Bab 8

21.2K 1K 5
                                    


    Amel mengerjapkan matanya, sedikit menyipitkannya demi menghalau silau sinar matahari yang menyusup masuk lewat celah-celah jendela samping yang terbuka lebar.

Ia merasa tak asing dengan ruangan ini. Mencoba mengamati ruang kamar ini sebentar ia langsung tau dimana ia sekarang berada. Semuanya masih sama seperti terakhir ia menempati kamar ini. Ya benar, kamar ini memang kamarnya yang ada di Rumah orang tuanya, orang tua angkat lebih tepatnya.

**
POV Amel

Tok tok tok..

Terdengar suara ketukan pada pintu yang di ketuk dengan pelan dengan di susul suara tekanan pada handle pintu yang mulai membuka. Aku hanya melirik sekilas untuk mengetahui siapa orang yang menghampiriku sebelum ku alihkan kembali wajahku menatap ke arah luar jendela.

"Sayang.. kamu sudah bangun nak..", suara lembut yang mengalun di telinga, suara yang selalu aku rindukan setiap harinya semenjak aku keluar dari rumah ini. Ya itu suara mama.

Duduk di samping ranjang tempatku yang masih berbaring sambil mengusap pelan surai rambut yang ada di dahiku, mama melanjutkan ucapannya, "mama sama papa minta maaf sayang, tolong jangan hukum kami dengan cara meninggalkan kami, kami sangat menyayangimu nak jangan pergi lagi."

Air mata mama mulai menetes, aku bangkit dari posisiku berbaring untuk memeluk mama yang masih sibuk menghapus air matanya.

"Amel juga sangat sayang sama mama papa, terima kasih kalian telah membesarkan Amel dengan penuh cinta dan kasih sayang, maafin Amel ma yang telah membuat kalian khawatir", ucapku kemudian ku peluk mama lebih erat untuk menumpahkan rasa rindu yang sebulanan ini membelenggu hati.

***
***

Author POV

Di lain tempat telah terjadi kesepakatan kerja sama bisnis antara perusahaan Cv. Gemintang Grup  dengan perusahaan PT. Tama Jaya. Terlihat sang Direktur dari Cv. Gemintang Grup yang tak lain adalah Pak Rudi, papa dari Amel sedang berjabat tangan dengan salah satu perwakilan dari PT. Tama Jaya sebagai tanda persetujuan kerja sama telah di mulai.

Ya, dalam proses penandatanganan surat kontrak kerja sama yang dilaksanakan hari ini memang tidak di hadiri langsung oleh Direktur PT. Tama jaya, karena yang bersangkutan masih dalam perjalanan bisnis di Singapura.

*
*

Singapura..

Sedari sore hingga malam ini langit terlihat mendung, tak sedikit pun memberi waktu pada sang mentari untuk sekedar berpamit kembali ke peraduan, tidak pula memberi kesempatan pada sang rembulan untuk menampakkan sinar cahayanya.

Di dalam ruang kamar hotel yang luas ini tampak seorang lelaki sedang berkutat dengan laptop di belakang meja sambil sesekali mengernyitkan dahinya. Itu Dimas, ia sedang memeriksa pekerjaan dengan relasi yang ada di Singapura ini dan menemukan sedikit kejanggalan.

Tok tok tok..

"Permisi pak, ini ada berkas yang sudah saya periksa kembali tadi perlu persetujuan bapak", ucap sang sekretaris sambil menyerahkan map biru ke arah Dimas.

Dimas sedikit membaca kembali berkas tersebut kemudian ia membubuhkan tanda tangannya di atas kertas itu. "Bagaimana proses penandatanganan kontrak kerja sama dengan CV. Gemintang Grup hari ini?", tanya Dimas sambil menyerahkan kembali map itu ke sekretarisnya, Dini.

"Info dari pak Toni selaku perwakilan dari kita prosesnya tadi lancar pak, karena kan hari ini cuma penandatanganan berkas saja pak. Untuk materi penjelasan kan sudah pak Dimas sendiri yang presentasikan di depan pak Rudi minggu lalu".

Dimas hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, "ya sudah kamu boleh kembali ke kamar kamu, beresin sekalian barang-barang kamu karena kita check out pagi dan koper kita bawa sekalian. Kita makan siang di bandara aja besok atau pas udah landing di Jakarta aja, kurang selera saya masakan sini."

"Baik pak siap kalau gitu sama permisi dulu pak", pamit Dini undur diri.

*
*

Pagi hari ini suasana meja makan keluarga Rudi terasa kembali lengkap dan meriah. Ada Rudi selaku kepala keluarga, di depan samping kanan ada Ana istri tercintanya, menoleh ke samping kiri ada putri cantiknya yang kembali bergabung mulai kemarin sore.

Rudi berdiri membalikkan piringnya kemudian mengisinya dengan nasi dan lauk pauk yang tersedia di meja. Bukan untuk di makannya sendiri tetapi piring tersebut ia serahkan ke arah putrinya, Amel.

"Ini special papa ambilkan untuk princess papa, mulai sekarang papa akan pastikan kamu makan banyak. Kamu kurusan sayang, kamu pasti tertekan ya sebulanan ini, papa sama mama sekali lagi minta maaf ya. Tolong jangan tinggalkan kami lagi".

Suasana sarapan pagi itu pun berjalan dengan selaras. Amel sudah memantapkan hatinya untuk mengikhlas kan kepergian kedua orang tua kandungnya, ia juga telah memaafkan papa dan mama nya yang selama ini ini telah memberikan banyak cinta dan kasih sayang.

Because, life must go on. Sekarang ia hanya ingin menjalankan kehidupannya dengan penuh bahagia bukan kebencian. Itu adalah keputusan yang paling benar bukan?.



260123 ✨

Skenario TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang