BAB 2 - DIA YANG DATANG LAGI

381 58 8
                                    

31 Desember 2022, 23 : 59

Terdengar tepuk tangan yang meriah, suara yang menggelegar, musik yang diputar keras, serta orang-orang yang berdiri sambil merangkul satu sama lain di sebuah ruang terbuka sambil melihat detik-detik kembang api yang akan dinyalakan sebentar lagi.

Di atas panggung terlihat seorang pemandu. Ia melihat ke arah jam yang ada di atas gedung kemudian mengeluarkan aba-aba di depan mikrofon, lalu diikuti oleh semua orang yang hadir pada acara ini.

"Tiga!"

"Dua!"

"Satu!"

"HAPPY NEW YEAR!!!"

"WOHOOOOOO!!!

Teriakan itu akhirnya terdengar. Semua orang bersorak gembira. Kemudian diikuti dentuman musik, serta orang-orang berjoget merangkul satu sama lain untuk menikmati pergantian tahun.

Jemima tertawa terbahak-bahak. Bersama dengan teman-temannya, ia melakukan party di sini. Berjoget ria, saling menuangkan minuman, dan terus meliukkan tubuhnya mengikuti alunan musik yang kini berubah menjadi disko.

"Jemima! Lo emang ratu dance di sini!"

"Ha ha ha." Jemima tertawa. Ia kembali menari untuk memamerkan lagi bentuk tubuhnya dan bahkan kini ia berani naik ke atas panggung.

Tepuk tangan semakin riuh. Jemima yang sekarang, berbeda dengan Jemima yang dulu. Delapan tahun lalu dia sama sekali tidak mempunyai teman, tapi lihat lah sekarang ...! Di sana, puluhan temannya sedang bertepuk tangan dan menyoraki Jemima yang masih menari liar bersama pemandu acara.

Jemima lupa diri, dia masih menikmati acara ini bersama dengan teman-temannya hingga dia tidak sadar bahwa ponselnya berkedip-kedip.

***

Sandra menatap ponselnya dengan tatapan khawatir. Ia sudah melakukan dua belas kali panggilan, tetapi keponakannya itu tidak menjawab sama sekali.

"Jemima masih belum menjawabnya?"

Hingga tanpa sadar, seseorang memanggilnya dari arah belakang.

"Oh, ya. Maaf dok ..." ucapnya ketika tiba-tiba Jerissa sudah ada di depannya.

Jerissa terkekeh. "Tapi terima kasih sudah mau menghadiri undanganku. Dan ... astaga. Jangan panggil aku dok, apa kamu lupa kalau kita teman semasa kuliah dulu?"

Sandra terkekeh. Tapi kemudian ia menatap ke arah ponselnya lagi.

"Masih khawatir dengan keponakanmu yang nakal itu?"

"Ya," Sandra tersenyum kecut kemudian menaikkan kedua bahunya. "Aneh memang. Dulu aku sangat khawatir karena dia terlalu tertutup karena mempunyai halusinasi parah, tapi sekarang, ketika dia sembuh, dia berubah menjadi sangat extrovert seperti ini."

"Ha ha ha. Manusia memang nggak pernah puas, ya kan?"

"Tapi terima kasih. Berkatmu, Jemima bisa sembuh. Dan terima kasih, hari ini secara resmi Jemima nggak lagi menjalani proses terapi."

Jerissa tertawa.

"Ya, Sandra. Jemima sudah bebas sekarang."

"Akhirnya setelah bertahun-tahun ..."

Jerissa tersenyum. Ia jadi ingat ketika dulu ia melihat Jemima pertama kali. Sungguh kontras dengan sikapnya yang sekarang. Jerissa merasa bangga, satu pasiennya, bisa benar-benar dikatakan sembuh.

"Sudah kewajibanku untuk menyembuhkan orang-orang seperti Jemima. Aku percaya, orang-orang yang mempunyai gangguan mental pasti akan sembuh."

Sandra mengangguk setuju. Ia menatap lagi ponselnya tapi tidak kunjung di balas oleh Jemima.

PARALYZEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang