Benar apa kata Jemima. Seluruh kampus ini gempar dengan berita yang beredar. Kabar penculikan itu sudah menyebar sampai seantero kampus ini. Entah bagaimana mula ceritanya, tapi yang jelas. Pak Benjamin, menjadi salah satu tersangka kasus penculikan oleh Jemima.
Risma mulai kewalahan, beberapa temannya datang ke arahnya. Menanyakan kabar ini satu persatu. Ketidak hadiran Jemima dan ketidak hadiran Pak Benjamin, malah semakin memperkeruh suasana dan seperti membenarkan semua yang terjadi.
"Jadi, Pak Benjamin menculik salah satu mahasiswanya?"
"Astaga. Harusnya aku sadar saat dulu aku sering memergoki Pak Benjamin terus menatap ke arah Jemima."
"Bukan!"
Tiba-tiba Risma berdiri di tengah kelas. Berteriak dan menatap ke arah mereka semua yang tengah bergunjing.
"Jemima nggak diculik! Jemima sendiri yang telefon aku tadi malam. Dia bilang dia nggak diculik!"
Semua orang saling pandang. Pernyataan Risma malah membuat mereka mengerutkan kening skeptis.
"Kalau begitu, di mana Jemima? Aku juga dengar hari ini Pak Benjamin alfa?"
"Aku nggak tahu. Tapi yang jelas. Ini bukan kasus penculikan."
Semua orang ragu. Hingga sampai pada akhirnya ada salah satu anak yang bersuara.
"Kalau ini bukan kasus penculikan. Jangan-jangan mereka .... kawin lari atau semacamnya. Menjijikkan."
"Bukan!"
Suara tawa dari seluruh mahasiswa yang ada di kelas ini semakin menjadi. Mereka merinding dengan pernyataan barusan.
"Kalau benar ini terjadi, mereka benar-benar mempermalukan nama kampus ini."
"Jangan membuat kesimpulan yang macam-macam!" Seru Risma.
"Lalu, menurutmu, apa kesimpulannya? Jelas-jelas mereka pergi atas dasar suka sama suka. Disgusting."
Risma menggeleng.
"Hei, aku dengar Jemima gila." Tiba-tiba salah satu anak laki-laki berteriak dari belakang.
Risma kaget. Ia menoleh. Astaga! Dari mana dia mendapat kabar itu?!
"Ibuku seorang perawat di rumah sakit jiwa. Aku pernah datang mengunjunginya. Dan aku pernah melihat Jemima datang ke tempat itu.
Semua orang terkejut. Kabar apa lagi ini?!
"Kalau benar dia gila. Kita nggak bisa percaya salah satu kata apa pun yang keluar dari mulutnya."
"Nggak. Bukan. Jemima bukan orang seperti itu."
Mau sekeras apa pun Risma berusaha menenangkan, sepertinya mereka tidak akan mau mendengarkan Risma lagi.
Hingga sampai pada akhirnya terdengar langkahan kaki. Beberapa orang berseragam tengah masuk ke dalam kelas dan mengibaskan pandangan ke segala arah. Seluruh mahasiswa langsung terdiam ketika melihat orang-orang berseragam polisi itu.
"Kamu yang Bernama Risma?"
Tangan Risma mengeras. Ia ketakutan. Sosok laki-laki bertubuh tegap berdiri tepat di depannya dengan tatapan mengintimidasi.
"Ya," jawab Risma gelagapan.
"Kalau aku tidak salah dengar, katamu Jemima sempat menghubungimu."

KAMU SEDANG MEMBACA
PARALYZED
RomanceJEMIMA AUDREY, Adalah gadis biasa-biasa saja sebelumnya. Namun tiba-tiba, hidupnya berubah ketika ia mulai menyadari ada yang tidak beres di dalam hidupnya. Ketika ia menyadari bahwa selama ini dia diawasi oleh seseorang. Mulai menyadari bahwa ada p...