BAB 6 - HASRAT

373 51 1
                                        

"Sudah percaya?"

Ketika semuanya telah usai, Benjamin mengangkat kepalanya. Menatap Jemima dari atas tapi buru-buru Jemima langsung mendorong tubuh Benjamin ketika mendapatkan celah.

Jemima melompat turun dari ranjang. Ia menangis terisak-isak. Apa yang dilakukan oleh Benjamin adalah sebuah pelecehan!

"Siapa anda sebenarnya?!"

"Sudah aku katakan, aku calon suamimu!"

"Mustahil!"

"Ha ha ha. Melihatmu sudah mengomel seperti ini, pertanda bahwa kamu sudah sadar kalau aku bukan lah sebuah ilusi."

"Jacob Russell Briel?! Benjamin Vander?! Siapa anda sebenarnya?!"

"Aku dua orang yang menjadi satu, Jema."

"Omong kosong macam apa ini?! Bertahun-tahun anda membuat saya menjadi orang gila!"

"Wajar saja ... siapa yang percaya kalau kamu mengatakan ada orang yang bangkit dari kubur?"

Jemima kembali terengah. Ia menatap Benjamin sekali lagi. Semua yang ada di dalam dirinya memang sudah banyak berubah. Rambut yang dulu panjang kini sudah tertata rapi, hoodie yang ia kenakan kini telah berubah menjadi kemeja panjang. Hanya wajahnya yang kini sudah tampak jauh lebih dewasa. Dipenuhi dengan jambang halus di sekitar rahang kini dia mulai mendekat lagi.

Jemima mundur satu langkah. Sialnya punggungnya sudah meringsut pada dinding hingga ia tidak bisa bergerak lagi.

Benjamin langsung meraih pinggul. Dan dengan sekali hentakan, tangannya melingkar dan menarik tubuh Jemima hingga kini ia berada di dalam pelukan Benjamin.

"Dan kedatanganku kemari untuk menagih janjiku padamu."

"Sudah saya katakan kalau saya tidak pernah melakukan janji dengan siapa pun."

"Kalau begitu aku bisa memaksamu," ucapnya ketika berusaha untuk menenggelamkan wajahnya pada tengkuk bagian belakang Jemima. "Aku selalu menyukai aromamu bahkan ketika kamu mabuk dan tidur di dalam kamarmu."

"Jadi selama ini ...?"

"Tapi setelah itu kamu menutup jendelamu rapat-rapat."

"Lepas!" Namun sayangnya, tenaga Jemima tidak pernah kuat melawan Benjamin. "Apa anda lupa kalau anda dosen? Saya bisa melaporkan anda ke pihak yang berwajib!"

"Ha ha ha. Menurutmu, orang yang mempunyai catatan medis sepertimu, polisi akan percaya?"

"Anda mengancam saya?!"

"Lebih tepatnya memperingatkanmu."

Jemima semakin pusing. Kepalanya kembali diremas kuat karena masih belum bisa menerima semua kenyataan ini.

"Tolong katakan apa yang sebenarnya terjadi ..."

Tapi Benjamin hanya tertawa. Ia kemudian menyeringai menatap ke arah Jemima dengan tatapan tajam.

"Aku hanya akan memberimu saran."

"..."

"Jangan pernah menceritakan apa pun mengenai hidupmu lagi kepada siapa pun. Lihat lah aku, aku adalah bagian dari hidupmu yang selalu kamu percayai bahwa aku hanya lah sebuah ilusi. Dan ketika aku berhasil membuatmu percaya bahwa aku bukan lah halusinasimu semata, bukan kah itu sudah menjawab pertanyaanmu tentang apa yang kamu lihat mengenai kedua orang tuamu?"

Deg.

Jantung Jemima seperti berhenti untuk berdetak. Matanya melotot tajam dan seketika itu juga ia menatap ke arah Benjamin.

PARALYZEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang