Chapter 3

98.5K 4.9K 284
                                    

Suara-suara obrolan pelan memenuhi meja jamuan persegi panjang dan besar itu. Aroma-aroma menu lezat dan anggur merah mengelilingi semua manusia yang menempati setiap kursi-kursi tersedia.

Jamuan makan malam telah dimulai sedari lima belas menit lalu. Semuanya menikmati dengan tenang, mengeluarkan teknik makan masing-masing yang berkelas dan elegant.

Diujung kursi terdapat Ruby yang duduk ditemani oleh Madi di sebelahnya, lalu di ujung sana ada Kenneth bersama kedua sekretarisnya di samping-samping.

Tak ada selera makan. Kenneth terpaksa mengisi menu-menu lezat itu ke mulutnya meski di dalam hati ia sudah sangat ingin menghancurkan kepala Ruby dengan pistolnya yang terselip di balik jas.

Dia muak, sungguh muak mendapati cara Ruby menatapnya dengan begitu angkuh disertai ledekan bungkam. Dan lagi-lagi Ruby menunjukkan kepada semua orang bahwa Kenneth telah ia buat kalah telak.

"Mr. Taylor," celetuk Ruby.

Teralihkanlah kini semua mata tertuju kepada wanita itu.

Di ujung sana Kenneth mengulas senyumnya meski tipis. Siap menerima kata-kata merendahkan susulan yang hendak Ruby berikan padanya.

"Jika kau mau, aku bisa memberikan beberapa project kecil untukmu. Setidaknya impianmu selama dua tahun untuk mendapatkan tender besar ini tidak sepenuhnya musnah," tutur Ruby elegant.

Samar-samar Balthazar berdecih sinis, Tobias menyeringai, lalu Kenneth tetap mengulas senyum manisnya.

"Kau sangat baik hati, Miss Volkov. Tapi aku tidak membutuhkannya, berikanlah saja kepada pihak yang jauh lebih membutuhkan."

Sembari mengunyah dengan anggun sudut bibir Ruby tertekuk tajam. Ia menenggak segelas minuman dingin manis dan kembali lagi menatap Kenneth di ujung sana.

"Turunkanlah sedikit gengsimu, Mr. Taylor. Akuilah saja jika kau membutuhkan bantuan dariku," ujar Ruby. "Katakan, project seperti apa yang kau inginkan? Bersama-sama perusahaan kita berkolaborasi membangun kemenangan, bukankah itu akan sangat luar biasa, um?" Ruby terkekeh, rendah merdu.

Semua tamu undangan yang lain ikut terkekeh. Mereka tetap makan dalam tenang sembari terus mendengarkan obrolan menarik Ruby dan Kenneth yang mereka ketahui perang tender baru saja terjadi di antara keduanya.

Sorot dingin Kenneth berubah menajam sayu. Ia tenggak wine dingin di gelas seraya terus menilik wajah cantik wanita tersebut.

"Aku bahkan sanggup membeli Volkov Company beserta ratusan karyawanmu, Miss Volkov. Aku tidak semiskin itu hingga kuharus memohon project kecil darimu," papar Kenneth, tegas namun tetap tenang.

"Kurasa kaulah yang seharusnya menurunkan sedikit keangkuhanmu, dan jadilah calon istri yang baik untukku," tambah Kenneth kemudian.

Sontak seketika semua mata agak melotot. Kompak semua manusia yang berada di situ menatap Kenneth tak percaya, sampai-sampai Madi membekap mulutnya sendiri dengan kuat saking terkejutnya dia.

Mendapati ekspresi dingin dan muak Ruby yang tercengang, Kenneth bersmirk lantas menenggak lagi wine dingin miliknya sembari terus menatapi wanita itu.

Tobias dan Balthazar saling melempar pandang, terkekeh kompak lantas mereka melakukan handshake di belakang Kenneth.

Ruby menegakkan pundaknya dan ia angkat kecil dagunya untuk Kenneth di sana.

"Semesta pun tahu aku lebih pilih melajang seumur hidupku daripada kuharus menikah dengan pria lemah tak berguna sepertimu. Kau dan semua pria di luar sana tak ada bedanya, Mr. Taylor. Bermimpi menggapai bulan padahal kalian hanyalah anak ayam," tukas Ruby.

SLUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang