BAB 8 - LAMARAN PALING MENGERIKAN

271 48 0
                                    

Lalu, hari-hari yang dilalui Jemima kini tidak akan pernah sama lagi. Jemima akan terus dihantui, terus berada di dalam pengawasan Benjamin Vander di setiap detik kehidupannya.

"Ya, saya akan menikah dengan anda."

Adalah kata-kata yang pada akhirnya terucap oleh Jemima malam itu ketika Benjamin mencoba untuk melemparkan tubuhnya ke atas ranjang.

Jemima kembali meremas kepalanya frustrasi. Malam itu, Benjamin sudah mengunci seluruh tubuhnya, lalu dari pada ia berakhir diperkosa, Jemima tidak mempunyai pilihan lain selain menerima lamarannya.

Jemima bersumpah. Lamaran ini adalah lamaran paling mengerikan sejauh yang ia tahu.

***

Dan sialnya, pagi ini Benjamin Vander kembali datang. Berada di depan kelas dan berlagak seperti dosen biasa ketika menerangkan pelajaran.

"Lo nggak papa Jem?"

Jemima menggeleng. Risma selalu tahu kalau Jemima sedang gugup.

"Apa cuma perasaan gue aja, tapi pak Ben sedari tadi ngeliatin lo."

Jemima mendongak, mata mereka bertemu selama beberapa detik. Tapi buru-buru Jemima menunduk, sedangkan Benjamin menyeringai dan itu disaksikan oleh semua orang yang ada di dalam kelas ini.

Semua mahasiswa saling berbisik satu sama lain. Sungguh. Sudah sepatutnya para mahasiswa curiga karena Benjamin sedari tadi terus melirik ke arah Jemima.

"Jemima Audrey!"

Dan tiba-tiba dosen itu memanggil nama Jemima. Sontak hal itu membuat mahasiswa semakin curiga.

Astaga! Apa dia gila!!!

"Bagikan kertas post test ini ke seluruh kelas. Saya beri waktu lima belas menit untuk kalian semua mengerjakan. Setelah itu kamu kumpulkan dan bawa ke ruangan saya."

Mata Risma melebar. Diikuti dengan teman-teman lain yang kembali berbisik satu sama lain dan saling menatap tajam ke arah Jemima. Beberapa gadis bahkan berani memelototi Jemima dan berseru ...

"Apa ada ayam kampus di sini ..."

Risma yang juga ikut mendengar itu buru-buru langsung mengalihkan perhatian Jemima. Jemima mengepalkan tangannya kuat. Terlalu banyak kriteria dan tipikal manusia yang kadang ... sifatnya keterlaluan melewati batas pikiran manusia.

"Sabar Jem ..."

***

Bahkan ketika Jemima berhasil mengumpulkan lembar demi lembar kertas ujian, ia masih emosi. Jemima berjalan ke arah ruang dosen dengan tergesa-gesa.

Jemima melihat papan nama milik Benjamin dia atas pintu hingga Jemima langsung membuka ruangan itu dan masuk ke dalam. Menaruh setumpuk kertas ke atas meja dengan sedikit keras.

"Apa yang baru saja bapak lakukan?!"

"Kamu sudah datang, sayang?"

"Jangan lakukan apa pun terhadap saya ketika berada di dalam kampus. Saya hanya ingin hidup normal."

Bibir Benjamin terangkat. Seringaian itu seperti sudah menjadi ciri khasnya ketika bertemu dengan Jemima.

"Kenapa? Aku melakukan apa? Kenapa aku tidak boleh menatap wajah calon istriku sendiri?"

"Satu-satunya alasan saya bertahan dengan anda adalah karena orang tua saya. Anda memegang teka-teki yang seharusnya bisa anda katakan sekarang."

"Kalau begitu ini tidak seru. Kamu akan meninggalkan aku saat kamu sudah mengetahui semuanya."

PARALYZEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang