MAGIC SHOP

187 22 7
                                    

VION VIORE


Aku membawa gulungan perban dan obat merah ke kamar Reich. Niat baikku adalah ingin membantu mengganti perban setelah mengoleskan obat pada lukanya. Namun, pintu kamar itu terbuka sedikit dan aku hanya berdiri di depannya setelah melihat ada orang lain selain Reich di dalam sana.

Putri Amore dan Reich duduk bersebelahan menghadap ke jendela dan cahaya bulan yang menembus masuk membuatnya keduanya terlihat seperti sepasang merpati bagiku. Kulihat Reich menyentuh rambut panjang gadis cantik itu sambil menatapnya lekat.

"Putri, izinkan aku terus melakukan ini saat aku ingin," ucap Reich terdengar cukup jelas di telingaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Putri, izinkan aku terus melakukan ini saat aku ingin," ucap Reich terdengar cukup jelas di telingaku.

"Ada apa denganmu, Reich? Kau baik-baik saja?" tanya Putri Amore mungkin heran dengan sikap Reich padanya.

"Bisakah aku meminta hanya kamu yang merawat lukaku?"

"Dibanding aku, V dapat melakukannya lebih baik."

"Maksudku tolong oleskan obat dan ganti perbannya. V tidak akan keberatan," kata Reich tersenyum amat lembut.

Aku ingat jelas tulisan Reich dalam buku harian yang mengaku telah jatuh cinta pada gadis itu. Entah kenapa dadaku sesak karenanya, aku juga mencintai gadis itu. Tapi, ini bukan dongeng. Sihirku tidak bisa membuat permadani terbang untuk menculik gadis itu. Sihirku tidak bisa membuat sepatu kaca dan kereta kuda untuk gadis itu. Sedangkan kenyataan dapat membuat sang putri menjadi ratu yang mendampingi Reich. Itu takdir mereka.

Aku beranjak dari sana, tak mau mendengar lebih banyak hal yang dapat menyakiti perasaanku. Jadi kuputuskan untuk mengambil buku harian Reich di sanggurdi kuda dan duduk di teras menghadap ke bulan purnama yang terang benderang.

Aku V, yang akan menggantikan Reich menulis di buku ini. 

Kami membuat kekacauan di persidangan Reich dan berhasil kabur. Saat makan malam bersama, aku sadar wajah bahagia mereka adalah wajah yang sangat kurindukan.

Dan adikku...

Aku tidak gagal menyelamatkan nyawanya. Ia masih hidup karena sihir terlarang. Aku sama sekali tidak menyesal meski bayaran atas sihir itu masih belum lunas.

"Jadi, dia adikmu?" sahut Ciel yang tiba-tiba muncul, sepertinya sudah berdiri di belakangku sejak tadi dan mengintip tulisanku.

"Namanya Sylva," ucapku. "Aurum adalah nama yang diberikan Levi padanya."

"V, apa yang mengganggu pikiranmu? Kenapa kau menyendiri? Kau cukup bicara dengan adikmu jika ingin kembali seperti dahulu. Atau kau sedang punya masalah lain?" tanya Ciel lalu duduk di sampingku.

Aku hanya tersenyum padanya. Masalahku banyak, bukan hanya tentang Sylva, tapi juga tentang cinta segitiga. Tidak mungkin aku jujur soal perasaanku pada Amore. Aku telah melakukan kesalahan besar karena berani mencintai tunangan seorang raja. 

Behind The Story of King's Diary (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang