BAB 14 - PENGKHIANATAN?

161 33 2
                                    

"Teh? Kopi? Jus? Sirup?"

Jemima menggeleng. "Air putih saja."

Ben mengangguk kemudian menuju ke arah dapur. Dia tahu perempuannya pasti masih sangat syok. Setelah percobaan pembunuhan itu, ia dikurung di rumah sakit jiwa. Bahkan sampai sekarang, belum ada titik terang apa pun siapa yang mencoba untuk mencelakai Jemima.

Jemima masih meringkuk. Ia masih merasa mual luar biasa. Berulang kali Jemima ingin muntah, berulang kali itu pula Jemima berusaha untuk menahannya.

"Kamu masih mual?"

"Sangat."

Lagi-lagi Ben menyelimuti Jemima. "Berbaring lah. Sudah aku katakan untuk istirahat."

"Aku masih penasaran siapa dalang di balik semua ini."

"Aku akan mengatasinya."

"Tapi bertahun-tahun kamu mengikutiku, kamu pun juga belum tahu siapa yang melakukannya kan?"

"Kamu tahu kalau aku hanya bekerja sendiri selama ini."

"Sekarang sudah ada aku. Mari kita pecahkan ini bersama-sama."

Ben melenguh.

Jemima mendongak, tapi kemudian ia mengerut. Menatap ke arah Ben yang tampak gusar seperti itu mampu membuat Jemima tersadar akan satu hal. Bahwa mungkin, target pembunuh itu sekarang bukan lagi Jemima seorang, tapi juga Benjamin.

"Maaf," ucap Jemima tiba-tiba.

"Untuk?"

"Kamu jadi terseret dengan kasus ini. Seharusnya saat ini kamu masih bisa terus berpura-pura menjadi Benjamin seumur hidup alih-alih menjadi Jacob. Aku hanya takut penyamaranmu akan terbongkar."

"Aku sudah memikirkan hal ini sebelum kamu sadar. Aku yang memutuskan untuk mengejarmu terlebih dahulu." Ben tampak menaikkan kedua bahunya. "Aku sudah terlanjur tergila-gila denganmu, Jem. Mau bagaimana lagi?"

Jemima berdecih, dan itu mampu membuat dahi Ben terangkat.

"Bisa-bisanya kamu mengejekku seperti itu padahal tadi kamu memintaku untuk menikahimu."

"Maaf, soal tadi ... aku hanya spontan. Aku tidak sungguh-sungguh."

"Apa?!" Mata Ben memerah, sepertinya Ben akan meledak saat ini juga.

Tapi sebelum semuanya terjadi, Jemima segera memeluk Ben.

"Bercanda. Mana mungkin aku menolak orang yang sudah mempertaruhkan hidupnya demi aku? Terima kasih Ben," ucapnya sambil mempererat pelukan itu.

"Ini semua hanya ucapan terima kasih atau kamu benar-benar mulai menyukaiku?"

Jemima menggeleng.

"Entah lah. Aku hanya merasa ... aku aman bersamamu."

"Itu saja?"

Lama Jemima berpikir. "Kalau aku mengatakan ... itu adalah salah satu alasan aku menyukaimu apakah ini semuanya terlalu cepat?"

Perasaan Ben mulai menghangat. Setelah sekian lama ia hanya bisa mengamati gadis ini dari kejauhan, sekarang dia sendiri yang datang dan memeluknya dengan sangat erat. Bahkan, mendengar Jemima yang mulai menyukainya masih membuat Ben tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakannya.

PARALYZEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang