15

2.8K 439 30
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"100 juta! Tunai! Seperti yang saya janjikan pada Anda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"100 juta! Tunai! Seperti yang saya janjikan pada Anda."

Bukan hanya Ibu dan Arman yang terbelalak melihat satu kresek hitam yang penuh dengan pecahan seratus ribuan, aku pun juga hanya bisa menggigit bibirku kuat-kuat saat melihat uang yang di bawa seorang pria tua seumuran Ibu yang tidak lain adalah seorang Karyawan Pak Syahid.

Wajah masam Ibu yang sebelumnya terlihat kini begitu sumringah dan bungah saat melihat beliau langsung meraih uang-uang tersebut dan menciumnya, hal yang langsung membuat wajahku masam, dua hari berturut-turut Ibu mendapatkan uang dengan nilai fantastis dan aku yakin tidak sampai hitungan bulan uang tersebut akan musnah, selain Ibu yang berniat membuat pesta megah dengan dalih gengsi untuk Arman, Ibu juga seorang yang boros dan suka sekali membeli barang-barang yang tidak berguna.

"Saya kira Anda bohong cuma sekedar gertak sambal doang, ternyata Anda benar-benar orang kaya! Tahu gitu saya minta lebih banyak!"

Mendengar bagaimana tidak tahu malunya Ibu membuat Pak Wira, dan Pak Syahid hanya bisa menggeleng jengah, begitu juga denganku yang langsung menunduk malu.

"Uang sudah Anda dapatkan dan mulai detik ini Anda harus memenuhi janji Anda untuk tidak mengusik Arasya lagi! Jika sampai Anda berani mengusiknya, saya pastikan Anda akan mendekam di penjara dengan tuduhan perdagangan manusia!"

Ibu yang sebelumnya tidak mengacuhkan orang-orang yang ada di ruang tamu ini seketika terkejut mendapat ancaman dari Pak Syahid yang kini bersedekap tanpa ekspresi menunjukkan betapa seriusnya ancaman yang beliau berikan, terang saja Ibu yang selama ini bisa sesuka hatinya mengintimidasiku kini menciut mendapatkan ancaman dari Pak Syahid.

"Seperti yang Anda lihat, saya tidak pernah bermain-main dengan ucapan saya! Anda tahu kan artinya!"

Dengan wajah memucat Ibu mengangguk kaku, dengan terburu-buru Ibu meraih semua uang yang ada di atas meja dan membawanya pergi begitu saja ke dalam kamar beliau menyisakan Arman yang bahkan tidak berani memandangku.

Adik laki-lakiku yang aku harap bisa menjadi tempatku membagi lelah dan menjadi kebanggan keluarga ternyata tidak lebih dari seorang yang membawa sial dalam hidupku, entah apa yang di lihat Ibu dari Arman hingga setelan menorehkan noda pada keluarga Arman masih di bela mati-matian oleh Ibu.

Dear Arasya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang