BAB 7 - CALON PENGANTIN

260 49 1
                                    

Hayo, udah follow akun wattpadku belom?

***

Hingga sampai pada tengah malam Jemima menanti, tapi tidak ada tanda-tanda siapa pun datang ke kamar ini. Jemima mulai kelelahan. Ada begitu banyak pertanyaan yang ingin ia dengar, terlebih ketika Benjamin mengatakan tentang kedua orang tuanya, Jemima tidak bisa menahannya lagi.

Jemima sudah berhasil membuktikan kalau pertemuannya dengan Benjamin adalah nyata. Jadi bukan hal yang mustahil kalau apa yang pernah ia saksikan mengenai kedua orang tuanya, adalah bagian dari kisah nyata yang harus ia bongkar sendiri.

Orang tuanya meninggal karena dibunuh.

Jemima kemudian meringkuk di atas tempat tidur karena Benjamin tidak kunjung datang. Hingga sampai pada akhirnya ia tertidur lelap dengan jendela yang masih terbuka lebar.

***

"Kamu menungguku?"

Ada bisikan pelan tepat di bagian belakang tengkuk Jemima. Sementara Jemima masih belum menyadari bahwa seseorang yang sedari tadi ia tunggu telah datang. Memeluk Jemima dengan posesif dari arah belakang dan menyiumi setiap jengkal wajahnya.

Jemima melenguh. Matanya mengerjap di sela-sela ketidaksadarannya dan kini berhasil menatap mata Benjamin.

"Jacob?"

Ben tersenyum.

"Atau Benjamin?"

Tapi belum ia menjawab pertanyaan itu, ia merangkak. Menindih Jemima berada tepat di atasnya.

"Lepaskan saya."

"Kamu benar-benar menungguku rupanya."

"Saya hanya ingin menagih janji anda."

Kilatan mata itu berubah tajam. Gadis pemberani yang selama delapan tahun dia puja, kini telah kembali lagi.

"Apa yang membuat kamu pada akhirnya menuruti ucapanku?"

"Saya tidak ingin masuk rumah sakit jiwa."

Benjamin menyeringai. Sepertinya dia tahu ke mana arah pembicaraan yang ingin Jemima sampaikan.

"Semua orang sudah terlanjur percaya kalau kamu hanya lah anak yang suka berhalusinasi tanpa tahu fakta yang sebenarnya."

"Untuk itu saya butuh fakta itu. Apa yang anda tahu tentang kedua orang tua saya."

"Jangan terlalu buru-buru. Aku selalu menyukai setiap teka-teki yang akan kamu bongkar sendiri."

Jemima ingin melepaskan diri, tapi tenaga Benjamin cukup kuat untuk terus mengendalikan Jemima dari atas sini.

"Lepaskan saya!"

"Sudah bertahun-tahun aku menanti kedekatan ini. Menanti bahwa aku bisa menaklukkanmu dengan menidurimu setiap waktu."

"Apa yang anda lakukan ini termasuk pelecehan."

"Dan tidak ada yang bisa mempercayaimu. Seluruh catatan medismu membuatmu lemah. Karena jika kamu melapor polisi kamu sudah kalah sebelum bertarung. Itu lah satu-satunya hal yang harusnya kamu pikirkan. Dari awal seharusnya kamu tidak menceritakan apa pun mengenai dirimu kepada orang lain sehingga orang lain tidak menganggapmu gila."

"Lalu apa yang harus saya lakukan?!"

"Menikah lah denganku."

***

Mata Jemima melebar ketika mendengar ajakan pernikahan itu. Jemima ingin mendorong kuat-kuat tubuh Benjamin, tapi ia tidak bisa. Benjamin masih terus berada di atasnya hingga ia semakin sesak.

PARALYZEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang