BAB 3 - PERTEMUAN DENGANNYA LAGI

309 47 8
                                    

"Jemima!"

"Jemima!"

"Jemima!"

Gedoran pintu terus terdengar hingga membuat Jemima mengerjap. Saat matanya mulai terbuka, ia benar-benar melihat hari yang sudah sangat cerah dan matahari juga sudah meninggi.

"Ya Tuhan, jam berapa ini ...?"

"Astaga!!! Sejak kapan kamu mengunci pintu?!"

Kerutan yang ada di dahi Jemima ketara. Seingatnya, dia memang tidak pernah mengunci pintu kamarnya ketika ia tidur. Apa dirinya lupa dan tidak sadar ketika mengunci pintu kamarnya sendiri?

Tunggu dulu.

Astaga!!!

Ketika ia mengingat kejadian tadi malam Jemima langsung bangkit dengan mata yang nyalang. Ingatan bahwa ada laki-laki yang masuk ke dalam kamar membuatnya menoleh ke kanan dan ke kiri.

Kosong.

Tidak ada siapa pun di sini.

"Apa aku mimpi?"

Namun Jemima langsung dikagetkan dengan keadaan dirinya yang sudah setengah telanjang. Kaos dan celana yang ia pakai semalam sudah teronggok jatuh ke atas lantai, bra yang ia kenakan kaitannya juga terlepas, ia hanya memakai celana dalam dan ...

Jemima tersentak kaget, ia ingat setiap detail hal erotis yang sudah pernah ia perbuat tadi malam. Bertemu dengan pria, bercumbu dan menikmati setiap sentuhannya.

Buru-buru ia memenangkan diri, menggigit ujung kukunya kemudian terduduk di sana.

Jemima pernah mendapatkan pelajaran biologi tentang reproduksi di SMA, bahwa bukan hanya laki-laki yang mengalami mimpi basah, tetapi juga perempuan.

"What the ffff!!!"

Ia menunduk lagi kemudian menyentuh bagian bawahnya yang basah karena cairan. Ia menelan salivanya pasrah kemudian mengumpat lagi.

"Sial! Aku bermimpi tentang pria khayalanku sendiri hingga rela melepas baju meski itu hanya mimpi?" Jemima berdecih. "Memalukan ..."

***

"Astaga, Jemima! Jam berapa sekarang? Kenapa baru bangun?!"

Sandra berkacak pinggang ketika melihat Jemima turun dari tangga dengan muka dan rambut yang masih acak-acakan.

"Tadi malam aku pulang jam tiga pagi."

"Kamu nggak sholat subuh? Astaga. Sudah Tante bilang kan, kamu bukan anak kecil lagi untuk meninggalkan kewajibanmu."

Jemima melenguh dan malah menyomot roti selai kacang buatan Tantenya itu lalu duduk di meja makan.

"Ya ya ya. Paling enggak, sejak tadi malam, aku sadar bahwa aku sudah mengalami masa pubertas."

"Hah ...?"

"Bercanda."

"Jemima!"

"Ayo lah, Tan. Jangan marah-marah. Tante juga kan? Diam-diam Tante juga merayakan pesta tahun baru."

"Tante hanya menghadiri undangan dokter Jerissa."

Mendengar hal itu Jemima berdecih. "Sama saja."

Sandra menghela napas. Ia kemudian meletakkan nasi goreng yang sudah mengepul di atas meja ke hadapan Jemima.

"Wah, enak sekali."

"Makan lah selagi hangat."

"Dengan senang hati."

Sandra tersenyum ketika melihat Jemima makan dengan lahap. Ia kemudian duduk di depan meja berhadapan dengan Jemima.

"Ayo lah, Jem. Kamu sebentar lagi berumur delapan belas tahun. Besok Senin kamu mulai sekolah lagi dan harus memikirkan masa depanmu. Kamu mau kuliah di mana, atau ingin mengerjakan apa, kamu harus tahu."

PARALYZEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang