04. Sanubari

14 6 0
                                    

Waktu Soreku ,ku isi dengan membaca majalah tua yang di publishkan sejak tahun 1995 di temani dengan waktu senja yang indah.Majalah itu berisikan sebuah perjalanan seseorang mengenai kisah hidupnya sendiri, bagaimana ia jatuh bangkit dalam kepahitan dunia. Banyak motivasi dan pelajaran yang di ambil oleh Acleo dari majalah yang ia baca itu.

Setelah selesai membaca majalah itu hingga akhir Acleo kembali meletakkan majalah yang ia baca itu ke tempatnya semula di rak tua yang banyak berisikan majalah-majalah tua. Acleo sangat menyukai majalah-majalah tua ataupun buku-buku yang sudah lama yang di tulis oleh tokoh-tokoh ternama. Bukan tidak menyesuaikan zaman tetapi ia lebih menyukai buku-buku lama karena lebih mempunyai sisi membanggakan.

                             *****

Malam ini Acleo berada di cafe tempat ia bekerja sebagai seorang barista, ia bertugas untuk menyajikan coffee kepada para pelanggan. Acleo mendapat pesanan dua buah cangkir coffee pada meja nomor 6, Acleo membuat coffee dan menghidangkan nya pada dua cangkir coffee, dan mengantarkan pesanan itu ke meja nomor 6, langkah Acleo terhentikan ketika melihat bahwa yang memesan dua buah cangkir coffee ini adalah temannya sendiri Bagas dan Darel, ia merasa ragu karena percakapan saat di rumah Bagas itu. Acleo mencoba untuk tetap tenang dan berjalan menuju meja mereka untuk menghidangkan coffee yang mereka pesan, Acleo meletakkan dua cangkir coffee itu di atas meja mereka, Acleo yang sedari tadi sembari meletakkan coffee itu menundukkan kepalanya itu pun, menatap ke arah Bagas dan Darel yang melihatnya dengan tatapan sinis.

"Leo lu kerja di sini? ," tanya Bagas menatap Cleo dengan tatapan sinis

Acleo yang mendengar pertanyaan itu hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan dari Bagas itu.

"Dari kapan lu kerja Le?," tanya Bagas melihat penampilan Cleo yang apron celemek dan kaus putih yang ia kenakan itu.

"Dari awal masuk SMA," jawab Acleo menundukkan kepalanya.

"Gue pamit ya Bagas, Darel, gue mau lanjutin kerjaan gue" pamit Acleo meninggalkan meja tempat Bagas dan Darel

                            *****

Hari ini aku berjalan kaki sendiri untuk pergi ke rumah bibi, karena bibi mengundangku untuk ke rumahnya hari ini, aku berjalan di tengah padatnya kota Lampung, jalanan di penuhi dengan kendaraan mobil dan motor, yang sangat padat, dan teriknya matahari yang cukup panas. Jarak rumahku dan rumah bibiku bisa terbilang cukup jauh.

Setelah perjalanan sekitar 20 menit, aku sampai di rumah bibi, terlihat kondisi rumahnya sangat tidak terurus berantakan seperti kapal pecah. Wajar saja rumah itu tidak bibi tempati selama 2 tahun karena selama 2 tahun itu ia tinggal di Makasar untuk menemani suaminya bekerja di sana.

Bibi tampak sedang duduk di kursi teras depan rumahnya, aku menghampiri bibi dan mencium tangan bibi, rasanya 2 tahun seperti 20 tahun, dulu aku terakhir bertemu dengan bibi saat aku masih duduk di bangku kelas 9 SMP, bibi tidak berubah masih terlihat cantik di aura wajahnya. Bibi mempersilahkan aku untuk duduk di kursi , dan memberi tau apa alasan bibi memanggilnya untuk datang ke rumahnya hari ini.

Bibi meminta bantuan ku untuk membersihkan rumahnya yang tampak seperti kapal pecah itu hanya dalam satu hari, karena besok suami bibi akan ada acara meeting pekerjaan kantor nya yang akan di laksanakan di rumah bibi. Aku tidak yakin jika aku bisa melakukan pekerjaan sebesar ini sendiri dan hanya sehari, tetapi aku percaya saja pada diriku sendiri, dan akan aku lakukan dengan penuh kerja keras.

Awalnya aku bingung bagaimana menyelesaikan rumah yang sangat luas ini menjadi rapih kembali dalam  satu hari saja. Aku memutuskan untuk membersihkan taman belakang rumah bibi, halaman taman belakang tampak berantakan sekali, bunga-bunga telah mati, daun-daun tampak kering, tembok dan kaca yang di penuhi dengan debu, dan kolam ikan yang di penuhi dengan air yang tampak sangat keruh mungkin menjadi tempat bersarang nya nyamuk aedes.

Adzan Zuhur mulai berkumandang waktu telah menunjukkan tengah hari tetapi Acleo baru menyelesaikan untuk membereskan halaman taman belakang rumah bibinya itu. Acleo menghentikan aktivitas nya sejenak untuk melaksanakan salat Zuhur.

Jam sudah menunjukkan pukul 17.30 , tetapi Acleo baru selesai menyelesaikan 4 tempat yaitu halaman taman belakang, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi.

Waktu terus berjalan langit mulai tampak gelap, bibi dan paman sudah kembali ke sini untuk mengecek pekerjaanku.

Plakkkk......

Tamparan keras yang di berikan oleh bibi nya itu tepat mendarat di pipi kanan Acleo, Acleo yang mendapat tamparan itu hanya terdiam menahan tangis sembari memegangi pipi kanannya itu, ia sadar jika ia salah karena tidak menyelesaikan sebuah pekerjaan tepat pada waktunya, tetapi pekerjaan yang bibinya berikan padanya sangat tidak logis bagaimana ia bisa menyelesaikan rumah menjadi yang luas menjadi bersih dan rapih hanya dalam waktu sampai Maghrib tiba.

"Kamu sudah saya berikan pekerjaan ini tetapi ini yang malah kamu lakukan? di mana kerja keras kamu Leo?," bibi menatap kesal ke arah Acleo sepertinya ia belum puas setelah menampar pipi Acleo dengan sangat kuat.

"Udah deh saya males sama kamu, kamu culun banget si jadi anak, ga bisa kaya anak-anak cowo di luar sana? mana muka kamu rusak banget si banyak jerawat nya gitu di rawat minimal mah,"

Acleo yang mendengar hal itu hanya terdiam tidak bisa berkutik dan menundukkan kepalanya.

"nunduk terus kamu pantes jadi orang rendahan banget, udah deh sana sana muak saya sama kamu,"

Acleo meninggalkan rumah bibinya itu dengan perasaan yang sudah tidak bisa ia tutur kan dalam apapun.

Acleo berjalan untuk pulang ke rumahnya dalam keadaan lemas, karena ia tidak makan ataupun minum seharian ini, bibinya tidak memberi nya makan atau pun minum bahkan bahkan sedikit pun.

Acleo menahan pedihnya pipinya yang di tampar oleh bibinya itu, tamparan itu terbilang cukup keras, bahkan menyisakan luka lebam pada pipi kanannya itu, hatinya juga merasa tergores dengan lantaran kata dari bibinya yang menghina fisik nya itu, ia tau bahwa ia tidak sempurna karena memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan nya masing-masing, tetapi perkataan bibinya itu sangat membuat hati Acleo hancur.

ACLEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang