VION VIORE
Ciel mengetuk pintu kamarku sambil berteriak pagi-pagi sekali. Ia membawa beberapa stel pakaian dan sepatu miliknya, serta menenteng paperbag berisi perlengkapan lainnya. Ia memaksaku untuk mengenakan salah satu pakaian miliknya, menggunakan parfum, dan merapikan rambut dengan gel. Ia memintaku agar duduk di depan cermin dan membiarkannya mendandaniku.
"Kau seperti anak perempuan yang sedang bermain boneka," gerutuku melihatnya mengusap tipis-tipis bedak dan menyisir rambutku.
"Kau jauh lebih tampan jika menurut padaku sekarang," kata Ciel.
"Kali ini apa lagi? Kau akan menyeretku ke pesta itu?" tanyaku membahas pesta yang digelar untuk menyambut acara perjodohan Raja Reich.
Ciel tersenyum menyeringai.
Ciel sudah mengatakan segalanya pada Ivan untuk membawaku ke Istana Utama. Ivan mengizinkannya, tapi aku takut ia akan memotong gajiku atau memecatku jika hal seperti ini terjadi terus-menerus.
Aku diseret ke dalam dunia dongeng sejak memasuki gerbang Istana Utama sampai masuk ke dalam ballroom pesta. Katanya, Reich sedang berada di singgasana untuk menyambut keluarga sang putri, jadi dia akan menyusul ke ballroom beberapa menit kemudian bersama dengan sang putri dan keluarganya.
Sudah kuduga, pesta para bangsawan akan berakhir membosankan. Selain karena hidangan yang lezat, orang-orang terlihat menikmati pesta ini dengan setengah hati. Mereka semua berusaha tersenyum ramah dan berakting. Jika Ciel tidak mengajakku, mungkin ia akan terjebak dalam situasi yang memaksanya untuk tersenyum palsu dan berbicara lembut. Berterimakasihlah padaku, Ciel.
Ciel membawaku untuk menemui Reich dan saat itu juga aku bertemu dengan Putri Amore. Aku berkenalan dengannya. Ia sangat cantik dan anggun seperti dugaanku. Sayang sekali, mungkin ini adalah yang pertama dan terakhir aku bisa melihatnya. Kudengar putri cantik yang berasal dari keluarga Lucas ini akan dijodohkan dengan Reich. Namun, dari percakapan mereka, sepertinya keduanya tidak suka dengan perjodohan ini.
Reich pun melantur hingga membuat sang putri pergi dengan raut wajah kecewa.
Aku baru saja akan pergi, berpikir inilah saat yang tepat untuk melarikan diri dari pesta membosankan ini. Tetapi, Lucas menghalangiku. Ia diikuti oleh seorang pejabat lainnya yang lebih muda. Awalan yang penuh basa-basi saat kulihat ia berbicara dengan Reich menggunakan kalimat yang tidak sopan. Setelah Reich pergi bersama Jay, Lucas dan rekannya menghampiriku.
"Ini Rigel. Malam ini, ia akan pergi bersamaku. Jadi, tolong siapkan tiga ekor kuda," kata Tuan Lucas memperkenalkan rekannya sekaligus memerintahkanku menyiapkan kuda lagi.
"Baik, Tuan."
"Luangkan waktumu, karena kita akan pergi bertiga."
"Dengan saya?"
"Ya, kau harus tahu apa yang kusebut dengan bersih-bersih."
Aku berlari tergopoh-gopoh menuju istal. Jantungku berdebar seolah merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Aku harus segera memastikan siapakah Lucas sebenarnya. Tak kusangka di tengah perjalanan, aku bertemu dengan Ciel dan Putri Amore. Baiklah, yang tadi bukan yang terakhir kalinya aku bisa melihat wajah cantik sang putri.
"Ciel," panggilku.
"Hei, kenapa kau di sini? Aku ingin kau menungguku di sana," ujar Ciel sambil mengantongi sapu tangan yang baru saja dikembalikan oleh Putri Amore.
"Kau tidak mengatakan apapun saat keluar dari ballroom. Mana kutahu kalau kau menyuruhku menunggu," kataku.
Ciel menggaruk tengkuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Story of King's Diary (SUDAH TERBIT)
FanfictionViore adalah bangsa terkuat di Armeeya yang telah mempertahankan warisan sihir dari leluhurnya. Vion kehilangan segalanya saat keluarganya, Viore, dibantai habis pada malam itu. Bersyukur ia diselamatkan. Paman Veloz yang merawatnya selama sepuluh t...