Bab 28

17.1K 837 13
                                    


Ratna baru saja tiba di bandara setelah empat bulan yang lalu ia pergi ke perancis untuk mengikuti kelas kecantikan. Kedatangannya sudah di tunggu dari 20 menit yang lalu oleh kedua sahabatnya. Matanya mulai mengedar mencari keberadaan orang yang menjemputnya itu dan setelah menemukannya ia berlari menghampirinya.

"Hai girls.. long time no see.. gue kangen banget sama kalian" ucap Ratna sambil cipika cipiki mengawali perjumpaan mereka.

Setelah saling berpelukan singkat dengan kedua sahabatnya, kini mereka dalam perjalanan menuju ke apartemen Ratna.

"Eh emang my love Dimas beneran udah nikah? Kok gue bisa gak tau sih. beritanya juga gak gempar, gue juga gak ada lihat status WA atau story Ig yang ngeshare atau nandain akun Dimas." tanya Ratna.

"Ih jangankan elo, kita berdua aja yang tinggal satu negara dan satu kota yang sama aja gak tau kalau si Dimas udah married." jawab Bunga sambil menunjuk dirinya dan Citra yang sedang fokus menyetir.

"Iya, mana udah bunting aja istrinya. Gue curiga sih mereka MBA makanya nikahnya gak rame-rame" ungkap Citra.

Ratna masih ngelag, belum konek maksud dari perkataan Citra, "MBA? Magister Administrasi Bisnis maksud lo? Apa hubungannya coba?".

Bunga yang gemas karena sahabatnya itu tidak paham dengan MBA yang di maksud Citra ikut menimpalinya, "iiihhh bukan MBA yang itu. Tapi MBA Married By Accident."

Ratna membulatkan matanya sambil menutup mulut lagaknya ia terkejut. Otaknya mulai mencerna.

"Udah hamil berapa bulan istrinya Dimas" tanyanya.

"Berapa ya. Masih belum begitu terlihat banget sih mungkin kayaknya 3 atau 4 bulanan kali ya" jawab Bunga.

Ratna mulai menghitung mundur waktu, jika istri Dimas hamil 4 bulan itu artinya dia masih belum berangkat ke perancis dan masih berada di kota yang sama dengan Dimas.

"Oh no oh no oh no" suara jeritan dan tepukan pada kursi dari belakang mengejutkan Bunga dan Citra yang masih fokus mengemudi.

"Apaan sih beb, ngagetin aja tau gak sih lo" balas Citra yang memang kaget karena sebelumnya suasana tenang.

"Jangan-jangan sewaktu kita ngasih obat perangsang ke minuman si Dimas waktu di The Night Club sebulan sebelum gue berangkat ke perancis dia tidur dengan itu cewek. Soalnya kan setelah kasih minuman ke Dimas dia keluar terus gak ada muncul lagi kan. Aaakkkkhhh kayaknya jebakan gue salah sasaran dong".

Kedua teman Ratna ikut terkejut dengan penuturan dari Ratna, "Bisa jadi sih, kalau di runtut sama kejadian malam itu waktunya pas." timpal Bunga.

"Aakh sial. Gak boleh gak boleh pokoknya gak boleh. Dimas harus balik sama gue pokoknya. Udah susah-susah pisahin Dia sama si fara sekarang malah udah jadi suami orang aja." Gerutu Ratna sebal.

Mendengar sahabatnya yang sebal Citra memberikan solusi, "Eh tapi tenang aja beb, kayaknya Dimas sama istrinya juga gak saling cinta kok, mereka kelihatannya menikah karena si baby yang masih dalam kandungan itu aja. Jadi kayaknya lo harus bersabar sampai beberapa bulan ke depan sampai itu bayi lahir buat rebut si Dimas lagi".

"Kelamaan kalau masih harus nunggu beberapa bulan lagi. Apalagi kalau wanita itu masih hamil 4 bulan, itu artinya gue harus nunggu 5 bulan lagi dong. Gak gue gak sesabar itu buat menunggu. Dan gue gak mau Dimas punya anak selain dari rahim gue." Jawab Ratna menggebu-gebu.

Setelah diam beberapa menit Ratna kembali melanjutkan, "Gue udah punya rencana, pokoknya kalian berdua harus bantu gue untuk menjalankannya."

Bunga dan Citra saling memakukan tatapan curiga dengan rencana si Ratna. "Okelah kita akan bantu asalkan kau bahagia dah.. hahaha" suara Bunga mencoba untuk mencairkan suasana yang mendadak tegang itu.

*

*

*

Malam ini jadwal Amel dan Dimas menginap di rumah orang tua Dimas. Sejak tadi siang mereka berdua sudah tiba di kediaman keluarga Wiratama. Bahkan tadi sore Amel sempat memasak bersama sang mami mertua. Sayangnya adik iparnya sedang berlibur keluar kota bersama teman-temannya jadi keseruan itu menjadi kurang lengkap.

Setelah acara makan malam keluarga selesai, kini mereka --Amel, Dimas, mami dan papi-- sedang berkumpul di ruang keluarga sambil menyaksikan siaran televisi dengan posisi duduk Amel di apit oleh Dimas di sebelah kiri dan mami mertua sebelah kanan sedangkan papi duduk di sofa single sebelah kanan dekat mami. Di atas meja ada toples berisi keripik tela dan semangkuk buah potong yang di siapkan mami khusus untuk menantunya, Amel.

"Gak terasa cucu mami empat setengah bulan lagi bakalan launching" ucap mami sambil mengusap pelan perut Amel.

"Iya mi, doa kan semoga persalinannya nanti lancar ya mi".

"Pasti dong sayang mami akan mendoakan itu. Oh iya kalian gak ada niat USG buat mengetahui jenis kelaminnya si adek bayi" tanya mami.

Amel diam tak langsung menjawab, karena ia belum membicarakan hal ini dengan Dimas. Kalau Amel sendiri sebenarnya tidak ingin mengetahui, ia ingin anaknya nanti lahir menjadi suprise untuknya. Baik laki-laki maupun perempuan asalkan nanti bisa lahir dan tumbuh sehat. Tetapi jika Dimas ingin mengetahui jenis kelamin anaknya nanti ia bisa minta ke dokter untuk memberitahukannya sewaktu USG hari kamis besok.

Melihat istrinya hanya diam tak menjawab pertanyaan sang mami Dimas pun inisiatif menjawabnya, "Dimas gak pingin tau jenis kelaminnya si adek nanti apa mam, biar jadi kejutan aja nanti pas lahir. Takutnya ntar mami ngarepinnya apa keluarnya beda lagi. Jadi biar jadi rahasia aja dulu jenis kelaminnya nanti. Yang penting adek dalam kandungan sehat." Tutupnya sambil mengusap usap perut Amel.

Ya, semenjak Amel tiap akan tidur harus di usap punggung atau perutnya tiap malam kini Dimas tak lagi canggung untuk mengusap perut Amel di depan keluarga atau orang lain. Dimas pun juga bingung dengan perasaannya yang mendadak sayang dengan bayi dalam kandungan Amel. Bahkan sekarang ia sudah tidak terlalu mempermasalahkan bayi itu memang benar miliknya atau mungkin orang lain. Karena memang menikah dengan Amel ternyata tak seburuk bayangannya itu.

"Ih ya nggak gitu. Apa pun yang lahir nanti adeknya cewek atau cowok mami akan seneng dan pastinya menyayanginya kok. Ya udah itu terserah kalian kalau mau rahasia dulu jenis kelaminnya si adek. Mami sama papi hanya bisa mendoakan semoga kalian semua sehat-sehat, hidup rukun bahagia."

Amel tak mengira jika Dimas juga ingin merahasiakan dulu gender anaknya. Awalnya Amel takut jika Dimas dan sang mami akan memaksa untuk mengetahui gender bayi dalam kandungannya ini. Tapi setelah mendengar jawaban dari mami mertua barusan Amel menjadi lega karena mertuanya itu menghargai keputusannya.

*

*

Bersambung. .

20.04.23
Haii
Terimakasih sudah membaca 🤗
Jgn lupa tekan 🌟 dan komennya 😁

Sampai jumpa di bab selanjutnya. .

Skenario TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang