Dua jam yang lalu ...
Ares berada di titik lokasi Jemima beserta orang-orang kepercayaannya. Tentu saja untuk menghilangkan barang bukti. Juga untuk membuat bukti palsu untuk menyudutkan Benjamin hingga membuat orang itu berubah menjadi tersangka.
Tapi, ketika ia mencoba meneliti satu persatu. Ia dikejutkan dengan satu fakta hingga membuat dirinya kaget bukan kepalang. Terdapat beberapa buah kamera kecil yang tidak sengaja ia temukan di berbagai tempat. Mulai dari kolong tempat tidur, di dalam vas bunga bahkan di area meja tamu televisi.
"Apa-apaan ini!"
"Ini pasti ulah keponakan nona Sandra." Ucap salah seorang kawannya.
"Mustahil. Dia bukan anak yang pintar dalam hal seperti ini."
"Kalau begitu apa Benjamin itu sendiri?!"
"Dia sudah lama tidak berada di sini." Namun tiba-tiba matanya melebar. Ia ingat akan anak kecil yang seumuran dengan Jemima yang bahkan kata Sandra dia sudah menginap di sini berhari-hari.
Dan begitu lah kenapa Ares bisa menemukan Risma. Tak lain dan tidak bukan, dia lah satu-satunya orang yang patut Ares curigai.
"Tolo ... hmpp!!!"
"Diam atau kamu akan mati!"
Ares berusaha menyeret Risma untuk masuk ke dalam mobilnya. Hingga sampai pada akhirnya Ares berhasil dan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Sial! Aku juga harus membereskanmu!"
***
Benjamin melangkahkan kakinya tanpa ragu sedikit pun saat melewati lorong demi lorong kampus untuk ia mengajar. Beberapa mahasiswa yang mengetahui keberadaannya sempat syok dan tampak membungkam mulutnya sendiri. Seorang buronan berani datang ke kampus ini dan terlihat tanpa beban masuk ke dalam kelas.
Benjamin memakai kaca mata seperti layaknya dosen biasa. Berjalan angkuh menenteng tas hingga sampai pada kelas tempat ia mengajar.
"Selamat pagi ..."
Semua mahasiswa yang sudah berkumpul di dalam kelas juga ikut syok ketika melihat Benjamin. Kelas dengan mata kuliah manajemen – bisnis yang semenjak Benjamin tidak ada digantikan oleh orang lain kini beralih kembali ke Benjamin.
"P-pak Benjamin?"
Semua orang kalang kabut ketika melihat Benjamin sudah berdiri di depan kelas. Beberapa mahasiswa yang sudah tahu kalau Pak Benjamin buronan berusaha ingin keluar dari dalam kelas tapi Benjamin segera mengunci pintu dan menghalangi mahasiswa itu pergi dari sini.
"Tidak ada satu orang pun yang boleh keluar dari kelas ini!" Tiba-tiba Benjamin berteriak. Sementara semua mahasiswa ikut syok kala melihat wajahnya.
"Bapak mau apa ke sini? Bapak buronan dan ..."
"Saya bukan pembunuh Jema!"
Semua orang saling pandang. Beberapa dari mereka langsung mengeluarkan ponsel. Ada yang merekam, ada yang segera memanggil polisi, ambulance, bahkan orang tua mereka. Semua orang panik, dan Benjamin tahu apa yang sedang mereka rasakan.
"A-apa bapak ingin menyandera kami?!"
Teriakan itu mampu membuat suasana kelas kembali riuh. Semua orang kembali ketakutan dan tampak mengumpul menjadi satu. Mereka tidak berani melawan, bagaimana kalau orang yang ada di depannya membawa senjata.

KAMU SEDANG MEMBACA
PARALYZED
RomanceJEMIMA AUDREY, Adalah gadis biasa-biasa saja sebelumnya. Namun tiba-tiba, hidupnya berubah ketika ia mulai menyadari ada yang tidak beres di dalam hidupnya. Ketika ia menyadari bahwa selama ini dia diawasi oleh seseorang. Mulai menyadari bahwa ada p...