Chapter 23

83.9K 5.8K 783
                                    

Yg mau voucher bisa cek IGS ya.
Malming ini aku lagi buat voucher di kedua-dua akun Karyakarsaku.

2500 kata, happy reading!
💘💐🌹

****

Logan, Naomi, Gemma. Ketiga orang itu mengernyit, tertuju mata mereka kepada layar televisi, menyaksikan salah satu siaran selebritas di mana sedang menunjukkan sebuah rekaman.

Rekaman yang diambil oleh seorang pemudi lalu perempuan itu posting di instastory miliknya dengan emoji menangis juga satu emoji love, kemudian menandai juga akun instagram milik Kenneth dan Ruby.

Jelas, benar-benar jelas di dalam video itu adalah Kenneth dan Ruby di tepi jalan tadi. Terdengar lantang teriakan-teriakan Kenneth yang mengungkapkan perasaannya, terekam gamblang Kenneth menangis dan tak mau melepaskan Ruby dari dalam pelukannya.

Di tengah-tengah fokus mereka menonton siaran itu, Kenneth lalu muncul dengan tampilan kusut lesu terlihat lelah. Otomatis mereka melirik Kenneth yang juga melihat ketiga orang tersebut bergantain dengan mimik datar.

"Apa itu kau?" Logan menunjuk ke layar televisi.

Sekilas saja Kenneth melihat siaran tersebut. Dia lalu melayangkan jasnya kasar-kasar ke lantai hingga Naomi dan Gemma terperanjat.

"Aku pusing. Jangan bicara denganku," kata Kenneth.

"Pusing karena Ruby sudah tak mau denganmu?" papar Gemma.

"Kau diamlah." Kenneth melirik adik perempuannya galak.

Setelahnya ia berjalan sempoyongan seperti barusan saat memasuki rumah. Langkahnya berat bak orang mabuk. Ketika menaiki tangga Kenneth terus saja mengacak-acaki rambutnya. Sesekali berteriak campur erangan, meninju pembatas tangga dan melanjutkan langkahnya yang berat.

"Kusebut itu dengan mabuk cinta," lontar Logan meledek. Menertawai Kenneth sepuas-puasnya lalu disusul oleh Naomi juga Gemma yang ikut tertawa jahat.

Sesampainya di kamar, Kenneth menjatuhkan diri di ranjang dengan posisi telungkup. Dia tumbuk-tumbuki bantalnya kuat-kuat, mengingat tadi Ruby menolak pulang dengannya lalu meminta diantar oleh Balthazar dan mereka singgah di hotel.

Entah apa yang mereka lakukan, lama sekali mereka di dalam sampai-sampai Kenneth menunggu seperti orang gila di luar gedung.

Bagaimana ini? Kenapa harus dekat Balthazar? Kenapa harus dengan sekretaris sekaligus sahabatnya itu? Apa tidak ada pria lain? Maksudnya— hey, ada dia di sana, kenapa harus Balthazar?

Ada pantas saat itu Balthazar tahu keberadaan Ruby di Swiss. Rupanya mereka memang saling berkomunikasi. Pikir Kenneth.

"Apa yang kau lakukan di hotel tadi?"

"Bertemu klien."

"Hah! Omong kosong!" Kenneth membaca balasan pesan Ruby dan dia mendidih.

"Bertemu klien dan kau mengajak Balthazar? Ada Madi, ada Ricci, kenapa harus sekretarisku?"

Kenneth mengetik dengan cepat. Berbaring dan terus menahan rasa jengkelnya sedari tadi. Seharian ini ia benar-benar emosional. Alih-alih membalas ungkapan perasaan Kenneth, Ruby justru menyumpalkan paksa cincin di jari manisnya itu ke mulut Kenneth.

Di depan Balthazar dan di tepi jalan tadi Ruby melakukannya. Dia sodok masuk cincin itu ke mulut Kenneth dan Kenneth diam saja. Dia menyusul Ruby ke kantor wanita itu dan di sana mereka kembali bertengkar.

Ruby mengusirnya keluar dari ruangan. Melempari Kenneth dengan berkas-berkas di atas meja, memaki pria itu kemudian meminta para bodyguard untuk menyeret Kenneth keluar.

SLUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang