Chapter 36 | THE END

108K 6K 1K
                                    

"Kaget? Tidak perlu kaget." Ruby berdecih menahan isak tangisnya. "Kuikuti kau saat akan mendatangi persembunyian Abrashoff, dan selama itu pula aku berada di sana, di balik pintu dan mendengarkan kalian. Mendengarkan segalanya dan aku ingin mati."

"Kau salah paham." Kenneth membentak.

"Salah paham bagaimana? Jelas-jelas kau bicara dengan kesadaran penuh. Kau katakan—"

"Kubilang kau salah paham. Aku bicara—"

"Diaaam! Biarkan aku bicara dan kau tolong diam!"

Mereka saling membentak lantang dan saling memelototi satu sama lain. Tangan Kenneth pun menjadi gemetar, mata Ruby menggambarkan amarah yang begitu besar berbalut kekecewaan.

Ruby menunjuki wajah Kenneth. "Dalam kesadaran penuh, Mr. Taylor. Dalam kesadaran penuh kau katakan ...."

"Aku tidak benar-benar mencintai Ruby, ketahuilah itu. Dari awal aku tahu dia hanyalah putri angkatmu, Abrashoff. Dan hidup bersamanya adalah perjuangan. Mencintainya membutuhkan perjuangan sebab aku memang tak berminat untuk mencintai putri angkatmu itu."

"Pun membunuhmu adalah hal termudah. Bisa kubayangkan duka hebat jika Ruby tahu ayah tercintanya ini mati di tanganku. Lagi pula aku tak peduli jika Ruby membenciku dan akan meninggalkanku kelak."

"Setelah dia melahirkan anakku, hak asuh anak itu sepenuhnya adalah milikku. Akan kubebaskan dia, kulepas dia kembali untuk bersamamu."

"Menikahinya, mencintainya, memperlakukannya dengan manis, selalu mengalah padanya, semua itu adalah bagian dari dramaku. Aku tak pernah benar-benar menginginkannya, hanya rahimnyalah yang kubutuhkan sebab dia wanita cerdas yang pasti akan melahirkan anak-anak berkualitas."

Ruby mengingat semua perkataan Kenneth dengan detail. Tak ada sepatah kata pun yang ia kurangi atau ia tambahi. Seluruh yang tadi Kenneth katakan kepada Abrashoff mengenainya, semua itu mendadak melekat di dada juga kepalanya. Memberi tusukan tajam pada relung hati yang kini terluka.

Kenneth membeku pada pijakannya. Ia terpukul berkali-kali tatkala Ruby mengulangi semua perkataan-perkataan yang tadi ia ucapkan kepada Abrashoff. Ruby benar-benar mendengarnya dengan baik hingga tak ada satu kata pun yang terlewatkan.

Sesenggukkan Ruby di depan Kenneth. Saking sakitnya sampai tak ada lagi kini tangis pecahnya seperti tadi. Menangis tanpa suara namun air matanya gencar luruh tak tercegahkan.

"Sampai hati kau melakukan semua ini padaku, Ken." Ruby menggeleng samar-samar.

"Sampai hati kau mempermainkan hidupku di saat kau telah tahu bagaimana malangnya nasibku ini." Kini Ruby membentak lagi. Ia lalu menutup wajahnya menggunakan telapak tangan, punggung kecil dan rapuhnya itu bergejolak pun terlonjak-lonjak.

"Kalian semua mempermainkanku, kalian semua menipuku..."

Jerit tangis histeris Ruby menggelegar memenuhi seisi ruangan, merasakan hancur di dalam hatinya hingga ia kesulitan bernapas.

"Aku akan membunuhnya. Aku akan membunuh anak binatang ini," pekik Ruby sesak. Gelap mata, sembari mengerang ia memukuli perutnya, ia tumbuk-tumbuki perut bulatnya dengan mata melotot namun pandangannya kosong.

"Tidak, tidak. Tidak, jangan begini." Dengan dada bergemuruh hebat juga matanya yang telah basah, Kenneth menahan kedua tangan Ruby lalu ia dekap istrinya seerat mungkin. Berusaha memberi ketenangan kepada wanita hamil tersebut.

SLUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang