Chapter 15

77.9K 4.9K 529
                                    

Ngebut nulis dan ini baru selesai langsung update. Selamat meramaikan. 🥂

****

Suara gesekan pada lantai mengikuti sepanjang Kenneth melangkah.

Dengan langkah gontai Kenneth menyeret kantung plastik hitam berisikan mayat Jovel. Darah-darah lantas tercetak jelas pada keramik putih penthouse pria tersebut.

Tidak ke rumah, tetapi Kenneth bawa kini mayat Jovel ke penthouse pribadinya. Dan langit malam rupanya kalah gelap dari sosok itu.

Kenneth membawa mayat Jovel ke suatu kamar. Ruangan yang berpenerangan remang-remang, terdapat kubus-kubus kaca dalam ukuran besar dan berisikan cairan asam kuat pun basa kuat. Berwarna merah dan violet cairan tersebut.

Lalu dengan mimik datar Kenneth mengenakan sarung tangan yang ia ambil dari dalam laci meja. Segera ia mengeluarkan mayat remuk Jovel dari balik kantung, menidurkannya di atas meja keramik.

Tatapan Kenneth setenang air di danau pada tengah rimba, tak terjamah pun tak terbaca. Manik hitamnya mengilap menggambarkan kecerdasan.

Suara pedang terdengar. Kenneth mencabut sebuah katana berukuran panjang seperti bulan sabit, silau menunjukkan betapa tajam dan mematikannya benda tersebut.

Bayangan gagah Kenneth di dinding pun menjelaskan. Menggambarkan aktifitas lelaki ini yang langsung seketika memutilasi semua bagian-bagian tubuh Jovel dengan tenang tak berekspresi.

Ia memisahkan kepala Jovel dari tubuh inti dalam sekali potongan. Menebas kedua tangan Jovel dalam sekali tebangan, pun memutuskan kedua kaki Jovel. Bahu kekarnya mengetat, mengencang otot-ototnya tatkala mencoba memutuskan tulang paha Jovel yang cukup keras.

Pak.

Pak.

Pak.

Sorot tenang Kenneth menatap fokus. Mimik datarnya diciprati oleh darah-darah, terus mencoba memutuskan tulang paha Jovel. Bermandikan darah dada telanjang Kenneth.

Selesai dengan kedua kaki, Kenneth menikamkan katananya ke dada Jovel. Ia tikam hingga mentok kini ujung katananya pada meja keramik. Segera Kenneth merobek, menarik katana itu sedari titik tikam sampai pada perut di bawah.

Ia belah tanpa ekspresi. Seolah menikmati kegiatannya sebab telah biasa ia lakukan.

Sesi potong memotong usai, Kenneth lalu melempar setiap bagian-bagian itu masuk ke dalam kubus kaca berisikan cairan asam kuat berwarna merah. Ia lempar santai dan satu persatu.

Terakhir, Kenneth melempar kepala Jovel setelah ia memicing tipis seraya mengamati kepala putus dengan mata melotot itu di depan mukanya.

Kemudian dalam hitungan hari, tubuh Jovel akan melebur, larut di dalam cairan asam tersebut sampai ke tulang-tulangnya. Hilang, lenyaplah tanpa jejak bak tertelan bumi.

Kenneth melepaskan sarung tangannya. Ia lempar juga sekalian ikut masuk ke dalam cairan asam tersebut bersama-sama tubuh Jovel. Dengan berlumuran darah Kenneth pun merogoh saku celananya di samping, mengeluarkan ponselnya dan ia mencari-cari satu kontak tujuan.

Retsuro Saki

Tanpa perlu waktu lama, hanya dalam sekali panggilan orang di sana lantas mengangkat panggilan Kenneth.

"Can I help you?"

Suara Saki menyambut.

Kenneth menjepit ponselnya di telinga menggunakan bahu. Ia fokus mencuci tangannya di wastafel, mengelapi darah-darah di dada serta perut kerasnya dengan air.

SLUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang