12. Derana

4 3 0
                                    

Banyak yang tidak terduga datang dengan sendirinya. Ada yang membuat kita merasa terluka. Ada juga yang membuat kita tidak henti-henti untuk mengucapkan rasa syukur.
-
-
-
-

Siang hari ini di hari Sabtu. Acleo mengajari kedua adiknya untuk belajar membaca.

"A.B.A.Bang." Keyla dan Kaila mulai mengeja di buku belajar membaca milik Acleo dulu saat ia masih belajar membaca, yang di belikan oleh Ayah dulu.

"Dibaca?," pinta Acleo.

"Abang." sambung Keyla dan Kaila kompak.

"Pinter." puji Acleo.

"I.B.Ubu." Keyla dan Kaila merasa senang karena sudah mulai bisa mengeja. Mereka melanjutkan ejaannya.

"Ibu." sambung Keyla dan Kaila.

"A.Y.A.Yah." ejanya.

"Ayah." Keyla dan Kaila menjeda ejaannya kemudian menyambung nya. Keyla dan Kaila terdiam ketika berhasil mengeja kata Ayah.

"Abang. Teman-teman Keyla sama Kaila suka di antar Ayahnya kalau main. Mereka suka di beliin mainan sama Ayahnya. Ayah nya Keyla sama Kaila kemana Abang?, kenapa Ayah ga pernah ke rumah kita?, Ayahnya temen-temen tinggal sama-sama di rumah mereka. Kenapa Ayah kita ga Abang?," tanya Keyla kepada Acleo penasaran.

Acleo hanya terdiam dan menunduk mendengar pertanyaan dari kedua adik kembarnya yang belum mengerti apapun. Ia tidak tau harus menjawab dengan cara apa. Jika ia jelaskan kepada mereka, belum tentu mereka bisa paham dan mengerti.

Mereka belum pernah merasakan figur seorang Ayah. Berbeda dengan Acleo, ia pernah merasakan figur seorang Ayah walau tidak sampai ia tumbuh dewasa. Acleo selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kedua adiknya. Ia tidak ingin kedua adiknya merasa sedih ataupun merasa kurang kasih sayang dari keluarganya.

"Ayah itu lagi kerja. Kerjanya jauh." Acleo merasa kecewa pada dirinya sendiri karena harus berkata bohong kepada kedua adiknya. Namun, kedua adiknya masih sangat kecil. Mereka belum paham dan mengerti. Akan ada suatu saat yang tepat nanti untuk Acleo mengatakan yang sebenarnya kepada Keyla dan Kaila.

Keyla dan Kaila sudah mulai bosan membaca. Mereka hanya membolak balikan halaman buku. Mereka membuka halaman terakhir buku. Terdapat banyak sekali coret-coretan pena. Coret-coretan itu adalah milik Acleo. Acleo suka sekali mencoret-coret bagian belakang buku ketika ia sudah mulai bosan.

Acleo belajar membaca bersama dengan Ayah. Banyak sekali kenangan tentang Ayah di buku ini. Walau buku ini sudah tua dan sudah terlihat kucel dan menguning. Namun kenangan yang terdapat di buku ini tidak luntur ataupun terlupakan sama sekali.

Acleo tidak tau apakah Ayahnya masih ada di dunia ini atau tidak. Mendapat kabar dari Ayahnya saja ia tidak pernah. Ia berharap bahwa Ayahnya masih ada di dunia ini dan dalam keadaan baik-baik saja. Jika ia sudah sukses ia ingin mencari Ayahnya dan memeluknya erat, tidak peduli kesalahan apa yang Ayahnya buat kepada keluarganya. Apapun dosa yang ia buat, ia tetaplah seorang Ayah bagi Acleo.

Bunda sudah ingin berbicara dengan Acleo. Acleo sangat merasa senang karena peri pelindungnya sudah kembali. Bunda sudah tidak terdiam dan tidak mempedulikan Acleo lagi. Bunda sudah kembali menjadi Bunda yang Acleo sayangi.

Bunda menghampiri Acleo dan Keyla Kaila yang sedang asyik belajar membaca.

"Bunda. Bunda Ayah kok kerjanya lama banget ga mau pulang-pulang." Keyla dan Kaila masih tidak yakin dan bertanya kepada Bunda.

"Iya. Ayah kerjanya jauh. Nanti Ayah pulang. Cuma ga tau kapan." Bunda mencoba meyakinkan Keyla dan Kaila.

"Berarti. Nanti Keyla sama Kaila bisa di anter sama Ayah ke taman main ya Bun?, nanti Keyla sama Kaila bisa peluk sama beli mainan yang banyak sama Ayah ya." Keyla dan Kaila merasa senang mendengar bahwa Ayah nya sedang bekerja jauh dan akan pulang.

"Iya. Bisa." jawab Bunda tersenyum.

"Keyla sama Kaila tidur siang ya nak. Cape kan belajar membacanya. Udah pinter baca ya anak-anak Bunda." pinta Bunda menyuruh Keyla dan Kaila untuk tidur siang.

Keyla dan Kaila hanya mengangguk paham. Mereka langsung menutup buku dan segera tidur dengan buku membaca yang mereka letakkan tidak jauh dari mereka.

Keyla dan Kaila sangat senang dengan buku membaca. Walau bentuknya sudah tidak layak. Mereka senang karena buku itu adalah buku yang di berikan oleh Ayah. Keyla dan Kaila tidak pernah mendapatkan apapun dari Ayah. Sehingga mereka sangat senang dengan apapun yang bersangkutan dengan Ayah.

Acleo dan Bunda duduk di teras depan rumah mereka. Bunda membawa sebuah album photo. Terdapat banyak sekali photo-photo Acleo dengan Ayah saat masa kecilnya dulu. Terlihat senyuman bahagia Acleo dan Ayah di photo masa kecilnya.

Photo yang berwarna hitam putih. Yang menyimpan kenangan-kenangan dan memori yang indah.

Namun, tidak ada satupun photo ketika Acleo, Ayah, dan Bunda photo bersama. Tidak ada satupun photo Bunda di sana. Bunda bilang kalau Bunda tidak suka di potret, ia lebih suka memotret orang lain dari pada memotret dirinya sendiri.Bunda adalah juru potret di semua photo-photo Ayah dan Acleo dulu.

"Bunda. Sampai kapan kita harus bohongi Keyla sama Kaila terus. Kasian mereka." kata Acleo.

"Mereka masih sangat kecil buat paham semua ini nak. Akan ada kok suatu saat yang tepat buat kita kasih tau mereka." ujar Bunda tersenyum.

Acleo ikut tersenyum ketika melihat Bunda tersenyum. Ia merasa sangat bangga kepada Bunda karena Bunda sangat kuat bisa bertahan sampai sekarang ini. Jika ia menjadi Bunda mungkin ia sudah menyerah. Acleo tau Bunda tersenyum bukan berarti Bunda melupakan masalah nya. Tetapi Bunda hanya mencoba untuk menutupi nya.

"Bersabar aja ya nak. Pasti ada jalan keluarnya kok. Terus berdoa sama Allah minta kemudahan. Pasti Allah bakal bantu Acleo." pesan Bunda kepada Acleo sambil mengusap punggung anaknya itu.

"Ini nih. Punggung yang kuat menahan segala rasa sedih, kecewa. Anak Bunda memang hebat." Bunda tersenyum bangga melihat Acleo yang sudah kuat tumbuh kembang tanpa seorang Ayah.

"Leo ga kuat kalau ga ada Bunda yang selalu support Leo." sambung Acleo.

                          *****

For Ayah.
From: Leo,

anak laki-laki yang kau tinggalkan ketika belum mengerti arti sebuah perpisahan kini sudah menjadi anak laki-laki yang sudah bertumbuh menjadi anak laki-laki yang dewasa. Yang dewasa tanpa figurmu Ayah.

Ayah. Sekarang Leo sudah besar. Anak laki-laki yang dulu Ayah ajari membaca kini sudah tumbuh dewasa tanpa hadirmu di sisinya. Dan anak yang kau tinggalkan sejak dalam kandungan kini sudah menjadi gadis kembar yang sangat cantik. Yang tumbuh tanpa sosok seorang Ayah sama sekali.

Ayah. Di manapun engkau berada. Sehat-sehat selalu ya. Jaga kesehatan mu. Aku harap Ayah baik-baik saja. Dan selalu bahagia bersama sebuah keluarga baru yang Ayah jalani sekarang.

Acleo tulis ini buat Ayah, dan tulisan ini hanya Acleo simpan di kamar Acleo. Acleo berharap Ayah bisa baca tulisan Acleo ini, secara langsung, Acleo yang kasih Ayah tulisan ini langsung, dan Ayah baca di hadapan Leo. Seperti Leo yang dulu membacakan sebuah puisi yang Acleo buat untuk Ayah saat masih bersekolah di taman kanak-kanak.

                 _ Love Acleo

ACLEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang