Wajah Jemima memucat, rambutnya berantakan serta tangannya masih bergetar ketika ia berada di sini. Masih memakai seragam putih abu-abu, ia masih syok mendengar kesaksian Juandra ketika menceritakan tentang kecelakaan itu.
"Dia punya mata yang tajam, wajah oval, rambut panjang dikucir setengah, lalu dia juga mengenakan hoodie hitam."
Deg.
Jantung Jemima berdegup tidak karuan. Sosok yang diceritakan Juandra sama persis dengan sosok orang yang selama ini berada di dalam halusinasinya.
"Lo nggak lapor polisi?" tanya Risma tiba-tiba.
"Sepertinya sulit, nggak ada cctv, atau pun saksi. Motor juga udah remuk. Orang kayak gue mah bisa apa? Pasti butuh biaya juga kan?"
"Tapi jelas-jelas lo ditabrak, untung nggak papa."
"Mungkin musibah. Gue juga kurang hati-hati di tikungan."
Risma menghela napas menatap badan Juandra yang penuh dengan perban.
"Tapi gue juga nggak tahu ini nyata apa bukan. Waktu gue mau pingsan, dia sempet nyamperin gue dan bilang, jangan merebut apa pun yang sudah menjadi milik saya."
Mata Risma melebar. "Hah?!"
"Entah lah, gue setengah sadar."
Dan mendengar pengakuan itu tiba-tiba tubuh Jemima kembali bergetar. Wajah yang tadi pucat semakin pasi.
"Jem, lo nggak papa?"
Juandra berhasil melihat keanehan dari Jemima.
"Gue nggak papa." Tiba-tiba saja Jemima bergegas. Mendengar semua hal yang dikatakan oleh Juandra membuatnya memilih segera pergi dari sini.
Jemima sudah tidak tahan lagi. Ia benar-benar frustrasi. Otaknya sudah seperti ingin pecah. Napasnya sesak. Buru-buru ia pergi di mana Tantenya berada untuk menceritakan semuanya.
Sandra mengalami serangan panik yang luar biasa. Buru-buru Sandra menggandeng tangan Jemima, membawanya segera pergi ke tempat dokter Jerissa.
Dan semuanya ... kembali menjadi nol lagi.
Jemima kembali dirawat, meminum obat lagi secara rutin, lalu harus menjadwalkan terapi dan kembali dijaga ketat oleh Tantenya.
***
Suara palu terdengar cukup keras. Beberapa tukang sengaja diundang Sandra untuk menutup semua jendela di kamar Jemima.
"Semoga kamu bisa tenang setelah ini."
Jemima mengangguk. Ia masih meringkuk, menutupi dirinya sendiri menggunakan selimut, dan hanya bisa menatap Tantenya dengan tatapan nanar.
"Orang itu datang hampir setiap malam."
"Percaya lah, semua hanya ada di dalam imajinasimu. Kamu hanya terlalu percaya ada orang yang masuk melalui jendela, dan lihat lah, mulai sekarang tidak akan ada lagi. Karena dengan tertutupnya jendela itu, Tante juga akan menutup semua halusinasimu."
"Semoga ..."
"Sudah minum obatnya?"
Jemima mengangguk.
"Setelah ini, kamu akan mengantuk."
Sandra mengecup kening Jemima kemudian berlalu. Mengusap rambut itu lalu melengang pergi.
***
Awalnya satu hari, satu minggu, hingga kini sudah sampai di bulan ke delapan Jemima melalui itu semua.
Ternyata, pengobatan yang diberikan dokter Jerissa lagi-lagi berhasil. Jemima tidak pernah lagi mengalami halusinasi hingga ia bisa melewati semua ujian sekolahnya dengan tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
PARALYZED
RomanceJEMIMA AUDREY, Adalah gadis biasa-biasa saja sebelumnya. Namun tiba-tiba, hidupnya berubah ketika ia mulai menyadari ada yang tidak beres di dalam hidupnya. Ketika ia menyadari bahwa selama ini dia diawasi oleh seseorang. Mulai menyadari bahwa ada p...