2600 kata 🥂
****
Apa pun yang terjadi, Ruby tetaplah Ruby. Dalam memperebutkan hak kemenangan ia akan selalu profesional. Kendati ia harus bertaruh bersama suaminya sendiri.
Kenneth bergeming tanpa suara. Dimulai dari perdebatannya bersama Ruby di dalam mobil pagi tadi, sampai siang ini mereka berjumpa kembali sebagai rival dalam memperebutkan tender, teduh ia menatap Ruby di depannya.
Ruby tidak marah kepadanya, tetapi diamnya perempuan itu membuat suasana hati Kenneth agak janggal.
"Berapa yang kau inginkan, Mr. Kall?" Ruby memulai dengan cara yang sama. Ia memberi penawaran kepada sang pemilik tender.
Di meja bundar juga ruangan berdinding kaca itu seakan tak ada yang menarik selain wajah Ruby. Kenneth duduk menegakkan pundaknya hanya mengamati Ruby seorang. Sejenak pun ia tak ingin memalingkan muka.
Mr. Kall merasa canggung. Siapa yang tak tahu jika kedua orang itu telah menikah? Ia bimbang akan memilih di pihak istri atau suami.
"Begini, Mrs. Taylor." Mr. Kall mencoba menjelaskan. "Suami Anda telah lebih dulu melirik tender kami sedari tahun lalu. Beliau bahkan—"
"Serahkan padanya." Kenneth menyela.
Otomatis atensi semua orang tertuju kepada Kenneth, termasuk Ruby lalu mata keduanya bertemu. Di sana Madi dan Ricci saling menyenggol di bawah, lalu Tobias dan Balthazar saling melempar pandang kemudian mereka mengulum senyum.
Ruby mengangkat dagunya. "Tetaplah profesional. Di sini kau tetaplah rivalku," kata Ruby.
"Aku tidak ingin mengambil risiko," sahut Kenneth. "Mr. Kall." Kenneth melihat kepada Mr. Kall.
"Serahkan tender itu padanya, istri akan selalu menang," sambung Kenneth kemudian. Ia lantas berdiri merapikan jasnya. Berpamitan kepada Mr. Kall lalu pergilah ia bersama dengan kedua sekretarisnya.
Tatkala Kenneth melewati Ruby, wanita itu melirik suaminya sekilas dan kembali memandang lurus. Rahang Ruby mengencang, ia benci meraih kemenangan atas belas kasihan. Ia ingin kemenangan yang penuh akan perjuangan, bukan yang seperti ini.
"Mr. Taylor," panggil Ruby seketika.
Sontak saja langkah Kenneth terjeda. Tidak berbalik, Kenneth hanya menoleh ke samping, menanti apa yang hendak Ruby katakan. Sepertinya pertengkaran mereka akan kembali terjadi.
Benar saja. Ruby lalu mengahampiri Kenneth kemudian berdiri di depan lelaki itu sembari bersedekap. Mereka saling mengamati.
"Kembali duduk dan perjuangkan kemenanganmu. Jikalau kau kalah, setidaknya kau telah berjuang. Aku tidak ingin menerima kemenangan atas belas kasihan," tutur Ruby tegas.
Kenneth melonggarkan dasinya. "Di sini bisa saja aku menang, tetapi di rumah, kau akan menciptakan perang nuklir setiap harinya karena kekalahanmu. Terima saja kemanganmu dan jangan memulai pertengkaran," jelas Kenneth.
Lagi-lagi Tobias dan Balthazar serta kedua sekretaris Ruby mengulum senyum. Lucu sekali boss mereka. Kenneth seolah tahu Ruby akan terus mengamuk atas kekalahannya.
Sengit pasangan suami istri baru itu saling menilik. Setelah dua minggu tinggal seatap, Ruby mulai kewalahan menghadapi Kenneth yang lebih dewasa darinya. Lelaki itu mulai mengiakan semua perkataan Ruby tanpa ingin memperpanjang perdebatan.
Jika Ruby mengatainya salah, baiklah dia salah. Jika Ruby mengatainya bodoh, baiklah dia setuju. Di sini Kenneth mencoba untuk tidak mempersulit hubungan keduanya yang baru saja dipersatukan dalam janji pernikahan. Ruby benar-benar harus dibuat mengerti apa itu arti sebuah hubungan dan komitmen.
KAMU SEDANG MEMBACA
SLUT
ChickLitFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! 21+ || DARK LOVE ROMANCE Description : Demi memenangkan tender raksasa itu, Kennteh Xanth Taylor mempertaruhkan harga dirinya. Kekalahan telak pun ia dapatkan, dan citra tingginya diinjak-injak...