Chapter 5

92K 5K 712
                                    

Blam!

"Bye, motherfucker!"

Ruby mendorong Kenneth keluar dari mobilnya secara kasar, lantas menutup kembali pintu mobilnya dengan kuat hingga berdebam. Ia acungkan jari tengahnya untuk pria itu, memainkan gas mobilnya berkali-kali di samping Kenneth kemudian melaju cepat meninggalkan lelaki itu di tepi jalan raya.

Benar-benar di pinggir jalan besar, jalur utama kota Toronto dan matahari tengah bersinar dengan begitu teriknya.

Kenneth terkekeh di sana, ia melirik mobil Ruby yang telah menjauh lalu menghilang di balik jalanan. Lagi-lagi ia tertegun mendapati perlakuan buruk Ruby padanya, benar-benar hanya Ruby seorang yang memperlakukannya seperti ini.

Tidak berselang lama, satu menit setelah mobil Ruby menjauh lalu menghilang, dari kejauhan Kenneth dapat melihat serta mendengar yellow devil miliknya tengah mendekat, bengis mesinnya yang bersuara garang, dikendarai oleh Tobias yang melaju pesat. Menemukan posisi Kenneth melalui koneksi GPS di ponsel cerdas bossnya.

Tobias berhenti, segera ia dan Kenneth bertukar posisi. Tanpa basa-basi Kenneth menempati kursi kemudi lalu Tobias duduk di sebelahnya.

"Kau meminta turun di sini?" tanya Tobias.

Kenneth mulai mengemudi. Melirik kaca spion lalu membanting setir kemudianya berputar arah, melaju kencang dengan kaca tertutup, melengking suara mesin yellow devilnya sebengis sang pemilik.

"Dia yang turunkan aku di tempat tadi, mengusirku dari mobilnya, mengacungkan jari tengahnya untukku, lalu mengataiku motherfucker dan meninggalkanku," balas Kenneth rinci.

Hampir-hampir Tobias meledakan tawanya. Buru-buru ia membakar sebatang rokok lalu menurunkan sedikit kaca di samping.

"Meluluhlantakkannya tidak semudah itu, Mr. Taylor. Lihat? Dia benar-benar satwa langka seperti katamu," ucap sekretaris keren ini, menyesap rokoknya santai.

Bibir cerah Kenneth memicing sembari mengemudi. "Membuatnya berjumpa dengan Bapa di sorga itu mudah, tetapi bukan itu yang kuinginkan. Aku bisa saja membunuhnya dan menghancurkan kejayaannya kapan pun aku inginkan," balas Kenneth tenang.

"Aku berkuasa di atas segala apa pun yang aku inginkan. Dan aku ingin dia menjadi istri serta rivalku seumur hidupnya. Ingin kutunjukkan padanya, bahwa semandiri apa pun seorang wanita, mereka tetaplah makhluk yang membutuhkan sosok seorang pria," tambah Kenneth kemudian.

"Apa isi pikiran kita sama?" celetuk Tobias.

"Tentang apa?"

"Ruby. Apa kau juga berpikir bahwa dia masih murni tak terjamah?"

Barulah senyum panas Kenneth tercipta. Ia banting menikuk setir kemudinya, secara tiba-tiba sampai dua ban di belakang seperti tergelincir saat akan memasuki halaman parkir Company.

"Itulah yang membuatku penasaran. Wanita yang telah merasakan dunia bercinta, mereka tak sanggup tanpa sosok pria. Sebab mereka tahu, seks adalah kebutuhan."

"Seperti kau yang belum menikah, tetapi memiliki tempat khusus pembuangan sperma," kekeh Tobias.

Kedua pria keren itu keluar dari mobil. "Yeah. Seperti kataku, seks adalah kebutuhan. Pria dewasa dan pemikir keras sepertiku, mudah stress jika kebutuhanku yang satu itu tidak terlampiaskan. Aku tidak suka mengocok di kamar mandi seperti kau dan Balthazar, aku ingin bekerja hingga bermandikan keringat lalu menumpahkan semua air lelahku dengan perasaan lega."

Tobias tertawa ketika mereka berjalan di lorong panjang berdinding kaca. Saat memasuki lift pun Tobias masih tergelak.

"Seksmu brutal," papar Tobias. Tergelak di dalam lift sementara Kenneth hanya terkekeh tampan.

SLUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang