BAB 20 - SUARA TEMBAKAN

93 26 1
                                    

"BENJAMIN!"

Teriakan itu nyatanya masih terdengar keras ketika Benjamin sudah berada di seberang jalan. Mata Benjamin terbelalak hebat. Ia menoleh ke arah belakang dan segera berlari untuk kembali ke tempat Jemima berada.

Sedangkan Jemima sudah terkapar di dalam kamar dengan kepala yang bersimbah darah. Ia masih berusaha mengerjapkan mata berulang kali. Ia bahkan perlu berulang kali meyakinkan diri kalau orang yang sudah memukulnya ini adalah orang yang sampai saat ini masih ingin ia bela dan masih ingin ia percayai.

"Tante ..."

"Seandainya kamu tidak macam-macam dan berbuat ulah, aku jamin kamu akan hidup dengan waktu yang lama. Tapi sayang, kamu terlalu banyak ingin tahu."

Jemima ingin berteriak ketika Sandra ingin memukulnya lagi. Tapi sayang, tenaga Jemima tidak cukup kuat. Hingga sampai pada akhirnya Sandra berhasil memukul Jemima lagi hingga Jemima terkapar lagi penuh dengan darah.

"To...long. Benjamin ..." Air mata itu menetes. Salah besar kalau ia tidak mempercayai Benjamin waktu itu. Yang Jemima lihat sekarang adalah tongkat bisbol yang kini tergeletak pasrah di dekat kepalanya.

Jemima yang bahkan sudah sekarat seperti itu masih bisa sempat berpikir. Apakah bisbol yang tantenya gunakan, adalah bisbol yang sama untuk ia membunuh kedua orang tuanya?

Ha ha ha. Suara dari Sandra menggema sekaligus meledek.

"Mari kita akhiri sekarang juga." Dengan mata yang merah padam, Sandra mengambil tongkat bisbol lagi lalu mengayunkan ke arah Jemima.

"Tunggu!"

Tiba-tiba terdengar suara pintu yang didobrak keras. Laki-laki asing muncul di depan Jemima dan berteriak sambil mendorong Sandra yang mulai kalap.

"Dasar bodoh! Apa kamu lupa rencana kita?!"

"Aku harus membunuh dia sekarang juga!"

"Bukan seperti ini! Jika kamu terus menganiayanya, mereka akan semakin curiga kalau dia bukan mati bunuh diri! Itu rencana kita di awal oke?!"

Ares ...

Jemima yang sekarat mampu mengenali sosok laki-laki itu. Air matanya terus mengalir ketika ia mendengar pembicaraan mereka berikutnya.

"Bersihkan tempat ini lalu bawa dia ke mobil. Aku akan meledakkan mobil itu seolah-olah dia bunuh diri."

Jemima sakit hati mendengarnya. Rasanya ia seperti de javu dengan peristiwa yang menimpa kedua orang tuanya. Kedua orang ini kemungkinan besar melakukan hal yang sama terhadap Mama dan Papa.

Tapi kenapa?

Kenapa mereka bisa sampai tega melakukan ini? Bahkan tante yang Jemima anggap bahwa dia adalah pengganti orang tuanya.

"Sudah aku katakan kalau kamu harus musnahkan bisbol itu!"

Ares merebut tongkat bisbol itu dari tangan Sandra. Dan ketika mereka tengah berdebat sengit dan berusaha untuk menyeret tubuh Jemima yang sudah terkapar tidak berdaya seperti itu, terdengar suara langkahan kaki yang berlari dengan sangat cepat. Langkahan kaki itu terdengar sangat cepat hingga langsung membuka kamar di mana suara teriakan itu tadi berasal.

"JEMA!"

Dan Benjamin datang. Napasnya terengah-engah dan syok ketika melihat Jema sudah terkapar tidak berdaya seperti itu. Sementara Ares dan Sandra syok. Ia tidak menyangka akan ada orang lain yang datang ke tempat ini. Jelas ini bukan rencananya!

Benjamin marah besar. Matanya merah lalu secepat kilat ia berlari ke arah Ares dan berusaha menyerangnya. Benjamin segera melayangkan pukulan dan dengan cepat mendarat di wajah Ares hingga Ares tersungkur ke atas lantai.

PARALYZEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang