Hari ini hari kedua Acleo sudah keluar dari jeruji besi, masih menjadi pertanyaan baginya mengapa Gavin mau membebaskan nya.
Acleo pergi menuju rumah sakit untuk menjenguk bibi.
Acleo memasuki kamar tempat bibi di rawat, terlihat dari luar jendela, bibi yang terbaring di tempat tidur dengan jarum infus yang melekat di tangannya. Acleo masuk ke kamar inap bibi, dan duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang tempat tidur bibi.
"Bi,ini Leo, Leo minta maaf ya bi sama bibi," Acleo menggenggam tangan Bibi dengan lembut.
Bibi menepis tangannya yang di genggam Acleo,dan mengalihkan pandangannya. Acleo menghela nafasnya, dan mencoba menjelaskan kepada bibi.
"Bibi, Leo maupun Bunda, sama sekali ga ada niatan jahat sama bibi. Leo benar-benar ga tau soal kue donat yang Leo anterin malam itu buat bibi, Leo cuma jalanin tugas yang bunda kasih buat anterin kue donat ke rumah bibi, kalau tentang racun itu bunda maupun Leo ga tau soal itu bi," Acleo menjelaskan semuanya kepada bibi.
Acleo berharap bibi akan merespon nya walau hanya dengan respon yang kecil.Namun tidak, bibi sama sekali tidak meresponnya bahkan tidak sama sekali menoleh ke arahnya.
"belum puas?," terdengar suara seorang pria, dari pintu kamar bibi di rawat.
"belum puas kamu racunin bibi kamu sendiri?, mau apa lagi kamu?," suara paman yang berdiri di pintu kamar bibi, menyuruh Acleo untuk pergi.
Acleo hanya terdiam dan menurut dengan perintah paman, dan segera keluar dari kamar bibi, meninggalkan rumah sakit tempat bibi di rawat.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, Acleo melihat Bunda yang sedang berbincang dengan seorang wanita di depan toko kue. Tampak Bunda sangat bahagia berbincang dengan wanita itu, entah apa topik yang di bicarakan mereka. Acleo tidak ingin menganggu kesenangan Bunda, ia langsung berjalan pulang ke rumah, karena pasti kedua adiknya hanya berdua di rumah.
Acleo sangat senang ketika melihat Bunda bahagia dan terpancar senyuman di wajahnya yang anggun.
Walau Acleo tidak tau, senyuman yang terpancar itu, hanya sebagai topeng untuk menutupi suatu hal, atau tidak.
Acleo selalu berharap bahwa senyuman di wajah Bunda adalah sebuah senyuman kebahagiaan.
*****
Hari ini Acleo bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Walau cuaca hari ini sangat tidak mendukung untuk berangkat sekolah, karena hari ini turun hujan, dan cuaca sangat dingin. Namun hujan tidak menjadi penghalang semangat Acleo untuk menuntut ilmu di sekolah.
Jam waktu istirahat tengah berlangsung. Acleo yang mencari keberadaan Gavin dengan mencari di seluruh lingkungan sekolah, akhirnya menemukan Gavin di Koridor sekolah, sedang berkumpul dengan teman-teman nya.
Acleo sedikit ragu ingin menemui Gavin, karena ia takut mengganggu Gavin yang sedang asik mengobrol bersama teman-teman nya.
Acleo memutuskan untuk menunggu Gavin selesai mengobrol dengan teman-teman nya, baru ia menghampiri nya. Lama Acleo menunggu Gavin selesai berkumpul. Setelah teman-teman Gavin meninggalkan koridor, dan hanya tersisa Gavin dan Alfino di sana. Acleo bergegas untuk berjalan menghampiri Gavin.
"Gavin," Gavin menoleh ke belakang ke arah Acleo yang memanggilnya.
"Maaf mengganggu, kalau boleh tau. Kenapa kamu bebasin aku di penjara Gav?, kenapa kamu ga biarin aja aku terpenjara, kamu selalu suka liat aku di siksa, tapi kenapa ini kamu memilih buat bebasin aku?," Acleo melontarkan pertanyaan kepada Gavin.
Gavin mempercepat langkah kaki nya, menghindari pertanyaan Acleo. Dan pergi meninggalkan Acleo sendiri, tanpa menjawab pertanyaan Acleo sepatah kata pun.
Acleo berjalan memasuki kelas , dengan perasaan kecewa karena tidak mendapat jawaban apapun dari Gavin. Awalnya ia kira jika Gavin sudah tidak menjadikannya musuh sehingga membebaskan nya. Namun, ternyata Gavin masih menjadikan Acleo sebagai musuhnya, entah apa penyebabnya. Gavin sangat membenci Acleo, ia akan melakukan apapun untuk membuat Acleo tersiksa. Mungkin Gavin mempunyai rencana lain di balik alasan ia membebaskan Acleo. Entah dosa besar apa yang di lakukan Acleo sehingga Gavin sangat membencinya.
Acleo tidak ingin bertanya kepada Bunda, karena ia paham Bunda tidak menjenguknya mungkin karena ia banyak pekerjaan dan harus mengurus kedua adik kembarnya.
Malam ini Acleo merasa sangat lelah. Ia membaringkan tubuhnya di ranjang, sembari membaca buku kesayangannya My And My Shelter. Banyak pelajaran kehidupan yang Acleo ambil dari buku ini. Buku ini tidak bosan-bosan di baca oleh Acleo. Ia berulang-ulang kali membacanya. Entah apa yang ia cari. Padahal, seribu kali pun ia baca, isi di dalamnya masih tetap sama, dan tidak berbeda sedikit pun.
Tidak sampai 1 jam Acleo membaca My And My Shelter , Acleo keluar kamar dan menemui kedua adiknya yang sedang bermain bersama. Acleo senang melihat kedua adik kembarnya itu sangat akur bermain bersama. Acleo menghampiri mereka, dan duduk di antara Keyla&Kaila.
"Keyla&Kaila lagi main apa ni?," Acleo bertanya kepada kedua adik kembarnya.
"Abang. Tadi Keyla sama Kaila bawa mainan ke taman bermain yang biasa tempat Keyla sama Kaila main teruss, mainannya di rusakin sama temen-temen. Katanya, mainannya ga bagus. Soalnya ada mainan yang baru Abang. Mainan boneka boba yang ada bobanya. Tapi ga bisa di minum. Jadi boneka yang Keyla sama Kaila bawa ke taman, boneka beruang yang Abang beliin di rusakin sama temen-temen." Keyla menceritakan perilaku teman-teman nya kepada ia dan saudari kembarnya, kepada Abang nya, Acleo.
Acleo yang mendengar perkataan adiknya itu, hanya bisa menenangkan mereka. "Sutt, udah jangan sedih ya. Nanti kalau Abang ada uang, Abang beliin boneka boba buat adek Abang yang cantik-cantik ini." Acleo mencoba menenangkan kedua adiknya.
Kesedihan apapun yang adik dan bundanya rasakan adalah kelemahan seorang Acleo. Ia tidak bisa melihat orang yang ia sayangi terluka. Ia akan lakukan apa saja untuk bisa membuat kebahagiaan terpancar pada kedua adik dan bundanya.
"Ga usah Abang, Keyla sama Kaila ga jadi mau boneka boba nya. Keyla sama Kaila maunya boneka donat tapi yang gede, gedenya se Abang." Keyla mengatakan yang ia inginkan kepada Acleo. Sambil tersenyum, terlihat gigi-giginya.
Acleo menghela nafas. "Emangnya ada boneka donat yang segede itu?," Acleo bertanya kepada Keyla&Kaila.
"Ada boneka raksasa, Abang kan suka makan donat, terus Abang besar. Jadi Abang itu donat." Keyla dan Kaila meledek Abangnya yang terkekeh kecil dan menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat kelakuan kedua adiknya itu.
*****
Acleo mendapat pemberitahuan dari guru fisikanya, bahwa akan di adakan lomba Olimpiade Nasional. Pemenang akan mendapatkan biasiswa kuliah di Universitas besar yang sangat terkenal. Namun pendaftaran dikenakan biaya 250k , sudah mendapatkan kartu nomor peserta.
Acleo sangat ingin mengikuti Olimpiade ini. Mungkin saja ini akan menjadi kesempatan nya untuk dapat meraih biasiswa dan menempuh pendidikan di Universitas besar impiannya sejak dulu. Acleo selalu mencari di mana ia bisa mendapatkan biasiswa agar ia bisa menggapai cita-citanya menjadi Doctor. Acleo sangat senang dengan kabar Olimpiade yang di beritahu kan guru kepadanya. Namun, Acleo tidak tau apakah ia bisa mendapatkan 250k dalam, 4 hari. Karena Olimpiade ini akan di laksanakan 5 hari lagi, pembukaan pendaratan hanya 3 hari, hari ke 4 nya adalah seleksi, keesokan harinya baru perlombaan Olimpiade di laksanakan.
Acleo memutuskan untuk menabung dari uang gaji ia bekerja di caffe sebagai seorang barista. Setiap sepulang sekolah, Acleo langsung menuju caffe untuk bekerja hingga pukul 11 malam, baru ia pulang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACLEO
Teen FictionYa, dia adalah Acleo anak laki-laki yang duduk di bangku SMA kelas 11 itu, anak laki-laki yang di paksa untuk selalu kuat, menjadi pelindung untuk keluarga,dan di dewasakan oleh realita kehidupan. Anak laki-laki yang memiliki mimpi yang tinggi, namu...