Chapter 21

85.2K 5.9K 992
                                    

Mulai sekarang jadwal update SLUT 2 hari 1x ya. Nanti lusa baru update lagi.

****

Kenneth pernah mengalami masa-masa kelam. Ia pernah merasakan hari-harinya terlampau berat, sangat berat bahkan untuk bernapas pun rasanya begitu sesak.

Dan kini, hari-hari suram itu kembali ia rasakan semenjak Ruby mengangkatkan kaki dari kamar mereka, lalu seketika menghilang seperti ditelan semesta.

Betapa bersalahnya ia, dan betapa berdosanya ia kepada wanita itu sangat Kenneth akui. Ia mengimingi-imingi hangatnya cinta kasih keluarga kepada Ruby, lalu mengikat perempuan itu dalam janji suci pernikahan, tetapi pada kenyataannya ia hanya ingin hati serta kedua mata Anya.

Dua minggu belakangan, Ruby sama sekali tak tampak di mana pun. Biasanya foto-foto Ruby akan beredar setelah diambil oleh paparazzi atau penggemar-penggemar wanita itu. Tapi kini, tak ada berita terbaru apa pun mengenai Ruby.

Wanita itu menghilang seketika entah ke mana Madi dan Ricci sendiri tak tahu. Dua minggu setelah malam pertengkaran emosionalnya bersama Kenneth, Ruby lantas lenyap tak berjejak.

Lalu di malam ini, di depan gerbang mansion Ruby yang menjulang dengan tinggi, Kenneth memarkirkan mobilnya di sana. Ia bersandar di body mobil, memantau jauh kepada kamar Ruby yang selama dua minggu belakangan selalu gelap di setiap malamnya.

"Kami masih belum tahu di mana keberadaan Mrs. Taylor. Beliau sama sekali tak meninggalkan pesan apa pun pada kami," jelas Ricci di telepon kepada Kenneth.

Setiap harinya Kenneth menghubungi Ricci dan Madi, berharap Ruby telah memberitahu dua sekretarisnya itu di mana dia berada.

"Baik." Kenneth memutus sambungan telepon. Untuk yang kesekian-kian-kian kalinya, ia mencoba untuk menghubungi nomor Ruby yang tak pernah lagi aktif sedari malam itu.

"Aku yakin dia tak lagi berada di Canada," lontar Tobias dari dalam mobil. Malam ini gantian dirinya yang menemani Kenneth untuk mencari Ruby.

Antara sedih dan merasa lucu, Kenneth terkekeh menyadari apa yang telah ia lakukan selama dua minggu ini. "Aku benar-benar seperti pria gila yang sedang mencari-cari keberadaan istriku yang seakan-akan sangat kucintai."

"Kau memang mencintainya. Sadarilah, hati dan mata Anya hanyalah alasanmu untuk mendapatkannya. Sedari awal kau memang menyukai perempuan itu."

Dengan resah Kenneth masuk ke dalam mobil. Duduk di jok kemudi dan melepas jasnya kasar-kasar.

"Cinta atau tidak aku tak tahu. Selepas kematian Anya aku tak pernah lagi tahu apa itu rasanya mencintai. Sekarang ini aku hanya ingin menemui Ruby dan meminta maaf padanya. Aku gelisah memikirkannya, aku tidak tenang, kepalaku terus mengingatnya," tutur Kenneth cepat.

Ia lalu mengemudi, agak pening setelah sedikit minum bersama Tobias. Sambil melaju ia menyorot sayu-sayu berat ke depan.

"Aku rindu berdebat dengannya," celetuk Kenneth tiba-tiba. Di sampingnya, Tobias memasang senyum, menepuki pundak Kenneth.

"Dia memang bukan Anya yang lembut, tetapi dialah yang sepadan denganmu," ujar Tobias. Dua minggu ini, ia dan Balthazar seperti dewa cinta yang terus memberi pengertian agar mata Kenneth terbuka.

Terus mengemudi, tiba-tiba saja Kenneth menyugar rambutnya kuat-kuat. Tak sanggup lagi menahan gelisah di hatinya.

"Demi Tuhan aku rindu sekali padanya." Kenneth berceletuk kembali.

"Satu yang kusesali adalah." Kenneth memberi jeda, suaranya berubah parau. "Malam itu aku membentaknya, lalu kutarik tangannya dengan sangat kasar sampai dia terjatuh di depanku seperti akan bersujud. Kulihat hati dan harga dirinya benar-benar terluka."

SLUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang