Bab 29

16.7K 820 7
                                    

SUARA langkah kaki cepat di iringi suara pintu yang terbuka menghentikan aktivitas Amel merapikan tempat tidur. Ia menengok ke arah lelaki yang kini sedang sibuk membuka lemari pakaian di belakangnya.

"Cari apa, pelan-pelan ih jangan di buat berantakan bajunya" tegur Amel melihat suaminya yang seperti mengacak-acak pakaian di dalam lemari.

"Kamu lihat dasi aku yang putih garis biru gak, aku cariin dari tadi gak ada. Di kamar atas juga gak ada di sini pun juga gak kelihatan."

For your information, jadi sekarang Amel dan Dimas pindah kamar ke lantai bawah. Mengingat kandungan Amel yang semakin lama semakin membesar seperti sekarang yang sudah menginjak usia kandungan 6 bulan akan menyulitkan Amel jika tiap harinya harus naik turun tangga.

Apalagi setelah kejadian minggu lalu sewaktu ia dan Dimas belanja di mall, Amel yang waktu itu turun lewat eskalator merasa ada yang mendorongnya dari arah belakang. Amel yang tak siap pun hampir oleng dan terjatuh ke bawah. Tetapi untungnya ada orang di sampingnya yang dengan sigap menarik baju Amel dari arah belakang sehingga menghentikan pergerakan Amel yang akan meluncur ke bawah.

Amel bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa serta orang-orang yang telah menolongnya. Karena pasalnya bulan lalu Amel juga hampir mengalami kecelakaan di serempet oleh kendaraan sepeda motor. Padahal ia yakin sudah jalan di bahu jalan tetapi sepeda motor yang melaju dengan kencang itu seakan menargetkannya. Dan Amel masih beruntung ada orang sesama pejalan kaki yang menarik lengannya sehingga Amel terhindar dari kecelakaan itu.

"Dasi putih garis biru yang beli di Plaza minggu kemarin itu ya?" Tanya Amel yang mendapat anggukan kepala dari Dimas.

"Kayaknya sih masih di ruang setrikaan, kemarin aku lihat di cuci sama mbok Rumi. Bentar aku lihat dulu".

Dan setelahnya Amel berlalu menuju ruang setrikaan untuk mencari dasi yang di maksud oleh Dimas.

Dimas yang tak sabar menunggu pun bergerak menyusul Amel ke ruang setrikaan. "Ada gak mel, udah siang ini nanti aku telat meeting nya" tanya nya ke Amel yang masih sibuk mencari keberadaan dasi.

"Ya bentar masih di cari, lagian pake dasi yang lain aja kenapa sih. Emang harus ya pake yang baru beli itu".

"Iya kan yang matching sama kemeja aku ini emang dasi putih garis biru itu mel. Biar tampilan aku perfect gitu" jelasnya.

Mendengar jawaban Dimas, Amel kembali memicingkan matanya, "Emang nanti meeting nya sama cewek-cewek cantik ya, jadi harus tampil dengan sempurna biar bisa kelihatan menarik di depan cewek-cewek gitu ya?" tanya Amel dengan nada ketus.

"Kamu cari sendiri aja sana, aku mau lanjutin beresin kamar dulu." lanjutnya sambil berlalu meninggalkan Dimas sendirian di ruang setrikaan.

Di tengah jalan tepatnya di depan tangga menuju lantai 2, Amel berpapasan dengan sang papa.

"Lho Mel kenapa itu wajah kamu, kamu tekuk. Dimas mana? Udah siang ini, keburu telat nanti kita. Hari ada agenda meeting kolaborasi proyek besar jadi kita harus menyambut dengan benar dan jangan sampai membuat mereka menunggu. Biar kita nanti dapat poin plus nya, penampilan juga harus perfect." Tanya sang papa sambil menjelaskan.

"Dimas masih cari dasi di ruang setrikaan pa, Amel mau balik ke kamar dulu tadi belum selesai beresin sprei." Jawab Amel lalu melanjutkan langkah ke kamarnya.

Rudi hanya bisa mengerutkan dahinya bingung dengan tingkah laku sang putri. Baru melanjutkan tiga langkah ke depan, Rudi kembali berpapasan dengan Dimas yang sepertinya baru keluar dari ruang setrikaan.

"Kenapa itu istri kamu tadi mukanya cemberut" tanya nya ke Dimas.

"Biasa pa, perkara dasi doang tadi. Bentar Dimas susul dulu itu bumil biar gak makin ngambek" ijin Dimas ke papa mertuanya.

"Ya sudah sana jangan lama-lama udah siang ini nanti kita telat".

Dimas pun berlalu menyusul Amel ke kamar sambil membawa dasi putih motif garis biru yang terlihat kusut di tangannya.

Mendengar pintu kamar terbuka membuat Amel melirikkan matanya ke arah pintu. Dimas masuk sambil menunjukkan dasi di tangannya. "Ekhem, dasi nya udah ketemu tapi kusut. Mau setrika kelamaan entar keburu telat."

Tidak mendapat tanggapan dari Amel membuat Dimas menghela nafas dan berlalu ke arah lemari untuk mencari dasi lain yang cocok dengan kemeja yang ia pakai.

Setelah mendapat yang sesuai, Dimas menarik tangan Amel pelan dan memberikan dasi itu ke tangan Amel.

"Pasangin dong mel biar kelihatan rapi kalau kamu yang masangin."

Amel mendengus dan sambil ogah-ogahan memasang dasi tersebut ke leher Dimas.

Melihat raut wajah sang istri yang masih tampak muram Dimas berinisiatif menjelaskan kesalahpahaman kecil perkara dasi baru itu.

"Hari ini itu aku sama papa ada meeting kolaborasi proyek besar. Rencana nya itu nanti kerjasama 3 perusahaan, dan hari ini kita harus tampil maksimal tak hanya soal materi yang di sampaikan tapi juga soal first impression kita di depan calon klien ini biar perusahaan kita terpilih. Dan... meeting nya entar sama bapak-bapak semua, gak ada itu cewek seksi seperti yang ada di pikiran kamu ini. Para sekretaris nya juga laki-laki semua. Jadi istrinya Dimas yang cantik jelita ini gak perlu khawatir dan cemburu ya sayang." Ucap Dimas sambil mengusap pelan puncak kepala Amel.

Amel yang mendengar penuturan di akhir kalimat Dimas berusaha menyembunyikan senyuman. Tanpa sadar ia merasa tersipu. Dasar hati lemah, di panggil 'sayang' sekali aja udah langsung meluber. Gerutunya dalam hati.

"Apaan sih, siapa juga yang cemburu. Udah sana kamu cepetan berangkat udah di tunggu papa." Ucap Amel sambil mendorong punggung Dimas keluar dari kamar. Memang lain di mulut lain di hati. Ucapan Amel tadi memang tidaklah benar tapi biarkan itu menjadi rahasianya sendiri.

*

*

*

Di lain tempat terlihat Ratna sedang di datangi oleh dua orang dengan pakaian serba hitam. Dari atas kepala tampak memakai topi bewarna hitam, kaos hitam dengan jaket kulit sebagai luaran bewarna hitam, celana jeans hitam dan tak ketinggalan sepatu bewarna hitam. Mereka tampak berdebat akan suatu hal. Ah.. rupanya dua orang berpakaian hitam itu adalah preman yang sedang menagih bayaran ke Ratna.

"Mana duit 50% yang lo janjiin waktu itu. Kerjaan udah di lakukan dengan selesai tapi lo ingkar gak bayar-bayar. Atau lo mau gue laporin ke polisi kalau lo dalang di balik semua  percobaan kecelakaan pada wanita hamil itu." Tegas salah satu preman yang terlihat marah ke arah Ratna.

"Kerjaan kalian itu gagal semua gak ada yang berhasil. Wanita itu masih bisa berjalan dengan perut buncitnya. Itu artinya uang 50% sisanya hangus. Gue gak mau bayar." Jawab Ratna tak mengenal takut. Karena ia yakin preman itu tidak ada bukti dan hanya berniat menggertak nya saja.

Namun sepetinya Ratna keliru. Kini giliran preman yang tadi diam tak bersuara yang beraksi. Preman itu menarik lengan Ratna kemudian mencengkeram dagu Ratna, "Yakin lo udah siap masuk penjara. Gue punya rekaman video waktu awal kita transaksi 2 bulan yang lalu. Tinggal gue serahin video itu ke kantor polisi lo udah langsung bisa masuk jeruji besi. Tapi kalau lo masih belum siap oke kita kasih waktu 3 hari. Kalau sampai lebih dari 3 hari duit itu masih belum masuk ke rekening, lo siap-siap aja di jemput polisi." Ucap preman itu kemudian berlalu meninggalkan Ratna.

Ratna sendiri masih bergeming di tempat dengan raut wajah pucat pasi nya. Tidak.. bukan seperti ini rencana nya...

*

*
Bersambung . . .

21.04.23
Haii gaiss jumpa lagii

Selamat hari raya idul fitri 1444 H
Minal aidzin wal faidzin
Mohon maaf lahir & batin ☺️

Selamat hari kartini
Habis gelap terbitlah terang ~

Sampai jumpa di bab selanjutnya
Terima kasih sudah membaca 🤗
Jgn lupa vote 🌟 dan komen nya 😁

Skenario TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang