Suasana di sekolah sangat ramai saat jam istirahat seperti ini. Kantin ramai di minati para siswa-siswi yang beristirahat dan membeli makanan untuk mengisi perut mereka, agar fresh untuk melaksanakan ujian selanjutnya.
Acleo tetap di kelas dan duduk di tempat duduknya. Membuka buku pelajaran dan membacanya untuk persiapan mata pelajaran ujian selanjutnya.
Bel masuk sudah di bunyikan. Jam istirahat sudah berakhir. Saatnya masuk kelas untuk memulai ujian selanjutnya. Saat ini adalah ujian mata pelajaran Bahasa Inggris.
Suasana kelas sangat sepi dan sunyi. Semua siswa-siswi mengerjakan ujian dengan sangat serius dan sungguh-sungguh.
45 menit telah berlalu. Seluruh siswa-siswi telah selesai mengerjakan ujian Bahasa Inggris.
Adzan sudah mulai berkumandang. Waktunya salat Dzuhur. Semua siswa-siswi mengerjakan salat Dzuhur, siswa putra melaksanakan di Mushola yang tersedia di sekolah, dan para siswi putri mengerjakan di kelas mereka masing-masing.
Setelah melaksanakan salat Dzuhur di Mushola, Acleo berjalan kembali menuju kelasnya melewati koridor sekolah.
Banyak terlihat guru-guru sedang berkumpul di ruangan guru. Sedang membicarakan sesuatu sembari memenangi sebuah kertas lembar jawaban ujian milik seorang murid. Acleo tidak tau lembar jawaban milik siapa yang sedang di bicarakan oleh guru-guru. Terdengar dari nada bicaranya sepertinya guru-guru sedang kesal dan kecewa dengan pemilik kertas lembar jawaban tersebut.
Acleo berharap jika kertas lembar jawaban yang di bicarakan oleh guru-guru bukanlah miliknya. Ia cukup cemas karena ia tidak unggul dalam pelajaran bahasa Inggris. Ia takut jika nilainya sangat rendah. Acleo melewati sepanjang koridor sekolah dengan perasaan cemas dan takut.
Acleo baru saja sampai di kelasnya dan ingin duduk di bangku miliknya. Terdengar suara dari pusat pemberitahuan yang tepatnya di depan koridor sekolah yang Acleo lewati tadi, yang memintanya untuk segera menuju ke koridor.
Sesampainya Acleo di koridor terlihat beberapa guru yang sudah menunggu nya. Acleo bingung mengapa guru-guru tiba-tiba memanggilnya. Ia semakin takut, apa mungkin kertas lembar jawaban yang di bincangkan oleh guru-guru tadi adalah miliknya.
"Acleo ini yang kamu tunjukkan?, guru-guru di sini percaya bahwa kamu adalah siswa yang berprestasi. Tapi mengapa ujian bahasa Inggris seperti ini saja kamu berani-beraninya mencontek dan mengambil kunci jawaban milik guru?," tegas guru Bahasa Inggris Acleo yaitu Bu Rini.
Acleo merasa bingung mendengarnya. Ia tidak merasa bahwa ia melihat jawaban atau mencontek nya. Ia menjawab soal ujian dengan sungguh-sungguh dan semampunya. Ia memang tidak unggul dalam mata pelajaran ini, namun ia tidak pernah berfikir untuk mencontek nya sekalipun.
Terlihat seorang guru keluar dari ruang guru membawa lembar jawaban yang tadi banyak di perbincangkan, yaitu milik Acleo. Seorang guru memberikan kertas lembar jawaban itu kepada Acleo. Acleo sedikit tidak percaya, ia mendapatkan nilai 90 di ulangan bahasa Inggris ini. Acleo bangga pada dirinya sendiri, ternyata usaha belajar nya tidak sia-sia sehingga membuahkan hasil yang maksimal. Ia menggunakan waktu istirahat nya yang seharusnya untuk beristirahat dan ia malah menggunakan nya untuk belajar di kelas terbayarkan dengan hasil yang maksimal. Namun Acleo masih tidak tau kenapa guru-guru tiba-tiba menuduhnya mencontek.
"Maaf Bu. Tapi saya tidak mencontek atau mengambil kunci jawaban. Saya belajar bu. Saat waktu istirahat saya belajar di kelas." Acleo mencoba menjelaskan kepada guru-guru bahwa dirinya tidaklah bersalah.
"Kamu kan kurang Acleo dalam bidang bahasa Inggris. Lalu kenapa kamu bisa dapat hasil yang besar. Teman-teman kamu yang lain yang aktif dan selalu dapat nilai bagus pada di bawah kamu loh. Kok ini kamu bisa dapat nilai yang besar dari mereka. Emangnya siapa kamu profesor?, sehingga bisa dapat nilai bagus begitu aja. Sejenius apa emangnya kamu sehingga saya harus percaya?," cibir guru tersebut dengan tegas.
"Tapi saya berkata yang sebenarnya Bu. Saya benar-benar tidak mencontek kunci jawaban Bu." ujar Acleo mencoba meyakinkan guru tersebut.
"Sini kamu ikut saya aja ke ruang CCTV." guru mengajak Acleo untuk ke ruang CCTV.
Terlihat di kamera CCTV memang Acleo berada sendiri di kelas dan ia hanya duduk di bangku tempat duduknya.
Guru tersebut masih merasa tidak yakin dengan Acleo. Ia memutuskan untuk ke kelas Acleo dan menggeledah semua isi tas milik Acleo.
Terdapat sebuah selembar kertas yang bertuliskan Kunci Jawaban Ujian Bahasa Inggris. Acleo sangat bingung, siapa yang sedang mencoba menjebaknya. Apa yang orang itu inginkan dari Acleo. Dosa besar apa yang telah ia buat sehingga hidupnya selalu di ganggu oleh orang-orang yang tidak menyukainya.
"Mau berkata apa lagi kamu Acleo. Ini sudah jelas, ada kertas kunci jawaban di tas kamu. Ga bisa bohong lagi kan kamu?," cecar guru bahasa Inggris tersebut.
Acleo hanya terdiam kaku. Ia sudah tidak tau lagi apa yang harus ia katakan untuk membela dirinya dari tuduhan yang di berikan kepada dirinya.
Acleo hanya diam dan duduk di tempat duduknya. Ia tidak tau apa lagi yang ia harus lakukan dan apa yang harus ia katakan lagi.
"ih nyontek."
"nyontek aja bangga."
"goblok mah belajar bukan nyontek."
"curang amat."
"minimal ga curang lah."
"ikut olim sana sini, eh ujian nyontek."
"siapa tuuu?,"
"ya siapa lagi kalau bukan Acleo."
"sorakin cuy."
"HUUUUUUUUUUUUUUUUU."
"HUUUUUUU TUKANG NYONTEK."
"UDAH NYONTEK KENA MASALAH PULA."
"KASIIIAN."
Satu kelas menyoraki Acleo dan menyindir nya. Acleo hanya diam saja mendengar sindir-sindiran teman-temannya. Acleo tampak tidak memperdulikan nya. Acleo tidak ingin membalasnya ataupun menaruh dendam kepada teman-temannya.
Gavin mendekat ke arah tempat duduk Acleo, lalu menarik tangan Acleo membawanya ke tengah lapangan.
"Kalian semua harus tau, ini siswa yang ngaku nya berprestasi tapi ujian aja nyontek. Udah gitu ngambil kunci jawaban lagi." Gavin berteriak di tengah lapangan membuat semua siswa-siswi yang sedang beraktivitas di lapangan menoleh ke arahnya semua. Seluruh siswa-siswi mulai menggerubungi lapangan setelah mendengar perkataan Gavin.
"Sorakin woy!,ni anak culun tukang nyontek." Gavin meminta seluruh siswa-siswi yang berada di lapangan yang menggerubungi ia dan Acleo untuk menyoraki Acleo.
"HUUUUUUUUUUUUU." seluruh siswa-siswi mulai menyoraki Acleo dengan kuat. Hingga terdengar jelas di telinga Acleo.
"UDAH CULUN, TUKANG NYONTEK PULA." sindir Gavin.
"IDUP PULA." sambung Alfino.
"HAHAHAHAHAHAHHAHAH." seluruh siswa-siswi menertawakan Acleo. Acleo hanya bisa terdiam. Ia tidak mampu untuk melawan. Mereka terdapat puluhan orang, bahkan ratusan orang, dan ia hanya sendiri tidak ada yang mendukung nya di sekolah ini kecuali Edgar, tetapi Edgar belum bisa kembali ke sekolah, ia masih di Jakarta mengurus pekerjaan milik orang tuanya.
"Gebukin aja Gav, keroyokin. Mumpung rame ni pada." saran Alfino meminta Gavin itu memukuli Acleo.
"Masih panjang. Jangan buru-buru juga kali. Terusin aja dulu." decak Gavin.
"Acleo." panggil wakil kepala sekolah.
"Ini untuk kamu tolong di tandatangani oleh orang tuamu dan kamu bawa kembali besok." wakil kepala sekolah memberikan sebuah kertas peringatan kepada Acleo.
"Di skors ga tuh." sindir Alfino.
"Skors lah. Baru satu tuh mau di jadiin tiga ga?," ejek Gavin, sembari menertawakan Acleo yang mendapatkan surat peringatan dari wakil kepala sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACLEO
Teen FictionYa, dia adalah Acleo anak laki-laki yang duduk di bangku SMA kelas 11 itu, anak laki-laki yang di paksa untuk selalu kuat, menjadi pelindung untuk keluarga,dan di dewasakan oleh realita kehidupan. Anak laki-laki yang memiliki mimpi yang tinggi, namu...