17. Gurindam

8 5 0
                                    

Hari ini, awal mula mereka bermain dengan teman baru mereka Jarren. Yang lalu Acleo dan Edgar hanya berdua, namun kali ini mereka menemukan sosok teman baru di antara mereka, yang sangat baik, dan ramah.

Mermaid atau putra duyung nama khusus yang di berikan oleh Acleo dan Edgar kepada Jarren. Jarren sangat tidak mempermasalahkan nama khusus yang di berikan Acleo dan Edgar kepada dirinya. Justru ia senang dengan nama panggilan khusus tersebut.

Mereka bertiga sedang duduk di pinggir pantai. Menikmati keindahan pantai yang sejuk.

"Mau sekolah ga nanti duyung?," tanya Edgar.

"Apa nanti aku harus balik ke SD?," tanya Jarren balik.

"Kamu putus sekolah saat masih SD Ren?," sambung Acleo.

"Iya, dulu pas SD kelas 4. Aku dan keluargaku dulu sering sekali berkunjung ke pantai ini. Hampir setiap hari libur kami kemari. Saat itu aku sedang berenang di pantai ini , sementara ibu dan ayahku sedang berbincang di pinggir pantai. Aku hanya berenang sendiri dengan pengunjung pantai yang lain yang sedang berenang juga. Kala itu cuaca memang tidak memungkinkan, angin bertiup sangat kencang sehingga membuat ombak sangat deras. Ombak menyeret ku dan membuat aku tidak bisa di temukan oleh Ayah Ibuku. Sampai aku di temukan oleh seorang kakek-kakek yang merawatku di pulau kecil itu. 1 tahun yang lalu, kakek yang merawatku meninggal karena penyakit dan meninggalkan ku. Sehingga membuat ku kesepian dan mencoba untuk berenang di pantai ini kembali. Dan sampailah aku bertemu kalian yang mau menerima ku walau hanya dengan pertemuan yang sangat singkat." Jarren menceritakan hal yang terjadi kepada Acleo dan Edgar tentang hal yang dialami oleh dirinya, sebelum ia bertemu dengan Acleo dan Edgar.

Acleo dapat merasakan sakit yang di rasakan oleh Jarren selama ini. Senyuman yang terukir di wajah Jarren membuat Acleo merasa sakit.

"Jadi, kamu belum pernah ketemu sama orang tua kamu sampai sekarang?," tanya Edgar menoleh ke arah Jarren yang sedang memainkan pasir pantai.

"Belum." jawab Jarren menundukkan kepalanya.

Acleo yang melihat Jarren menundukkan kepalanya seperti menahan air matanya langsung bergegas memeluk Jarren dari samping, ia mencoba menenangkan nya dan menepuk-nepuk lembut punggung Jarren. "Semangat. Kamu kuat, kamu hebat udah bisa bertahan sampai sini." Acleo memberikan motivasi kepada Jarren, dan mencoba untuk menenangkan nya.

Mereka bertiga saling bercerita satu sama lain tentang kehidupan mereka. Tentang latar keluarga mereka yang berbeda-beda. Acleo dengan keluarga nya yang terpisah. Jarren dengan yang tinggalkan kedua orang tuanya sejak kecil. Edgar dengan kedua orang tuanya yang masih utuh dan lengkap namun selalu saja ada masalah di keluarga nya.

Keluarga mereka memang tidak ada yang sempurna. Tidak ada yang memiliki keluarga cemara. Setiap latar belakang keluarga mereka tidaklah indah. Selalu saja ada masalah. Namun mereka selalu berusaha untuk tetap saling melengkapi satu sama lain.

                          *****

Hari demi hari, Acleo berhasil membuat sosok Jarren menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Acleo mengajari Jarren tentang pelajaran-pelajaran yang tidak ia bisa dapatkan di sekolah. Acleo mengajarkan Jarren untuk mengaji membaca ayat suci Al-Qur'an.

Setiap pagi setelah menunaikan salat Tahajud dan saat malam sebelum tidur, lantunan ayat suci Al-Qur'an selalu terdengar dari Acleo dan Jarren.

Jarren yang sebelumnya terbata-bata dalam membaca Ayat suci Al-Qur'an,namun kini ia sudah fasih dan sangat baik dalam melafalkan nya.

Acleo menjadi seorang guru dalam kehidupan Jarren. Seperti cita-cita yang Acleo impikan, menjadi seorang guru. Apabila suatu saat nanti cita-cita nya tidak dapat tercapai. Namun ia bangga karena telah menjadi guru dalam kehidupan seorang Jarren.

"Kenapa ga jadi guru aja Le, cocok kamu jadi guru." seru Jarren sembari menutup Al-Qur'an yang baru selesai ia baca dan meletakkannya di atas meja,kemudian duduk kembali di samping Acleo.

"Pingin nya si iya. Tapi ya kita ga ada yang tau, semuanya udah Allah yang atur Ren. Inna sholati wanusuki wamayahya wamamati lillahirobbil alamin, aja Ren." ucap Acleo tersenyum dan menepuk pundak Jarren.

Acleo menjeda ucapannya. Kemudian kembali bertanya kepada Jarren. "Kalau kamu cita-cita nya apa Ren?,"

"Ga ada." jawab Jarren santai.

"Kenapa ga ada?," Acleo menoleh ke arah Jarren dan mengerutkan dahinya.

"Orang tua aku ga setuju sama cita-cita aku Le. Aku pengen jadi peselancar karena aku suka air. Tapi orang tuaku ga mendukung apa yang aku cita-citakan. Mereka ingin aku menjadi seorang polisi. Sementara aku tidak tertarik dalam hal itu." Jarren menjelaskan kepada Acleo alasan mengapa ia bilang bahwa ia tidak memiliki cita-cita.

"Kamu ga salah Ren. Orang tua kamu juga ga salah. Pasti ada alasan nya orang tua kamu ngelarang kamu buat jadi seorang peselancar. Orang tua kamu sayang sama kamu. Mereka khawatir saat kamu menjadi peselancar maka nyawalah taruhannya. Jadi peselancar itu taruhannya nyawa Ren. Kalau ga konsen aja ya keseret ombak. Sama kayak apa yang pernah kamu alami. Orang tua itu tau yang terbaik buat anaknya kok Ren. Ga mungkin mereka melarang kamu tanpa ada sebabnya. Semangat ya. Jangan ga yakin kalau kamu ga bisa gapai cita-cita kamu." ucap Acleo memberi sebuah kalimat penyemangat untuk Jarren.

Jarren tak kuasa menahan air matanya mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Acleo yang sangat menyentuh dirinya.

"Tapi Le. Aku ijazah SD aja ga punya. Gimana mau keterima untuk bekerja?, di pulau kecil itu saja dulu aku hanya belajar menganyam bambu yang di jadikan sebuah barang dan di jual untuk mendapatkan uang, untuk kehidupan sehari-hariku." Jarren membalas menoleh ke arah Acleo.

"Orang sukses ga harus lulusan sarjanah Ren. Ga harus sekolah yang tinggi. Allah yang udah atur. Yang penting kita berjuang, berusaha dan berdoa." Acleo tidak bosannya mengucapkan semangat untuk Jarren. Jarren langsung memeluk Acleo dan dari samping sebagai ucapan terimakasih karena selalu menjadi support system untuk dirinya.

Malam itu adalah malam dimana seorang Acleo merasa bahwa dirinya berarti karena dapat membantu seorang. Dan Jarren yang mendapatkan arah hidupnya kembali.

ACLEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang