BAB 12 - RUMAH SAKIT JIWA

181 34 0
                                    

Hai gais, maafkan aku yang terlalu lama hibernasi sampai

mungkin, kalian lupa akan jalan cerita ini.

But, seperti ceritaku dan janjiku yang sudah2 ....

Aku pasti akan menamatkan cerita ini,

Tapi kalau kalian ingin lebih cepat update, bisa mampir ke karyakarsa :)

*** 

"Kamu gila! Kenapa kamu bisa menuduh tanteku seperti itu?! Asal kamu tahu, tanteku adalah satu-satunya orang yang melindungiku setelah kematian orang tuaku."

"Itu menurutmu."

"Berani-beraninya! Lantas, apa hubungannya tante denganmu. Katamu, kisahku dan kisahmu terhubung satu sama lain. Lalu, bagaimana mungkin tanteku membunuh keluargamu?! Apa tanteku mengenalmu?"

"Tapi satu-satunya orang yang mencurigakan adalah tantemu sendiri."

Jemima menggeleng keras. Matanya menyipit. Jalan pikiran Ben adalah jalan pikiran orang gila.

"Omong kosong. Kamu tahu sendiri kan kalau orang yang membunuhku adalah laki-laki. Aku tahu persis. Walau pun aku tidak berhasil melihat mukanya, bahkan dari posturnya saja sudah terlihat."

"Aku tahu. Tapi bisa saja tantemu bekerja sama dengan orang lain."

"Ben?!"

"Tinggal lah di sini bersamaku untuk sementara waktu sampai aku menemukan buktinya."

"Apa kamu pikir aku tidak tahu kalau semua ini hanya akal bulusmu?! Aku jadi berpikir. Orang gila sepertimu mampu melakukan segala macam cara. Atau mungkin kamu yang merencanakan aksi penculikan itu, membuat segala macam rekayasa agar aku bisa jatuh padamu."

"Seumur hidupku, aku hanya ingin melindungimu. Aku tidak akan pernah bisa untuk mencelakakanmu."

"Padahal ... baru beberapa jam yang lalu aku berniat untuk melaporkanmu ke polisi."

"Mengerti lah. Mereka tidak akan membantu."

Jemima semakin pusing. Ia mundur satu langkah kemudian berusaha untuk bergegas keluar. "Aku ... harus pergi dari sini."

"Tunggu." Ben berusaha untuk menarik tangan Jemima tapi Jemima segera melepaskannya.

"Sekali kamu sentuh aku, aku akan laporkan kamu ke polisi. Kali ini aku akan diam karena aku berhutang budi padamu karena sudah menyelamatkanku."

"Jema! Jema!!!!"

***

Pukul enam pagi, dan Jemima sudah berhasil berada di depan rumahnya lagi. Ben yang mengantar Jemima pulang. Lagi-lagi Ben mengancam Jemima. Ia akan memulangkan Jemima jika Jemima menurut. Ben masih khawatir karena kejadian tadi malam.

Demi apa pun! Ben baru tahu ada gadis sekeras kepala seperti Jemima. Bagaimana mungkin Jemima terus ngotot untuk pulang sendiri padahal baru beberapa jam yang lalu ia hampir dibunuh.

"Aku turun."

"Aku ikut."

Baru saja Jemima melepas seat belt-nya, ia kembali mendongak dan menarik napas.

"Kamu mau tanteku terkena serangan jantung? Aku tahu aku sudah membuatnya khawatir karena tidak pulang semalaman, dan sekarang aku pulang bersama dengan laki-laki?!"

PARALYZEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang