Bab 34

14.2K 699 25
                                    

Hasil tes DNA sudah keluar hari ini. Awalnya Dimas ingin mengambil surat itu di pagi hari sebelum ia berangkat ke kantor karena ia sudah sangat penasaran dengan hasilnya. Namun sayang, rupanya Dimas harus menunda itu hingga waktu makan siang nanti karena sang sekretaris mengabari bahwa pagi ini ada meeting mendadak dengan klien mereka yang tiba-tiba merubah jadwal pertemuan.

Sebelum berangkat ke kantor pun tadi istrinya berpesan jika siang nanti ia ingin ikut pergi ke rumah sakit mengambil hasil tes DNA itu. Jadi setelah melakukan pertemuan dengan kliennya, Dimas segera bergegas kembali ke rumah demi menjemput sang istri.

Sebenarnya jika di pikir Dimas seperti membuang-buang waktu, sangat tidak efesien. Karena jarak kantor kliennya lebih dekat dengan rumah sakit tempat Dimas tes. Sedangkan sekarang Dimas mengendarai mobilnya dari kantor klien menuju ke arah rumah mertuanya untuk menjemput Amel dan setelah itu barulah mereka berangkat ke rumah sakit. Itu artinya Dimas harus memutar arah berlawanan di panas terik siang ini.

Sebelumnya Dimas mengabari jika ia sudah dalam perjalanan dekat rumah, jadi ketika mobil Dimas sudah sampai depan gerbang rumah mertuanya, Amel langsung muncul dari dalam dan segera masuk ke mobil Dimas agar mereka bisa segera sampai di rumah sakit. Kalau di tanya apa Dimas gak capek habis nyetir jauh terus langsung putar balik lanjut nyetir lagi? Gak mau berhenti dulu gitu buat minum atau makan? Jawabannya adalah tidakkk. Karena Dimas merasa tidak tenang sebelum benar-benar mengetahui hasil tes nya.

Di tengah perjalanan mereka berdua sama-sama diam. Tak ada yang bersuara. Bahkan untuk menyalakan radio atau musik pun tak ada niat dari keduanya untuk memecah keheningan.

Setelah melewati beberapa puluh menit dalam diam kini mereka sudah tiba di rumah sakit. Langsung saja setelah memarkirkan mobilnya Dimas  berjalan menuju loket untuk mengambil hasil lab.

Di arahkannya mereka berdua oleh suster untuk menemui dokter Leonard yang akan membacakan surat hasil tes kecocokan DNA tersebut.

"Permisi dokter, ini pak Dimas yang hari senin kemarin melakukan tes DNA sudah datang. Dan ini surat hasil tesnya." Ucap suster yang ber name tag Ana.

Sambil mengambil surat di tangan suster Ana dokter Leonard mempersilahkan Dimas dan Amel untuk duduk.

"Baik pak Dimas langsung saja saya bacakan hasil lab nya ya." Dokter Leonard pun membuka amplop dan mengambil lembaran kertas yang ada di dalamnya melihat sekilas kemudian menaruh lembaran itu di atas meja menghadap ke arah Dimas dan Amel.

Dokter Leonard pun menjelaskan jika hasil tes menunjukkan ketidak cocokan DNA antara ayah dan anak karena presentase yang keluar bukan 99,9999%.  Mendengar itu Amel dan Dimas sontak bertatapan. Agaknya terlihat pancaran lega di mata keduanya.

*

*

Kini mereka berdua sedang berada di restoran yang tak jauh dari rumah sakit. Selagi menunggu pesanan yang masih di siapkan itu, Amel memulai pembicaraan serius mereka.

"Anak itu bukan anak kandung kamu Dim. Sekarang apa yang harus kita lakukan."

Dimas mengangguk lega. Dia sebenarnya masih belum tau apa yang harus ia lakukan setelah ini. Pasalnya kemarin ia tidak jadi menghubungi Ratna karena ketika dia hendak melakukannya tiba-tiba ada panggilan masuk dari calon kliennya. Mereka melakukan pembicaraan di telepon memakan waktu yang lama sehingga setelah telepon di tutup ia melupakan masalah Fara dan kembali melanjutkan pekerjaan yang sedang urgent itu.

"Aku masih belum tau dimana posisi tempat tinggal Fara sekarang. Sebenarnya bisa saja aku mencari tahu lewat sahabatnya Fara yaitu Ratna yang lain teman ku juga, tetapi aku belum sempat menghubunginya. Bagaimana jika kita tunggu pergerakan Fara selanjutnya saja?" Ucap Dimas yang hanya di respon kernyitan dahi oleh Amel.

"Maksud aku, sekarang kita fokus sama kehamilan kamu aja. Fara sudah jadi masa lalu aku. Terlepas bayi siapa yang kamu kandung aku janji aku akan meny-"

Mendengar kalimat Dimas yang masih meragukan calon bayi nya membuat Amel meradang. Di lemparkannya kotak tisu di atas meja itu ke arah Dimas.

"Kamu masih meragu setelah bulan-bulan kemarin ikutan ngidam sama morning sickness. Ini itu beneran bayi kamu. Aku gak pernah melakukan "itu" sama orang lain." Ucap Amel pelan dengan nada menekan setiap katanya.

"Iya-iya maaf. Tapi sebelum bayi ini lahir dan kita belum lakukan tes DNA lagi aku minta maaf kalau aku masih ragu. Aku minta pengertian kamu ya. Oke?" Dimas memelas sambil mengusap punggung tangan Amel.

Amel yang sudah terlanjur merajuk hanya diam melengos mendengar perkataan Dimas.

Tak lama kemudian pelayan datang dengan membawa sebuah nampan makanan pesanan mereka.

*

*

*

Di lain tempat tepatnya di sebuah apartemen mewah milik Ratna terlihat sang pemilik dan kedua sahabatnya berkumpul. Gelas dalam genggaman yang berisi air putih itu terlempar ke lantai. Pelakunya siapa, tentu saja si Ratna.

"Akhhh.." ucapnya frustasi sambil mengacak-acak rambutnya.

"Sialan. Sepertinya Dimas sudah terjerat buaian istrinya yang bunting itu. Rencana kita untuk mengalihkan perhatian Dimas dengan memunculkan Fara ternyata tidak berhasil. Dimas bahkan terkesan abai dan mencoba menghindar ketika tak sengaja bertemu dengan Fara."

"Sabar beb.. kita kan lagi masuk ke rencana B. Jika dengan mempertemukan Fara dan Dimas tidak membuahkan hasil. Mungkin kita bisa coba dengan mengancam istrinya itu. Setau gue istrinya Dimas itu lemah lembut gak tega an orangnya." Citra mencoba menenangkan Ratna.

"Kalau rencana itu masih gak berhasil, gue akan masuk ke rencana C. Gak peduli gue kalau kalian melarang dan gak ikutan ngelanjutin misi ini. Yang pasti gue akan cari cara untuk menghilangkan nyawa bayi itu sebelum lahir."

Bunga yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepala. Tangannya terulur mengusap pundak sahabatnya itu.

*

Bersambung. . .

21.05.23
Terimakasih sudah membaca, vote & komennya

Jujurly stok ide menipis mau lanjutin cerita ini 🤣
Yang punya ide untuk part selanjutnya mungkin bisa komen😂
Kalau kalian juga sama gk punya idenya doain aja deh biar aku bisa cepet update lagi 😁😁

Skenario TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang