Author POV
Sebelumnya seorang Syahid Amarsena tidak percaya adanya cinta pada pandangan pertama, bahkan apa yang orang-orang agungkan sebagai sebuah rasa yang di sebut cinta pun Syahid tidak paham.
Selama ini yang Syahid miliki adalah perasaan simpati, kasihan, dan juga tidak ingin melihat orang lain menderita, hal itulah yang membuat sosoknya yang di didik keras dalam keluarga militer mempunyai empati yang tinggi sekalipun dari luar orang-orang seringkali menyebut Syahid sebagai orang yang sombong dan acuh.
Menjadi Tentara bagi Syahid bukan hanya meneruskan kebanggaan garis keluarga Amarsena, tapi Syahid memang benar-benar terpanggil untuk menjadi pelindung bagi Ibu Pertiwi. Selama ini yang Syahid pikirkan hanyalah tugasnya sebagai seorang Letnan dan mengejar prestasi sebagai seorang Perwira sebaik mungkin, itulah sebabnya di saat Letingnya sudah menikah dan memiliki anak, Syahid justru lebih sering mengambil pendidikannya bahkan sampai di program pertukaran prajurit Perwira di Jerman dan juga Amerika selama nyaris satu tahun di luar tugasnya.
Syahid bertekad dia ingin menjadi Jendral yang lebih baik dan lebih cepat daripada Papa maupun Kakeknya. Soal wanita dan rumah tangga sama sekali bukan prioritas Syahid, bahkan wanita yang di pilih Mamanya untuk menjadi istrinya sama sekali tidak di anggap Syahid karena bagi Syahid kebanggaan sebagai seorang perwira lebih penting.
Setidaknya itulah yang di rasakan Syahid sampai akhirnya takdir membawanya bertemu dengan sosok wanita rapuh namun begitu tangguh bernama Arasya Mutia. Syahid benci seorang wanita yang cengeng, namun melihat Arasya yang tetap berdiri kuat di tengah ketidakadilan Takdir yang membuat hidupnya terseok-seok membuat Syahid berubah pikiran, sungguh Syahid benci dengan ketegaran Arasya yang begitu rapi menyembunyikan tangisnya.
Andai Syahid bisa mengungkapkan, Syahid ingin mendekap sosok yang tengah tertidur bersandar di bahunya ini dan berkata jika dia bersedia menjadi sebuah tisu untuk menghapus air mata duka yang menetes dari mata indah yang seharusnya tidak boleh mengeluarkan kesedihan. Syahid rela hancur asalkan kesedihan tersebut bisa hilang dari mata seorang Arasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Arasya
RomanceAnak perempuan pertama, menjadi tulang punggung untuk Ibu yang selalu mengatakan jika hidup keluarga dan pendidikan kedua adiknya adalah tanggung jawabnya membuat Arasya merasa begitu lelah. Di saat rekan-rekannya sudah merajut asa yang di inginkan...