Bab 24

18.5K 897 11
                                    

RENCANA refreshing Dimas nyatanya baru terealisasikan seminggu kemudian. Hal itu di sebabkan karena ia harus menyelesaikan terlebih dahulu agenda meeting dengan klien nya sesuai jadwal yang sudah tersusun jauh hari sebelumnya.

Dan di sinilah Dimas sekarang. Liburan seorang diri ke Pulau Dewata setelah menyesuaikan jadwal dengan sekretarisnya, ia mendapatkan waktu lima hari free dari agenda penting perusahaan yang terhitung mulai hari sabtu sekarang ini. Itu artinya hari rabu depan ia sudah harus kembali pulang ke rumah.

Dimas melepas kaca mata hitamnya dan mengedarkan matanya mencari seseorang. Di hari sabtu waktu siang hari ini matahari bersinar dengan sangat teriknya. Ia baru keluar dari bandara menunggu jemputan dari sang kakak sepupu.

Dimas memang dari rumah berniat untuk refreshing sendiri, namun nyatanya ia tidak benar-benar sendirian. Karena mami nya ngotot mengabari kakak ipar yang tak lain kakak dari papinya yang sudah menetap lama di Bali. Dan begitulah ceritanya hingga suara klakson yang ia yakini milik saudara sepupunya itu menyapanya.

Setelah menempuh 20 menit perjalanan, akhirnya Dimas sampai di rumah bunda fifi, begitulah Dimas memanggil kakak dari papinya itu. Bunda fifi tinggal berempat dengan anak lelakinya yang menjemputnya tadi, bang Raka dan istrinya mbk nina serta sang cucu luki yang masih berumur 6 tahun sedangkan ayah Hadi suami bunda Fifi sudah lama meninggal.

Mereka saling menanyakan kabar masing-masing. Dan Dimas tak luput dari ejekan Raka yang mengatainya ke Bali dalam rangka healing habis di tolak cewek. Sialan memang mulutnya bang Raka, kalau ngomong suka bener ya walaupun gak sepenuhnya sih, batin Dimas.

Hari ini Dimas habiskan waktunya untuk bersantai dan esok hari baru ia akan mengawali agenda healing nya.

Ketika malam mulai menyapa Dimas dan Raka duduk berdampingan di teras depan rumah mencoba bernostalgia tentang masa remaja mereka.

Pembahasan mereka yang sudah panjang kali lebar sama dengan luas itu berujung dengan celetukan Raka mengenai teman anaknya di sekolah TK.

"....iya jadi temennya Luki itu hampir nusuk temennya pake gunting sambil nangis kejer gara-gara temennya itu sering mengejeknya gak punya ayah karena yang antar jemput selama ini selalu ibunya sendiri. Untung aja ketahuan sama gurunya jadi gak sampai terjadi pertumpahan darah ala bocah gitu. Kata Nina denger-denger sih emang anak itu lahir di luar perkawinan dan dia gak pernah tau siapa ayahnya selama ini. Kasihan juga sebenernya, masih bocah gitu, apalagi anak laki-laki figure yang ingin dia tiru pasti ayahnya. Sedangkan dia gak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah." Ucap Raka mengakhiri ceritannya.

Dimas masih bergeming di tempatnya. Pikirannya kembali melayang ke mimpinya semingguan lalu. Kira-kira bagaimana nasib anak di kandungan Amel nanti kedepannya. Ah bodoh amat lah belum tentu juga itu miliknya. Tapi bagaimana jika itu memang benar miliknya. Pikiran Dimas semrawut sendiri hingga tak sadar ia mengacak-acak rambut kepalannya melampiaskan rasa kesal.

Melihat tingkah sepupunya Raka kembali membuka suara, "kenapa lo Dim, gatel tuh rambut, makanya rajin keramas biar gak di huni sama kutu. Hahaha."

"Sialan lo bang." Dimas bangkit dari duduknya, "Udah ah gue mau istirahat dulu pegel nih badan gue." 

*

*

Seolah belum cukup cerita tentang kasus teman Luki semalam, pagi ini Dimas kembali di buat mikir tentang nasib anak Amel nantinya. Sambil menunggu sarapan yang masih di masak, Dimas dan Raka sedang menikmati kopi yang masih mengepul mengeluarkan asap di temani siaran televisi yang menampilkan berita pagi.

Berita tersebut menayangkan banyaknya kasus bayi baru lahir yang sengaja di buang oleh orangtuanya. Alasannya macam-macam, ada yang masalah ekonomi, pasangan muda yang belum siap mental, dan yang paling sering yaitu pasangan di luar nikah. Menyimak berita tersebut Dimas merasa tertampar. Hati kecilnya merasa tercubit.

Amel tidak mungkin membuang bayi nya kan? Atau jangan-jangan dia sudah menggugurkannya? Tidak, jangan. Bayi itu tidak bersalah dan berdosa. Tanyanya dalam hati yang entah Dimas tujukan ke siapa.

Sepertinya ia memang harus segera pulang ke rumah dan kembali menemui Amel. Pikirannya sungguh tidak tenang. Bagaimana dia bisa menikmati liburannya jika dari kemarin bayangan wanita itu yang terus melintas di pikirannya.

*

*

Meski terlihat samar, nyatanya kini perut Amel mulai tampak sedikit membuncit menandakan benar-benar ada kehidupan lain di dalamnya. Amel kembali menutup bajunya yang tadi tersingkap untuk proses USG. Trisemester pertama sudah ia lalui, bayinya tumbuh sehat di dalam perutnya. Jadwal periksa kali ini Amel tidak sendiri, ia di temani sang mama yang sedari tadi nampak kagum dengan gambar calon cucunya itu.

"Kita langsung pulang aja ya, kamu gak usah balik ke butik", ucap mama Amel. Kini mereka dalam perjalanan pulang setelah selesai periksa kandungan Amel.

Hanya 20 menit perjalanan mobil Amel sudah mulai memasuki area perumahan. Memang tidak membutuhkan waktu yang lama karena di waktu siang menuju sore ini jalanan masih begitu lenggang.

Sampai di depan rumah terlihat pintu gerbang sudah terbuka dan terdapat mobil warna hitam yang sudah terparkir di bahu jalan sisi kanan depan rumah Amel.

"Ada tamu kayaknya ma, mama ada janjian sama temen mama," tanya Amel memastikan.

"Enggak mama gak ada janjian sama siapa-siapa kok. Mama biar turun dulu kamu masukin mobil kamu ke garasi sekalian biar gak ngehalangi mobil papa kamu nanti."

Mama Amel turun dari mobil dan melangkah menuju ruang tamu yang sudah terbuka.

"Assalamualaikum..." Suara Mama Amel memecah keheningan.

"Waalaikumsalam tante.. apa kabar" jawab sang tamu sambil menghampiri mama Amel dan mencium tangannya.

"Alhamdulillah sehat, sudah lama kamu nak di sini.. "

"Enggak tante barusan datang kok masih 10 menitan." Jawab tamu itu sambil celingukan mencari manusia lain yang ingin dia temui.

"Aduh maaf, tante gak tau soalnya kalau ada tamu. Gak ada janjian juga soalnya tumben kamu main ke rumah tante."

"Emm, iya nih tan, sebenarnya saya ke sini mau bertemu dengan.. Amel."


To Be continue. . .

*

*

020423
Terimakasih sudah membaca. .
Vote dan komen 🌠

Skenario TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang