Bab 22

18.1K 932 9
                                    

DIMAS termenung diam di kursi kerjanya. Hanya kepalanya yang berisik memikirkan keanehan yang di maksud sang sekretarisnya itu yang menghubungkan keinginnannya makan rujak dengan ibu hamil yang sedang ngidam makan buah asam.

Awalnya ia tidak mengerti maksud Dini tadi, namun setelah ia melakukan pencarian di internet ia menemukan bahwa proses mengidam tak hanya di alami oleh calon ibu saja, karena sebagian calon ayah juga merasakannya. Entah mengapa setelah membaca artikel di internet tadi pikiran Dimas mengarah ke perempuan itu.

Pasalnya tak hanya mengidam saja, sebagian calon ayah juga bisa mengalami mual atau morning sickness bahkan ada yang merasa sensitive terhadap bau-bauan.

Mual. Dimas kembali mengingat beberapa minggu lalu ia sempat sakit. Ia memang merasakan mual dan sakit kepala.

Sensitive terhadap bau. Baru beberapa hari kemarin ia mengomeli Dini yang lupa mengganti pengharum ruangannya ini dengan wangi yang lain. Padahal sebelum-sebelumnya ia tak begitu peduli dengan pengharum dalam ruangannya ini.

Dimas baru ingat ketika ketiga temannya itu juga mengatakan jika ia sudah seperti ibu hamil yang rewel terhadap bau-bauan.

Dan yang terakhir yang juga ikut mengganggu pikirannya adalah mimpi sang mami yang maminya tafsirkan dengan rejeki kehamilan.

Kenapa semuanya kini menjadi begitu berhubungan. Apa mungkin yang di katakan wanita itu benar. Wanita itu sedang mengandung janin miliknya. Ahhh sial.. rutuknya dalam hati.
Sepertinya ia harus segera menemui wanita itu sebelum wanita itu benar-benar menggugurkan janinnya. Atau kemungkinan buruknya mungkin sudah.

*

*

Di lain tempat, Amel terlihat sibuk mengaplikasikan make up pada wajahnya. Setelah drama mualnya pagi hari tadi, siang ini ia sudah kembali sehat dan bersiap menuju butiknya.

Sudah satu mingguan Amel tidak berkunjung ke butiknya. Hari ini sepertinya akan menjadi siang tersibuk karena banyak laporan data penjualan dan pembelian barang yang harus dia cek.

"Ma.. Amel mau pergi dulu ya ke butik, mungkin entar pulangnya agak malam jam 8 an. Soalnya banyak laporan yang harus Amel cek" pamitnya ke sang mama.

"Iya tapi kalau bisa jangan kemalaman ingat tubuh kamu sekarang gak sendirian lagi. Kalau bisa jam 7 udah di rumah biar bisa makan malam bareng nanti. Kamu nyetir sendiri atau mama panggilin pak toni biar antar sama jemput kamu aja ya biar gak capek nanti."

"Gak usah ma.. Amel masih bisa sendiri, masih kuat juga. Mungkin nanti pulangnya Amel merasa capek biar Amel naik taksi aja mobil biar di tinggal di butik."

"Ya udah hati-hati kalau gitu jangan ngebut. Kalau ada apa-apa langsung kabari mama ya."

"Iya ma. Amel pamit ya ma."

Setelah berpamitan Amel pun melangkahkan kaki keluar rumah dan masuk ke dalam mobil yang sudah di siapkan pak Toni di halaman depan lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang ke arah butiknya.

*

*

Setelah berpikir panjang, Dimas memutuskan untuk menemui wanita yang mengaku sedang hamil anaknya itu. Tidak sulit untuk Dimas mencari tau dimana keberadaan wanita itu karena ia mengenal dengan baik orang tua wanita itu.

Dimas memang tidak langsung menanyakan keberadaaan wanita itu pada pak Rudi, ayah wanita itu. Tapi ia pernah mendengar jika putri pak Rudi memiliki sebuah toko pakaian di daerah yang letaknya tak jauh dari lokasi kantornya berada.

Dan di sini lah Dimas sekarang berada. Di depan sebuah butik yang bagian atasnya terdapat billboard dengan tulisan Qamela's Boutiqe. .

Siang tadi, setelah rujak pesanannya datang dan Dini mengantarkannya ke ruangan, Dimas pun seolah tak mau membuang-buang waktu lagi. Ia segera mengorek informasi tentang lokasi toko Amel dengan bantuan sekretarisnya itu yang ia ketahui sebagai toko langganan si Dini juga. Dan begitulah dengan mudahnya Dini memberikan informasi alamat tanpa menaruh curiga sedikit pun.

Sudah lewat 30 menit ia berdiam di dalam mobilnya yang terparkir di halaman butik memperhatikan orang yang berlalu lalang di dalamnya. Tetapi dari tadi wanita itu, Amel, tak terlihat berseliweran sama sekali. Apa mungkin ia datang di waktu yang tidak tepat. Mungkin wanita itu sedang tidak bekerja hari ini.

Dimas pun memutuskan untu masuk ke dalam toko untuk memastikan keberadaan Amel.

Baru ia membuka pintu toko, ia sudah mendapat sapaan ramah dari seorang pegawai.

"Selamat sore, selamat datang di Qamela's Boutiqe, ada yang bisa kami bantu pak"

"Ekhem.. Pemilik butik ini apa ada mbk. Saya mau bertemu dengannya."

"Owh ada pak, maaf sebelumnya dengan bapak siapa ya, apa sudah buat janji dengan bu Amel."

"Saya belum buat janji mbk. Tapi bilang aja Dimas mau bertemu. Ada hal penting yang mau saya bicarakan."

"Baik pak, sebentar ya saya tanyakan dulu pak."

Pramuniaga itu pun berlalu ke ke samping kiri menaiki tangga yang Dimas tebak sebagai kantor dimana Amel berada sekarang.

*

*

Amel sedang tersenyum senang di meja kerjanya. Data penjualan bulan ini menunjuk pada grafik peningkatan sekitar 15 persen dari bulan sebelumnya. Sepertinya ia harus mengadakan syukuran kecil-kecilan seperti makan malam bareng karyawannya besok.

Tok tok tok..

Mendengar suara pintu Amel menengadahkan wajahnya ke arah pintu.

"Masuk.."

Lena, karyawannya kemudian masuk ke ruang Amel.

"Mbak ada cowok cakep yang nyariin mbk Amel, pacarnya mbak ya." Ucap Lena seraya menggoda Amel.

"Kayaknya aku gak ada janjian sama seseorang deh Len, namanya siapa emang"

"Dimas mbk, orangnya beneran ganteng kayak oppa-oppa korea pokoknya. Hihihi.."

Deg.. ngapain itu orang ke sini, batinnya.

"Kamu suruh naik ke sini aja orangnya Len"

"Oke mbak siap, itu calon pak bos aku ya mbk".

Mendengar ucapan Lena, Amel hanya bisa memelototinya tajam sedangkan yang di pelototi hanya senyum cengengesan dan keluar ruangan.

Tak lama kemudian terdengar suara ketokan pintu lagi yang Amel pastikan orang di balik pintu tersebut adalah Dimas.

Setelah menyahutinya untuk masuk, sang tamu tidak di undang itu membuka pintu dan muncul di depan Amel.

Terlihat laki-laki itu berdiri canggung di depan meja Amel.

"Ada yang bisa di bantu pak" tanya Amel cuek.

"Ekhem.. gimana kabar kamu" alih-alih menjawab, Dimas malah balik mengajukan pertanyaan.

Mendengar itu Amel hanya mengernyitkan dahi sebelum menjawab, "Seperti yang anda lihat, saya sehat wal afiat."

Dimas diam sejenak sebelum kembali mengajukan pertanyaan, "Kalau kandungan kamu, bagaimana dia.."

Amel terperangah mendengar pertanyaan itu.



TBC

*
Hai hai hai...
Jumpa lagi 🤗

290323
Sedekah yuk, banyak-banyak tekan 🌟 di cerita aku 😂😂

See you next part 🤗

Skenario TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang