Bab 18

18.7K 1K 11
                                    

     Amel menundukkan kepalanya pada setir kemudi. Mencoba menerima kegagalan dalam misinya meminta pertanggungjawaban. Ya, Amel sudah menduga kalau iya akan menerima sebuah penolakan dari lelaki itu. Ia sudah tau jawabannya tapi ia masih tetap mencobanya. Setidaknya ia sudah mencoba, jadi nanti jika anaknya kelak sudah besar ia hanya perlu menjelaskan jika sang ayah sudah mati. Lebih baik begitu bukan dari pada menjelaskan bahwa sang ayah tidak mau mengakui keberadaannya.

Ia memang sempat meneteskan air mata setelah keluar dari ruangan Dimas tadi, bukan karena menerima sebuah penolakan tapi karena ia juga menerima sebuah cacian yang keluar dari mulut lelaki itu.

Jadi begini...

Setelah Amel masuk ke dalam ruangan Dimas, ia di sambut oleh tatapan mata tajam dan sebuah sindiran dari sang pemilik ruangan.

"Ada hal apa kira-kita tuan putri cosplay ini datang ke kantor dan ingin bertemu dengan hamba."

Amel menggigit bibir bagian dalamnya ketika mendengar suara sambutan dari Dimas.
Belum sempat ia membuka bibirnya demi mengutarakan niat kedatangannya, Dimas kembali mengeluarkan suaranya.

"Owh.. atau jangan-jangan mau meminta pertanggung jawaban heh..." Lanjut Dimas dengan kekehan senyum sinis di ujung kalimat.

Amel mencoba tak gentar menatap mata tajam itu. Ia fokuskan pandangannya ke arah lelaki yang kini seakan menatapnya dengan pandangan remeh.

Dimas bangkit dari kursi kebesarannya dan melangkah menuju sofa yang terletak di sisi samping kiri dalam ruangan ini.

"Ah melihat dari tatapan wajah tuan putri sepertinya ingin berbicara hal serius dengan hamba ini. Silahkan duduk terlebih dahulu karena saya takut anda merasa kelelahan nantinya jika terus berdiri." Ucapnya sambil menyilahkan Amel dengan gerakan tangan kanan di angkat kedepan.

Amel pun duduk di sofa di susul oleh Dimas yang duduk di seberang tepat berhadapan dengan Amel.

Amel menelan kembali ludahnya, tangan kirinya memegang tali tas selempangnya lebih erat lagi demi menyalurkan rasa kegugupannya yang terlihat begitu ketara di muka Dimas.

"Aku hamil." ucapnya.

Suasana menjadi hening, Dimas masih mencerna situasi dan mencoba menajamkan pendengarannya, takut-takut ia salah mendengar. Mencoba menatap orang di depannya yang masih diam tak melanjutkan ucapannya, ia pun mencoba untuk bersuara.

"Terus.."

Setelah menunggu beberapa saat suasana hening hanya satu kata saja yang keluar dari mulut lelaki di depannya ini. Amel tetap diam menunggu Dimas kembali bersuara.

"Terus kenapa kalau kamu hamil."

Dimas memakukan pandangannya ke mata Amel melihat kegugupan di matanya.

"Aku mau minta pertanggungjawaban dari kamu. Aku minta kamu nikahin aku."

Mendengar jawaban dari Amel, Dimas tertawa sambil bertepuk tangan seakan mengejek kata-kata yang keluar dari mulut Amel barusan.

"Hahaha.. sebentar-sebentar," Ucap Dimas mencoba menghentikan tawanya.

"Tadi bilang apa, minta pertanggung jawaban ya. Saya rasa saya masih ingat terakhir saya tidur dengan seorang wanita di bar wanita itu bilang tidak akan pernah datang menemui saya untuk meminta pertanggungjawaban. Jadi apa mungkin orang yang duduk di depan saya ini adalah orang yang berbeda?" Tanya Dimas dengan raut wajah serius dan mengubah bahasanya menjadi formal.

Amel mengerjapkan matanya pelan, "Aku berubah pikiran. Aku minta tanggung jawab dari kamu karena aku sedang mengandung anak kamu."

"Bukannya kamu waktu itu bilang kalau gak akan sudi mengandung anak aku. Dan kalau pun sampai hamil kamu akan menggugurkannya. Right? Apa aku salah bicara?"

"Tidak. Kamu benar, kemarin-kemarin mungkin aku memang berpikir begitu. Tapi sekarang aku berubah pikiran."

"Oke, kamu berubah pikiran. Lalu apa bukti kamu kalau memang bayi yang kamu kandung itu anak aku."

"Aku tidak punya bukti apapun, karena hasil periksa ke dokter cuma dapat selembar kertas yang menyatakan aku positif hamil bukan dengan siapa aku hamil."

"Itu dia poinnya. Dengan siapa kamu hamil. Kamu yakin kalau itu benar anak aku? Kalau itu benih dari laki-laki lain bagaimana? Aku dong nantinya yang bakalan di rugiin."

"Ini memang anak kamu. Aku tidak pernah tidur dengan laki-laki lain selain kamu. Itu pun karena perbuatan bejat kamu memperkosaku."

"Heh. Aku tidak akan memperkosamu kalau kamu tidak memasukkan obat perangsang ke minuman aku. Jangan bilang bukan kamu yang memasukkan obatnya karena hanya kamu yang mengantar minuman itu ke aku."

"Terserah kalau kamu tidak percaya, yang jelas ini beneran anak kamu karena aku hanya pernah tidur sama kamu."

"Aku tidak percaya, bisa saja kamu berbohong. Kalau kamu ingin aku mengakui itu anak aku, aku butuh bukti. Kita lakukan tes DNA janin, kalau memang benar itu anak aku, aku akan tanggung jawab."

"Aku tidak mau, tes DNA janin sangat beresiko."

"Ya sudah kalau kamu tidak mau, aku juga tidak akan mau untuk bertanggung jawab. Lakukan saja seperti rencanamu di awal yang bilang gak sudi untuk mengandung dan akan menggugurkan janinnya. Karena aku juga gak akan sudi untuk tanggung jawab jika itu bukan anak aku. Kalau sudah selesai kamu boleh keluar, karena aku sibuk pekerjaanku sudah tertunda akibat mendengar drama dari kamu." Ucap Dimas beranjak dari sofa dan kembali duduk di kursi kebesarannya. Mulai membuka dokumen di atas mejanya dan mengabaikan wanita yang kini terlihat menahan emosi itu.

Sedang Amel yang di abaikan begitu hanya bisa mengatur nafasnya demi menahan sumpah serapah yang ingin keluar dari mulutnya. Ia lipat bibirnya kedalam dan menarik nafasnya panjang sambil bangkit berdiri.

"Baik jika itu keputusanmu, setidaknya aku sudah pernah memberitahumu. Kamu benar seharusnya aku tetap menjalankan sesuai rencana awal alih-alih meminta sebuah pertanggung jawaban. Dan kamu mungkin benar jika janin ini memang bukan milik kamu," tapi hanya milik aku seorang,  lanjut Amel dalam hati.

Setelah itu Amel keluar dari ruangan Dimas dengan langkah cepat karena ia tak mau seorang pun tau ia meneteskan air mata.

*
*
*

Jumpa lagi..
3 hari update berturut-turut karena aku lagi seneng cerita ini bisa masuk ke peringkat paling mengesankan no. 26 dari 21,2 ribu cerita kategori chicklit. Sungguh aku sangat berkesan karena awal-awal buat cerita ini yang baca cuma satu dua aja 😢, dan sekarang udah meningkatlah lumayan ada yang baca.

Yang baca jangan lupa klik 🌟 juga ya ges ya biar aku semangat juga apdetnya😁

150323🌠

Skenario TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang