta banget sama gue,"

"jangan mikir yang macam-macam, dan satu lagi berhenti menggunakan elo-gue, kita akan menikah sebentar lagi,"

"siap bos"

Kugaruk pelipisku yang sebenarnya tidak gatal, di pangkuanku sudah terdapat katalog konsep untuk lamaran.

Aku yang sebenarnya belum pernah membayangkan sebuah pernikahan ini sulit untukku memilih, bisa dibilang aku juga belum punya wedding dream.

"kalo aku bawa dulu boleh nggak mbak? Aku harus ngomong sama calon suamiku dulu, besok aku kasih keputusannya."

"tentu saja boleh, memang bagusnya keputusan bersama," tutur mba Nia sang owner EO.

Mamaku benar-benar deh, bahkan untuk acara lamaran saja yang diundang ke rumah bukan pegawai EO nya tapi ownernya langsung, sudah pasti mama akan melakukan acara ini besar-besaran, atau mungkin dari lamaran sampai resepsi akan dilakukan secara megah dan mewah, seperti ciri khas mamaku selama ini.

Kuletakkan katalog konsep di atas ranjang dan beralih menghubungi Albi.

"ada apa Kay?"

"mas, gue tadi-"

"aku Kay, aku"

Aku memutar bola mata malas.

"iih kan belom terbiasa"

"ya makanya dibiasakan dari sekarang,"

"iya deh iya, duh jangan bahas yang lain dulu, ini aku tadi disuruh milih konsep buat acara lamarannya, tapi bingung, mas bantuin milih ya?"

"ya kamu pilih mana yang sesuai sama selera kamu aja, mas kan udah bilang serahin semua keputusan sama kamu,"

"mas tau nggak sih yang namanya bingung? Kalo nggak bingung ya mana mungkin aku minta bantuan,"

"oke oke, sekarang kamu pilih yang kamu suka terus kamu kirim gambarnya ke mas, nanti mas bantu pilih untuk finalnya,"

"mas nggak bisa kesini aja? Kan enak kalo diskusi langsung,"

"mas nggak bisa Kay, ada beberapa kerjaan yang harus selesai sebelum pernikahan kita,"

Aku cemberut mendengarnya.

"ya udah deh, aku pilih dulu konsepnya,"

Setelah sambungan telepon terputus kuhempaskan tubuhku di atas ranjang, tanganku membolak balik katalog konsep yang cukup tebal itu.

Hampir satu jam akhirnya aku mendapatkan tiga konsep yang sesuai dengan seleraku, setelah memotretnya dan mengirimkannya kepada Albi sampai satu jam berlalu foto-foto yang kukirimkan belum juga mendapat balasan.

Padahal status Whatsapp nya online, tetapi aku belum juga mendapatkan balasan, jangankan dibalas, dibacapun tidak, dua garis centang masih berwarna abu-abu.

Hingga tanpa sadar aku terlelap dan tidak tahu jika satu jam kemudian pesanku baru dibalas oleh Albi.

Konsep yang dipilih Albi didominasi dengan warna putih dan bunga warna-warni, terlihat elegan dan tidak terlalu mencolok.

Seusai menghubungi mba Nia aku bergegas untuk mandi, hari ini jadwalku sangat padat, dimulai dari fitting baju lamaran sampai belanja seserahan.

"kamu suka yang mana Kay?" kini aku sedang berada di butik yang biasa kukunjungi bersama dengan mama dan tante Arum.

Setelah kemarin malam aku sibuk memilih konsep lamaran kini aku disibukkan dengan konsep kebaya lamarannya, ternyata sang perancang busana mami Boh sudah membuatkan beberapa rancangan kebaya.

Kuperhatikan satu demi satu dan akhirnya pilihanku jatuh pada kebaya kombinasi brukat dengan tile mutiara, di bagian leher terdapat payet yang dijahit menyerupai kalung dan meninggalkan kesan yang mewah.

"karena konsep lamarannya didominasi warna putih aku mau untuk kebayanya warna rosegold,"

"oke untuk lamarannya sudah, ini desain kebaya untuk acara pengajian, siraman, lalu midodareni, akad dan juga gaun untuk resepsi," aku melongo mendengar ucapan mami Boh.

Di kepalaku kini sudah terbayang acara adat yang begitu panjang dan melelahkan.

"nggak langsung akad sama resepsi aja ma?"

"ya enggak dong sayang, kamu kan anak perempuan satu-satunya jadi harus pakai acara adat biar lebih sakral," sahut tante Arum.

"iya, pesta pernikahan untuk putri keluarga Yasawirya kan harus sesuai aturan," aku benar-benar lupa di keluarga besar Yasawirya jika yang menikah adalah seorang putri maka seluruh rangkaian acara adat sampai resepsi tidak boleh ada yang terlewat.

Sedangkan untuk putra dibebaskan sesuai dengan kemauan sang calon pengantin wanita, dengan tujuan supaya tidak membebani calon menantu keluarga Yasawirya.

Butuh waktu hampir empat jam untuk membereskan masalah pakaian dari acara lamaran sampai resepsi dan ini masih jauh dari kata selesai.

Kami masih harus memilih barang-barang untuk seserahan, seharusnya Albi juga merasakan semua keribetan yang harus kualami, enak sekali dia masihbisa bekerja seperti biasa sedangkan aku harus kesana kemari mengurusi berbagai hal.

'sabar Kay, sabar, elo yang mau nikah jadi elo harus terima konsekuensinya, setelah semua ini elo akan bebas dari sangkar emas ini'

NIKAH YUK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang