Chapter 2

131K 5.4K 427
                                    

Camorra Ruby Volkov, derap heelsnya lagi-lagi menjadi yang paling istimewa pun dinanti-nantikan.

Kediaman mewahnya yang berletak di lingkungan para elite menjadi lirikan bagi para mata-mata pengagum kemewahan. Bangunan klasik yang sangat pantas dijuluki mega mansion itu berdiri kokoh bak istana kerajaan.

Terdiri dari tiga lantai utama, ruangan bawah tanah, serta rumah kaca di bagian belakang. Memiliki seratus kepala bodyguard, serta puluhan pekerja aktif yang seluruhnya mempunyai seragam mereka masing-masing.

Terbentang kolam renang besar berbentuk persegi panjang di bagian samping, patung-patung Dewi Yunani Kuno di bagian halaman depan, pun monster-monster roda empat yang diparkirkan dengan rapi sejajar.

"Welcome, Miss Volkov."

Sapaan dan sambutan hormat itu Ruby dapatkan sepanjang ia memasuki rumahnya yang ia sendiri sebut sederhana.

Semua kepala tertunduk di sepanjang Ruby melenggang seksi. Memasuki lift di lantai dasar hendak menuju kepada lantai tiga, di mana seisi lantai itu merupakan tempat paling terlarang bagi sembarang orang menginjakkan kakinya.

Begitu lift terbuka, senyum memicing Ruby tercipta tatkala almond eyesnya menemukan sesosok pria yang terlampau ia cintai.

Satu-satunya pria di muka bumi ini yang begitu ia hormati, ia sanjung, pun ia agungkan. Pria yang membentuk karakternya hingga menjadikannya wanita yang tangguh tak terkalahkan. Mendoktrin segala rasa ambisius, egois, serta logika yang tajam untuknya.

Abrashoff Volkov, ialah raja berkuasa, jantan tangguh tak tertandingi di mata sang putri tercinta Camorra Ruby Volkov.

Duduk pada sofa tunggal, Abrashoff memangku satu kakinya elegant terselubungi kuat oleh aura old money, senyumnya yang mahal lantas ia berikan kepada sang putri tercinta.

"Katakan bahwa kaulah pemenangnya," timpal Abrashoff. Mengamati Ruby yang mendekat.

"Kau tahu pasti jawabannya, Ayah. Kekalahan ialah kematian bagiku. Selagi aku bernapas, takkan ada tragedi kekalahan di dalam hidupku," balas Ruby. Duduklah ia pada sofa tunggal lainnya di depan Abrashoff.

"That's my Princess," kekeh Abrashoff. Berdiri lalu ia membuka kedua tangannya dan segera Ruby ikut berdiri, berhambur ke dalam pelukan sang ayah dan Abrashoff kecup penuh sayang pada kening putrinya.

Ruby pun ikut terkekeh. Tak ada sandaran ternyaman selain di dada ayahnya, tak ada tempat bernaung terteduh selain ayahnya, dan tak ada tempat teraman selain di dalam pelukan ayahnya.

Abrashoff ialah cinta pertama bagi Ruby, bagi putrinya yang tunggal dan luar biasa. Putri yang dibuang oleh ibunya sendiri, ditinggalkan bersama ayahnya sedari lahir hingga kini 30 tahun sudah usianya.

Ruby tak memahami apa itu cinta selain cinta dari Abrashoff. Pria 53 tahun, berwibawa pun bengis itu, ialah panglima perang dan malaikat penjaga bagi putrinya.

Ia manjakan Ruby layaknya ratu, memenuhi segala yang Ruby butuhkan, pun ia tambah dengan mengasah sifat serta karakter Ruby dengan hebat hingga menjadikan putrinya yang luar biasa.

Camorra Ruby Volkov ialah jantung kehidupan bagi Abrashoff, begitu pula sebaliknya. Terlampau besar dan hebat cinta kasih yang Abrashoff limpahkan kepada putrinya, sampai-sampai Ruby tak membutuhkan lagi cinta dari pihak lainnya.

Jangan tawarkan wanita itu sebuah komitmen. Setiap pria yang datang mencoba, akan kembali dengan rasa rendah juga hina. Mereka tak sanggup, mereka tak mampu mendobrak pintu hati Ruby yang terlampau kokoh bertengger teguh.

Hilang akallah setiap pria yang mencoba-coba. Datang dengan niat hendak meluluhkan lalu memiliki, mereka justru berakhir pulang dengan rasa kehilangan percaya diri serta redupnya mental.

SLUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang