Chapter 4

86.7K 4.8K 322
                                    

Visual Camorra Ruby Volkvov on Instagram 💘💸✨

****

Cekatan Ruby membanting setir kemudi, memarkirkan black monster bersuara galaknya pada halaman parkir salah satu gedung pencakar langit di Canada itu, Taylor Group Company.

Tanpa ditemani oleh Ricci dan Madi, Ruby sungguh-sungguh memutuskan untuk mendatangi langsung Kenneth Xanth Taylor setelah Kenneth memutuskan telepon mereka sepihak tanpa kejelasan lebih lanjut—mengenai rumor panas tentang mereka berdua saat ini.

Kedatangan tiba-tiba Ruby tentu pasti sangat mengejutkan. Semua manusia di seluruh penghuni lantai bangunan itu, mereka seperti mimpi dapat melihat seorang Camorra Ruby Volkov mendatangi kantor perusahaan mereka, sendiri dan tanpa ditemani oleh satu keamanan pun.

Serempak, kompak mereka semua selalu membungkuk rendah kepada Ruby yang pastinya ia abaikan. Buru-buru, seksi ia melenggang dengan jas hitam licin yang menjuntai di punggungnya.

Dress putih sepaha yang ia pakai mengapit ketat bokong serta payudaranya yang kencang tak terjamah. Ia kenakan pula kaca mata hitam guna menghindari kontak mata dari sesama manusia di bangunan itu, pun heels 10 inchesnya teguh berderap menciptakan suara yang bernuansa angkuh. Di tangan kirinya ia menenteng tas merk terkemuka dunia.

Sementara di ruangannya, Kenneth menyaksikan Ruby berderap melalui layar komputer yang telah disambungkan oleh cctv. Wanita itu telah keluar dari lift, tiba di lantai teratas dan berjalan gontai bak model menuju ke arah ruangannya saat ini.

"Dia seperti banteng betina yang marah," celetuk Tobias. Ia terkekeh merasa lucu.

"Dia akan menandukmu, Mr. Taylor," sambung Balthazar, terkekeh juga.

Kenneth mengusapi dagunya, melihat pada layar di mana Ruby semakin dekat dan akan segera membuka pintu ruangannya. Pria itu lantas memutar kursi kebesarannya dan menghadap ke arah depan meninggalkan layar komputer.

Menanti kedatangan sang banteng betina.

Brakh!

Menggunakan kaki jenjang berheelsnya Ruby mendobrak, menendang pintu ruangan Kenneth hingga terbanting pada dinding di belakang.

Ketiga pria-pria tampan dan gagah itu terkekeh. Mengamati mimik Ruby yang menggambarkan amarah bercampur rasa hina.

Kenneth berdiri. "Welcome, my Princess," lontarnya memberi salam.

Alih-alih membalas salam hormat bercampur godaan Kenneth, Ruby berjalan semakin dekat dan seketika itu juga ia hantamkan tas mahalnya ke wajah Kenneth.

Ruby melepaskan kaca matanya, dia lempar menjauh kemudian menekan tepi meja yang menjadi penghalang di antara dia dan Kenneth saat ini. Ruby tekan kuat memakai dua tangannya dengan tubuh agak condong ke depan.

"Kau ingin mati?" geram wanita itu.

"Payudaramu ingin tumpah," celetuk Kenneth. Memberi lirikan mesumnya ke arah dada Ruby, sengaja.

Ruby tak memedulikan itu, ia ingin kejelasan Kenneth di sini.

"Kau berniat mempermalukanku dengan menciptakan rumor tidak benar seperti itu? Apa maumu?" papar Ruby. Suaranya naik dua oktaf.

"Aku ingin menikahimu, Miss Volkov, bukan mempermalukanmu. Sejak kapan sebuah pernikahan adalah tragedi memalukan? Harusnya kau bahagia, karena pria sekaya raya dan seterkenal dirikulah yang akan menikahimu," balas Kenneth. Ia taruh tas cantik Ruby di atas meja.

Rahang Ruby mengencang. Ia tilik intens wajah berahang tegas Kenneth yang juga menatapnya lekat-lekat. Tobias dan Balthazar hanya menyaksikan, sesekali mereka terkekeh.

SLUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang