Bab 12

19.8K 895 4
                                    


....dengan tangan yang sedikit gemetar ku coba perlahan membalikkan salah satu testpack. Spontan mataku langsung terbuka lebar melihat hasilnya.

Tampak hanya muncul satu garis merah pada testpack strip itu.

Itu tandanya negatif kan..

Aku merasa sedikit tenang, setidaknya masih ada harapan ke empat testpack lainnya akan menunjukkan hasil yang sama. Ku pandang pantulan wajahku di cermin, dengan penuh tekad ku balikkan seluruh testpack yang tersisa yang ada di meja wastafel kamar mandi ku ini.

Namun seketika lututku menjadi lemas melihat hasil dari ke empat testpack tersebut. Oh Tuhan.. air mataku lolos menetes tanpa bisa ku cegah. Dua test pack strip itu menunjukkan dua garis merah meski salah satu garisnya sedikit samar, sedangkan dua testpack lainnya yang berwarna biru dan pink menunjukkan tulisan positif.

Bagaimana ini.. dengan gerakan refleks ku cengkram pelan perut ku yang masih rata. Kenapa kamu hadir.. padahal aku tidak pernah mengharapkan mu. Aku harus bagaimana.. kamu merusak rencana hidupku yang sudah kembali tertata.

Kembali mengingat kejadian setelah malam itu dan bodohnya aku yang terlalu bersedih mengabaikan dampak yang akan terjadi akibat perlakuan pria bejat itu.

Ku usap air mataku yang terus keluar dengan sedikit kasar. Aku gak boleh jadi bodoh lagi, aku harus segera mencari solusi untuk hidup ku kedepannya. Menggugurkan janin ini?, Tidak.. aku tidak sejahat itu. Jadi solusi itu pasti tidak akan ku lakukan.

Sekarang untuk sementara aku harus menutupi kehamilanku dari orang-orang luar terutama papa mama. Setidaknya masih ada waktu sebelum perutku akan semakin membesar. Iya.. pertama mungkin aku akan memeriksakan kehamilanku ke dokter kandungan untuk memastikan sekali lagi.

*
*

Sekarang aku masih berada di parkiran rumah sakit. Barusan aku memeriksakan kehamilanku. Ternyata janin yang ada di kandunganku sudah memasuki usia 13 minggu. Berarti tidak membutuhkan waktu yang lama lagi perutku akan membuncit.

Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan?. Apa iya aku harus mencari keberadaan lelaki itu untuk memintai pertanggung jawaban. Tapi misal nanti bertemu pun lelaki brengsek itu pasti akan menolaknya. Aku masih ingat tentang tuduhannya kearahku, seakan-akan akulah yang menjebaknya malam itu. Oke kalo begitu lupakan solusi untuk mencari lelaki brengsek itu.

Ku pijat pelipisku saat kurasakan kepalaku yang terasa sedikit pening. Sepertinya aku harus pulang terlebih dahulu, ya aku butuh istirahat sejenak untuk memikirkan solusi berikutnya.

*
*

Sesampainya di rumah ku parkirkan mobilku setelah itu aku memasuki rumah lewat pintu samping. Di ruang tamu keluarga ku lihat mama yang menangis dalam pelukan papa. Ada apa ini, jarang-jarang ia melihat raut sedih menghampiri wajah orang tuannya.

Semakin dekat langkahku semakin ku dengar suara sesegukan dari tangisan mama. "Assalamualaikum.. ada apa pa.. kenapa mama menangis", tanyaku.

Melihatku mendekat papa kemudian berdiri dan melepaskan pelukannya ke mama dan tiba-tiba...

Plakkk....

Suara tamparan itu berasal dari tangan papa ke arah pipi ku. Ku pegang pipi bekas tamparan tangan papa tadi dengan raut terkejut dan bingung penuh tanya.

Ku pandang wajah papa yang menahan murka dan amarah, sedangkan mama menghampiri papa memegangi lengan papa sambil terus menangis sesegukan.

"Ke-kenapa papa tampar Amel?".

"Hamil anak siapa kamu mel..!!" Tanya papa dengan nada tinggi. Deg.. seketika aku merasa blank, papa tau darimana aku hamil.

"Jawab Amel..!!" Suara bentakan dari papa terdengar lagi. Aku hanya diam sambil menggigit bibir bawahku.

"Papa sama mama mendidik kamu dari kecil dengan benar, dengan penuh cinta dan kasih sayang. Apa pernah kami mengajarkan kamu untuk menjajahkan tubuh kamu ke sembarang lelaki. Hah.. jawab papa Amel..!!"

"Ng-nggak pernah pah.." air mataku lolos menetes tak terbendung.

"Lalu jelaskan ke papa bagaimana kamu bisa hamil. Sebulan pergi dari rumah ini menjajahkan tubuh di bar, iya hah.. bener kan yang papa bilang. Astagfirullahaladzim.. Amel.. Amel". Ucap papa dengan nada lirih di akhir kalimat sambil mengusap wajah frustasi.

"Siapa lelaki berengsek itu, bilang ke papa. Berani-berani nya dia hancurin masa depan putri papa".

"Jawab papa mel jangan diam aja. Jangan coba-coba menutupinya", cecar papa kembali karena aku hanya diam tak menjawab.

"A-amel gak tau pa.. Amel gak kenal lelaki itu..", aku menjawab sambil semakin menundukkan kepalaku. Menunggu respon papa selanjutnya namun yang terdengar hanyalah satu teriakan dari papa.

"Mama....."

Mendengar suara teriakan papa yang seperti terkejut aku pun mendongakkan kembali kepalaku dan segera ku langkahkan kaki menghampiri mama.
Ya.. mama pingsan tergeletak tak sadarkan diri. Oh tuhan...

---
--
-

02022023✨

Skenario TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang