Lapar, lapar, lapar. Setiap saat Ruby selalu merasa lapar bukan main.
Kehamilannya telah memasuki usia delapan bulan. Tak ada lagi Ruby yang ramping, seksi dengan pinggang kecil pun perut rata. Sekarang ia telah menjadi ikan kembung. Perut bulat juga pipi chubby ke mana-mana.
Tidak ada lagi Ruby yang menjaga pola makannya. Seperti orang yang tak pernah makan, itulah Ruby sekarang-sekarang ini. Baru saja tiga puluh menit lalu ia makan, sekarang perempuan itu sudah geratakan mencari-cari apa saja yang bisa ia makan dari dalam kulkas.
Lalu tak wanita itu sadari bahwa sedari tadi suaminya telah pulang kerja dan tengah mengintipnya, mengamati Ruby di depan kulkas sementara wanita itu sedang asyik sendiri memakan sebuah apel yang dia pegang di tangan kiri, lalu tangan di kanannya Ruby memegang sebungkus roti.
Apel dan roti itu Ruby gigit berganti-gantian. Sesekali dia juga menenggak susu kemasan di botol lalu kembali menikmati apel dan rotinya.
"Boleh aku memintanya?"
Spontan Ruby berbalik. Matanya membulat, berkedip-kedip, menengadah menatap Kenneth dengan pipi kanan kembung terisi penuh roti. Tiba-tiba bibirnya jatuh melengkung. Dia kaget sampai menegang dan sesaat tadi jantungnya berdegup kencang.
Senyum Kenneth menghilang, mimiknya menjadi haru dan tak tega. "O-ouhh... kau kaget, um?" Kenneth lantas jatuhkan jasnya ke lantai lalu ia mendekap Ruby.
"Aku membuatmu kaget? Maafkan aku, aku minta maaf." Kenneth ingin tertawa namun ia tahan. Antara kasihan dan merasa lucu.
"Roti rasa apa ini, um?" Kenneth melihat roti di tangan Ruby.
Sembari mengunyah pelan Ruby mengangkat roti dan juga apelnya. "Roti rasa apel," jawabnya. Tadi bibirnya jatuh melengkung sekarang ia sudah dapat menyengir senang.
"Woahh... enak?" tanya Kenneth lagi. Ia tebak rasanya aneh, tapi bagi Ruby itu sangat enak.
"Um. Ini penemuanku." Dengan bangga Ruby menjawab. Dia isi semua roti ke dalam mulutnya dan menggigit apel berkali-kali. Semakin chubbylah pipi wanita itu.
"Uh?" Ruby melihat perutnya yang bebas sebab ia hanya mengenakan bra juga celana yang bahannya elastis.
"Tuing, tuing, tuing." Ruby menyentuh-nyentuh perutnya yang menonjol menggunakan jari telunjuk tiap kali calon anak mereka menendang.
Kenneth lalu tertawa, semakin tertawa lagi saat Ruby kembali membuat suara tuing-tuing sembari terus menyentuh setiap sisi perutnya yang menonjol-nonjol dan bergerak-gerak.
"Ehe..." Ruby menyengir sembari menahan kejutan dari dalam. Ia lalu mengusapi perutnya membuat gerakan melingkar dan makhluk di dalam pun berhenti mengajaknya bermain.
"Kalian lucu sekali..." Kenneth gemas, dia bertekuk lutut kemudian menggosok-gosoki rahang berbulu-bulu halusnya di perut Ruby. Dia kecup juga perut Ruby berkali-kali dan rasa-rasanya ia ingin menelan wanita itu beserta perut bulatnya sekaligus.
Ruby menguap lalu berdecak. "Aku masih lapar."
"Ingin makan sesuatu?" Kenneth kembali berdiri. Sedari bulan lalu mereka sudah tak lagi mempekerjakan pelayan atas permintaan Ruby sendiri.
"Um." Ruby mengangguk semangat. "Aku ingin makan... makan... aku ingin... uhm..."
Kenneth menanti. Tidak terasa tiga menit sudah Ruby berpikir ia ingin makan apa tetapi jawabannya belum juga wanita itu dapatkan. Sampai-sampai Ruby duduk di kursi meja makan, kembali berdiri, duduk lagi, berdiri lagi, terus berpikir ia ingin makan apa sementara dengan sabar Kenneth menunggu jawaban.
"Terserah."
"T-terserah?" Kenneth mengerjap. Tiga menit hampir empat menit ia biarkan Ruby berpikir, ujung-ujungnya jawaban terserah juga yang ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SLUT
ChickLitFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! 21+ || DARK LOVE ROMANCE Description : Demi memenangkan tender raksasa itu, Kennteh Xanth Taylor mempertaruhkan harga dirinya. Kekalahan telak pun ia dapatkan, dan citra tingginya diinjak-injak...