Hingga pada akhirnya Jemima berada di sini. Di sebuah ruang serba putih, diapit dengan dinding-dinding yang luasnya tidak lebih dari sembilan meter persegi, dan hanya terdapat satu buah jendela kecil berjeruji besi.
"Kenapa kalian membawaku ke sini?! Pergi! Aku ingin pulang!!!"
Tapi teriakan Jemima tidak digubris oleh orang-orang berseragam putih itu, mereka tetap memaksa Jemima untuk masuk ke dalam ruangan itu kemudian meninggalkan Jemima seorang diri berada di sini.
***
Ben menyesap putung rokoknya ketika ia kembali lagi ke rumahnya. Masuk ke dalam ruang penuh dengan foto-foto Jemima tempat di mana tadi Jemima melihat semua kegilaan dan seluruh obsesinya.
Malam telah lewat. Satu jam yang lalu ia mengendap ke rumah Jema namun ia hanya melihat sebuah kamar kosong. Setengah bibir Ben terangkat, gadis itu memang tahu caranya melarikan diri.
Mungkin, hanya itu lah yang bisa Ben pikirkan saat ini. Dia masih belum tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang baru saja menimpa Jemima.
Hingga sampai pada akhirnya pagi menjelang. Suara kampus dan segala hiruk pikuknya membuat Ben terburu-buru untuk segera menuju ruang kelas tempat di mana ia mengajar.
Hanya ada satu tujuannya kenapa ia bisa terburu-buru seperti ini. Karena ia sudah sangat ingin bertemu dengan Jemima.
Namun ketika ia menginjakkan kaki di depan, ia sama sekali tidak menemukan Jemima. Hanya ada satu buah kursi kosong di samping Risma dan tentu saja membuat dahi Ben mengerut.
"Jemima Audrey?"
"Maaf, Pak. Jemima tidak masuk. Tantenya bilang Jemima sakit." Ujar Risma. Dan jawaban itu berhasil membuat Ben tersentak kaget. Kerutan yang ada di dahinya semakin ketara ketika dari tadi malam Jemima memang tidak bisa dihubungi sama sekali.
Sungguh. Baru dua hari yang lalu Jemima hampir dibunuh oleh seseorang.
"Bodoh!" Tiba-tiba saja Ben mengumpat. Untung saja umpatan itu tidak terdengar oleh anak-anak muridnya.
Tanpa berpikir lagi Ben segera angkat kaki. Segera berlari untuk masuk ke dalam mobil untuk pergi mencari Jemima hingga mahasiswa bertanya-tanya.
***
Ben mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Segera memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah Jemima dan segera turun dari dalam mobil.
Namun sayang, ketika Ben berulang kali mengetuk pintu, tidak ada satu orang pun yang keluar dari dalam rumah.
"Sial!"
Ben benar-benar menyesal. Untuk kali ini, dia memang kecolongan. Kalau satu detik saja dia tidak membiarkan Jemima pergi, mungkin Jemima masih berada di sini.
Tangan Ben bergetar. Tapi ia tidak mau kehilangan akal, ia pergi keluar rumah sebelum akhirnya ia melihat ke sekeliling dan pergi lagi untuk mencari Jemima.
CCTV?
***
Sandra tengah menyesap teh hangat di sebuah dalam ruangannya. Matanya memerah, wajahnya masih sembab ketika sebuah telefon terdengar dari resepsionis kantor.
"Bu, maaf. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda."
Belum selesai Sandra menjawab, tiba-tiba terdengar pintu yang dibuka paksa. Seseorang masuk ke dalam ruangan dengan menggebrak pintu. Emosi Ben memuncak, melihat satu-satunya keluarga Jemima bisa sesantai ini dengan mencecap minuman padahal kemarin malam Jemima menghilang.
"Katakan! Di mana Jemima sekarang?"
Sandra yang tidak tahu siapa orang ini mengerutkan kening. Bisa-bisanya ia datang marah-marah ke ruangan ini sambal berteriak keras kepada dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PARALYZED
RomanceJEMIMA AUDREY, Adalah gadis biasa-biasa saja sebelumnya. Namun tiba-tiba, hidupnya berubah ketika ia mulai menyadari ada yang tidak beres di dalam hidupnya. Ketika ia menyadari bahwa selama ini dia diawasi oleh seseorang. Mulai menyadari bahwa ada p...