Acleo menutup telinganya dengan sangat kuat. Selalu terbayangkan di telinga nya kalimat-kalimat yang di lontarkan oleh teman-temannya yang membuat nya menjadi tidak nyaman dan takut dengan perkataan yang menggunakan nada yang tinggi.
Acleo menuju ruangan wakil kepala sekolah, membawa kertas surat peringatan yang di berikan kepada Acleo kemarin dan harus di tanda tangani oleh orang tua. Bunda sudah menandatangani surat tersebut. Acleo menjelaskan kepada Bunda apa yang sebenernya terjadi sehingga ia mendapatkan surat peringatan tersebut, untung saja Bunda dapat memahaminya.
Acleo merasa sangat beruntung memiliki sosok seorang Bunda yang selalu menjaganya dan dapat memahami apapun keadaan putranya. Walau Acleo tidak mempunyai orang tua yang lengkap seperti anak-anak lain, Acleo merasa sangat bersyukur ia bisa mempunyai Bunda yang selalu menyayanginya dan kedua adik kembar yang cantik dan selalu menghibur nya dengan segala tingkah lakunya.
"Assalamu'alaikum. Permisi Bu." Acleo mulai masuk ke ruangan wakil kepala sekolah. Tidak ada wakil kepala sekolah di ruangannya, hanya ada kepala sekolah dan Gavin putranya di sana.
Kepala sekolah menatap ke arah Acleo yang datang . "Taruh aja di mejanya." pinta kepala sekolah lalu kembali berbincang dengan Gavin.
Acleo meletakkan kertas tersebut di meja milik wakil kepala sekolah.
"Terimakasih pak." pamit Acleo.
"Tunggu." kepala sekolah menghentikan Acleo.
Acleo kembali memutar kan badannya menghadap ke arah kepala sekolah yang menghentikan nya.
"Kemari." panggil kepala sekolah meminta Acleo untuk mendekat ke arahnya.
"Kamu nanti malam ada waktu?, kalau ada tolong datang ke rumah saya, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan. Nanti alamat rumah saya, saya kirimkan melalui goggle maps."
"Baik Pak. InsyaAllah." jawab Acleo tanpa berfikir panjang menyetujui permintaan kepala sekolah untuk hadir ke rumahnya.
Malam ini Acleo sudah bersiap hanya mengenakan celana hitam panjang dan kaus hitam saja ia bersiap untuk pergi ke rumah Pak Dean/ kepala sekolah Acleo.
Acleo berjalan kaki menuju rumah Pak Dean yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Acleo mengikuti petunjuk arah dari goggle maps yang di berikan oleh Pak Dean melalui pesan WhatsApp.
Sepanjang perjalanan Acleo merasa sedikit bingung dengan Pak Dean yang tiba-tiba memintanya untuk datang ke rumahnya. Acleo tidak tau ini adalah rencana dari Gavin atau memang benar-benar Pak Dean yang ingin mengundangnya untuk berkunjung di rumahnya.
Dua orang satpam penjaga sudah berdiri tepat di bagian sisi kanan dan kiri pagar rumah milik Pak Dean.
"Permisi. Ada Pak Deannya?," Acleo bertanya kepada salah satu Satpam untuk memastikan.
"Ada. Dengan siapa anda?, apakah sudah buat janji untuk bertemu dengan tuan?," tanya satpam itu kepada Acleo.
"Saya Acleo. Pak Dean yang mengundang saya untuk datang ke sini." jelas Acleo.
Satpam tersebut membukakan pintu gerbang nya untuk Acleo. Acleo menundukkan kepalanya dan mengucapkan terimakasih kepada satpam tersebut.
Rumah yang sangat besar dan luas, berwarna kan putih dan dihiasi dengan suara air mancur yang membuat hati Acleo merasa tenang mendengar nya. Acleo sangat takjub melihat rumah Pak Dean yang sangat jauh berbeda dengan rumah miliknya, namun ia tetap bersyukur kepada Allah SWT. karena masih di berikan tempat tinggal yang layak.
Acleo menekan tombol bel yang ada di samping pintu rumah Pak Dean. Ia menutup telinganya setelah menekan tombol bel tersebut. Karena ia kira suaranya akan sangat besar seperti bel-bel yang ada di sekolah, namun ternyata tidak, bel ini berbeda.
Kedua satpam yang melihat tingkah Acleo yang menutup telinganya setelah menekan bel tersebut hanya tertawa kecil. Acleo yang mengetahui bahwa kedua satpam itu menertawakan dirinya hanya terdiam malu.
Pak Dean membukakan pintu untuk Acleo dan menyuruh Acleo untuk masuk dan duduk. Acleo masuk ke dalam rumah Pak Dean dengan melangkahkan kaki kanan nya terlebih dahulu kemudian dengan kaki kiri. Seperti biasa yang ia lakukan dan yang di ajarkan oleh Bunda saat ia masih kecil.
Pak Dean menyambut Acleo dengan sangat baik, bahkan ia dihidangkan beberapa makanan ringan dan segelas teh hangat.
"Acleo. Rumahnya di mana kalau saya boleh tau?," Pak Dean memulai percakapan di antara keduanya dengan bertanya kepada Acleo di mana rumahnya.
"Di Jalan Anggrek 2, dekat Rumah Panti Asuhan Pak, ga jauh dari situ rumah saya." Acleo memberi tau Pak Dean di mana rumahnya.
"Kamu berapa bersaudara?," Pak Dean kembali bertanya kepada Acleo.
"Saya tiga bersaudara Pak, saya anak pertama, dan saya punya 2 adik kembar." jawab Acleo.
"Adik cewe kembar?," tanya Pak Dean kembali.
"Iya Pak,kembar." jawab Acleo tersenyum.
"Silahkan di minum dulu teh nya." Pak Dean mempersilahkan Acleo untuk meminum teh yang telah di sediakan.
Acleo mengangguk dan tersenyum kemudian meminum teh tersebut dengan perlahan.
"Adik nya sudah sekolah?," Pak Dean melontarkan pertanyaan kembali kepada Acleo.
"Belum Pak. InsyaAllah tahun depan." jawab Acleo tersenyum.
"Jaga adiknya baik-baik ya Leo. Leo sudah besar jadi pasti bisa jagain kedua adik Leo dan jagain Bundanya." pesan Pak Dean kepada Acleo.
"Iya Pak. Terimakasih." jawab Acleo.
"Ini saya ada sedikit rezeki. Tolong di terima. Ini untuk kamu dan keluarga kamu tolong di pergunakan dengan baik. Kalau keluarga kamu butuh apa-apa bilang ke saya aja. Nanti saya bantu." Pak Dean mengeluarkan sebuah amplop putih dari saku celananya dan memberikan nya kepada Acleo.
"Alhamdulillah. Terimakasih banyak ya Pak. Semoga Allah akan membalas kebaikan Bapak. Sekali lagi terimakasih banyak." ucap Acleo berterimakasih.
Keluar dari pintu dapur seorang gadis berambut pendek yang di kuncir satu membawa sebuah nampan meletakkan gelas serta piring yang sudah kosong di meja tempat Acleo dan Pak Dean berbincang, kemudian membawanya kembali ke dapur. Gadis berambut pendek yang di kuncir seperti ekor kuda itu tidak asing wajahnya di mata Acleo. Ia adalah Vaneta. Teman satu kelas Acleo yang duduk tepat di depan Acleo. Acleo bingung, ada apa Vaneta berada di rumah milik Gavin, dan menjadi seperti seorang pelayan yang menjadi asisten rumah tangga dan bertugas membersihkan rumah. Banyak pertanyaan di benak Acleo dari tadi. Dimulai dari sikap Pak Dean terhadapnya. Acleo adalah musuh dari Gavin anaknya, dan Pak Dean sering sekali bersikap kasar kepada Acleo, bahkan Acleo berfikir bahwa Pak Dean juga membencinya sama seperti putranya Gavin. Namun mengapa Pak Dean bersikap baik kepada dirinya kali ini. Bahkan hingga memberikan sejumlah uang untuk membantu nya, Pak Dean juga pernah memberikan Acleo uang untuk biaya pendaftaran Olimpiade yang lalu. Pak Dean sangat sulit untuk di tebak. Sifat nya seperti bunglon yang sering berubah-ubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACLEO
Fiksi RemajaYa, dia adalah Acleo anak laki-laki yang duduk di bangku SMA kelas 11 itu, anak laki-laki yang di paksa untuk selalu kuat, menjadi pelindung untuk keluarga,dan di dewasakan oleh realita kehidupan. Anak laki-laki yang memiliki mimpi yang tinggi, namu...