Bab 5

23.4K 1K 3
                                    

Masih dalam beberapa menit sebelumnya..

Author POV

Setelah melihat Dimas keluar dari ruang karaoke, Ratna dan kedua temannya --Bunga dan Citra-- terlihat berbisik merealisasikan rencana mereka.

Ratna yang telah menyukai Dimas semenjak masa kuliah dulu harus terus bersabar karena cintanya tak pernah berbalas. Ia bahkan pernah 2 kali menyatakan cintanya namun tolakan halus dari Dimas membulatkan tekad nya malam ini.

Ya, Ratna dengan meminta bantuan dari kedua temannya berniat menjebak Dimas dengan obat perangsang. Ratna akan berlagak seolah-olah menjadi korban pemerkosaan dan ia akan meminta Dimas untuk bertanggung jawab dengan menikahinya. Rencana yang sempurna, pikirnya.

Pertama-tama setelah ia dan semua teman-temannya yang hadir dalam acara reuni ini memesan minuman, ia menyuruh Bunga dan Citra untuk menyusul pelayan yang mencatat pesanan kami tadi menginstruksikan untuk memasukkan obat perangsang ke minuman pesanan Dimas.

Awalnya si pelayan tidak berani melakukannya, setelah ada uang pelancar obat itu pun larut ke dalam minuman Dimas.

Ketika hendak mengantar, si pelayan takut ketahuan, ia pun menyuruh temannya yang tidak lain adalah si Amel untuk menggantikan tugas dengan alasan sakit perut.

Langkah kedua Ratna dalam menjerat Dimas yaitu adalah dengan memesan kamar hotel dengan kamar terbaik yang letaknya tidak jauh dari lokasi Bar.

Rencananya setelah membiarkan Dimas --yang katanya menuju lantai 2-- keluar selama 10 menit an, ia akan menyusulnya dan mulai melancarkan aksinya. Karena jika ia langsung menyusul tanpa memberikan jeda waktu akan menimbulkan spekulasi yang mencurigakan.

Setelah kurang lebih 10 menit, Ratna dan kedua temannya pun pamit untuk pulang terlebih dahulu. Padahal aslinya ia akan menyusul si Dimas.

Sampai di lantai 2 ia tidak menemukan Dimas, apa mungkin Dimas ada di dance floor, pikirnya karena bisa gawat jika Dimas turun ke lantai 1, ia akan bersenggolan dengan banyak wanita dan kemungkinan terburuk ia akan memakan mangsa di sana.

Namun sudah 30 menit lebih Ratna dan kedua temannya berkeliling lantai 1 dan 2 bahkan mereka sempat kembali ke lantai 3, namun nihil, Dimas tidak ada dimana-mana.

Karena mungkin mereka lupa atau mungkin tidak menduga jika di atas lantai 3 masih ada lantai 4 yang bisa jadi berkemungkinan Dimas ada disana.

Salah satu teman Dimas, Fiki berujar jika kemungkinan Dimas sudah pulang duluan tanpa pamit setelah mengeluh sedikit pusing tadi.

Di parkiran pun Ratna jingkrak-jingkrak sebal karena rencana yang sudah ia atur jauh-jauh hari gagal total karena mangsa hilang dari peraduan.

Mereka bertiga pun tetap menjalankan mobilnya menuju arah hotel. Dari pada uang hangus terbuang sia-sia bayar kamar kosong, mending mereka bertiga yang menempatinya di sana malam ini, saran dari Citra yang di setujui oleh Ratna dan Bunga.

**
**

Pagi hari di sebuah ruang yang sedikit gelap karena gorden dari jendela yang masih tertutup, tampak dua orang berbeda jenis yang sedang tertidur pulas di balik selimut tebal berwarna putih.

Terdengar suara nyaring dari dering handphone yang tergeletak di lantai tak jauh dari ranjang. Dering pertama terabaikan, dering kedua hanya sedikit mengusik si pemilik handphone dengan gumaman lirih. Dan dering ketiga sukses membuka mata kedua insan yang ada di atas kasur itu.

Oke, yang namanya orang bangun tidur pasti akan merasa sedikit linglung. Begitu pun dengan mereka berdua yaitu Dimas dan Amel yang hanya bisa diam dengan saling tatap.

Jika Dimas memasang dengan raut wajah kagetnya, beda lagi dengan Amel yang menatap Dimas dengan amarah yang nampak lekat di wajahnya.

Keduanya bangun dan tetap berada di atas kasur. Amel dengan sigap memegangi selimut yang hampir melorot tersebut dengan erat. Karena ia yakin di balik selimut tadi ada tampilan polos dirinya dan orang disebelahnya.

Dering telepon tadi sudah berhenti berdering, tapi mereka berdua masih diam membisu. Tidak ada yang berniat untuk berbicara. Mungkin Dimas sedang merenungi sambil mengingat apa yang telah terjadi, sedang Amel hanya menangis ingin marah tetapi tenaga nya masih belum kembali akibat perbuatan lelaki berengsek disampingnya itu.

**
**

Amel POV

Aku menyeka air mata yang jatuh membasahi pipi. Sedikit terisak pilu menyesali keputusanku semalam yang menolong lelaki ini dengan mengantarnya ke kamar.

Jika aku memilih abai semalam mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi. Semakin aku memikirkannya semakin deras laju air mataku.

Sepertinya lelaki di sebelahku sudah sadar akan apa yang telah terjadi. Terlihat ia mengusik berantakan rambutnya sambil terus mengumpat.

"Shitt.. sialan.. ini semua pasti ulah lo kan", tunjuknya ke arahku.

Aku menghapus air mata yang tak henti melaju, ku dongakkan kepala ku menatap lelaki ini. Apa katanya tadi, ini semua ulahku? Mau berlagak jadi korban dia?



100123✨

Skenario TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang