Bagian 21

164 13 0
                                    

Siang ini aku memakai atasan turtleneck hitam yang kupadukan dengan overalls berwarna army.

Sebenarnya dengan kondisi cuaca Bali yang cukup panas pakaian ini tentu saja tidak cocok tapi mau bagaimana lagi aku tidak bisa memakai baju sembarangan karena harus menutupi hickey yang dibuat oleh Albi.

Brukkk

Karena terlalu sibuk memerhatikan penampilanku aku sampai tidak menyadari jika ada seseorang yang keluar dari lift dengan terburu-buru sehingga bahu kami bertabrakan.

"Sori, nggak sengaja," ucapku sambil menatap wajahnya sekilas begitupun dengan orang itu, rupanya yang kutabrak adalah seorang perempuan.

"It's okay," ucapnya kemudian berlalu begitu saja.

Sedangkan aku masih terpaku di depan lift, wajah itu, wajah yang nampak tidak asing untukku tapi aku tidak ingat siapa dia.

Aku mencoba mengingat-ingat tapi aku tidak mengingat apapun. "Sayang," aku berjengit ketika merasakan usapan di pundakku.

Ketika aku menoleh rupanya Albi sudah ada di belakangku, seberapa lama aku melamun hingga Albi menyusulku kemari?

"Ada apa?" Aku mengerjap beberapa kali "tadi tuh aku nggak sengaja nabrak orang pas kulihat mukanya kayak nggak asing gitu, tapi aku nggak inget dia siapa,"

"Perempuan?" Aku mengangguk "oh pasti rekan kerja mas, kamu beberapa kali ketemu dia pas main ke kantor mas,"

"Ohhh,"

"Udah yuk? Kita keruangan mas aja, hari ini kamu masak apa?" Albi menuntukku untuk masuk ke dalam lift.

"Tadi diajarin bibi masak sup ayam sama telur dadar,"

Sesampainya di ruangan Albi aku segera menyiapkan makan siang sedangkan Albi langsung mencuci tangannya.

"Kamu nggak makan?" Tanya Albi ketika mendapati hanya ada satu porsi makan siang di sana.

"Udah makan di villa," Albi duduk di sebelahku kemudian memulai makan siangnya "keasinan nggak mas?"

"Nggak, enak,"

"Padahal menurut aku tadi keasinan, aku tadi kan udah nyicip ngerasa pas gitu supnya ehh kata bibi kalau pakai nasi supnya akan jadi hambar jadi ditambahin garam lagi sama bibi dan pas aku nyicip aku rasa kayak keasinan gitu tapi ternyata nggak ya?"

"Pas kok ini, nggak keasinan, kalau nggak percaya cobain sini," Albi menyodorkan sesendok nasi beserta sup kehadapanku.

"Ehh iya nggak keasinan," ucapku setelah satu sendok nasi berkuah itu sudah tertelan.

"Emangnya kamu tadi nggak makan ini?" Aku menggeleng "enggak, tadi sebelum masak aku makan duluan ngabisin lauk ayam bakar tadi pagi,"

Setelahnya Albi menghabiskan makan siangnya dengan tenang sedangkan aku sibuk menekuri ponsel.

"Liburan itu postingnya yang happy ini kok malah posting kata-kata galau,"

"Repost aja sih mas, bagus kata-katanya," rupanya Albi sudah menandaskan makan siangnya, kini dia menggeser posisi tubuhnya mendekat kearahku hingga punggungku menempel dengan dada bidangnya.

Satu lengan Albi melingkari tubuhku membuatku menyandarkan tubuh dengan nyaman di dadanya.

"Nanti Andra mikir kalau kamu nggak bahagia di sini,"

"Bodo amat sama dia, dia lagi nyebelin," Albi tergelak mendengar ucapanku yang penuh dengan kekesalan.

"Kenapa lagi kalian?"

"Katanya dia mau minta pelangkah saham hotel keluarga mas, lihat kan mas otak dia duiid melulu,"

"Ya enggak apa-apa mas nggak keberatan kok,"

NIKAH YUK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang