OUTRO : EGO

179 22 9
                                    

CIEL SAGEZZA

Aku masih melihat ketenangan di istana meskipun Reich sedang dalam bahaya. Hanya sebagian kecil orang yang peduli dengan hilangnya Reich dari kursi tahta. Sebagian orang berpikir Reich telah diamankan oleh Jay, tapi kebanyakan dari mereka mempercayai rumor yang dibuat oleh Lucas. Rumor palsu tentang Reich yang mengkhianati negara karena bekerjasama dengan Viore itu tersebar cepat sekali, terutama di lingkungan istana.

Jay mungkin akan dikenal sebagai pahlawan undercover yang membantu Lucas menangkap Raja pengkhianat. Rigel pun sama, pahlawan kesiangan yang berani menumpulkan hukum demi kekuasaan. Sedangkan Lucas dipuja-puja sebagai pemimpin gerakan revolusioner. Aku muak sekali mendengar kebohongan-kebohongan itu.

Hari sebelum persidangan Reich.

Aku pulang ke rumahku, paviliun kami. Aku pikir Ayah akan menyambutku dengan ramah seperti Ibu yang tersenyum sangat melihatku kembali. Nyatanya, ayah duduk tanpa menoleh saat aku masuk ke dalam ruangannya. Ayah yang menyandang status sebagai paman Raja ini rupanya tidak menyetujui perbuatan kami yang melawan Lucas.

"Kau masih punya muka untuk menampakkan diri di depanku?" tanya Ayah saat aku mendekat.

"Aku tidak melakukan kesalahan apapun. Kenapa Ayah berkata seperti itu?" balasku masih dengan suara lembut.

"Kau memutuskan untuk mengikuti jalan yang sepupumu ambil. Reich tidak lebih dari seorang penjahat sekarang."

"Kuharap Ayah kembali sebelum tersesat," balasku lalu meneguk secangkir teh yang disediakan pelayan.

"Kau yang memasukkan bocah Viore itu ke istana. Kau juga yang menutupi identitas aslinya. Apa yang sebenarnya kau pikirkan?"

Aku menghela napas, kesal saat Ayah menyebut sahabatku dengan istilah "bocah Viore". Aku meneguk habis tehku dan meletakkan cangkirnya dengan kasar di atas meja. Ayah menatapku marah seolah heran karena anak baik sepertiku bisa membangkang juga.

"Anak itu bukan penjahat. Ayah pikir Vion akan melakukan kudeta atas nama Viore? Vion hanya sendirian, Ayah."

"Kau ingat nasihat ayah? Inilah akibatnya karena kau bergaul terlalu dekat dengan Levi. Kau turut membela Viore," kata Ayah benar-benar menghilangkan sebagian besar kesabaranku.

Aku pun berdiri, memberikan tatapan kecewa pada Ayah. Inikah perasaan Levi saat Raja Fortis membuangnya? Kupikir, Ayah sedang membuangku. Ayah tidak memahami apa yang Reich perjuangkan. Ayah bahkan tidak tahu jika Raja Fortis sebenarnya menyesal telah mengambil jalan yang salah.

"Rupanya akan lebih baik jika aku tidak kembali ke rumah," kataku lalu membungkuk hormat dan melenggang pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rupanya akan lebih baik jika aku tidak kembali ke rumah," kataku lalu membungkuk hormat dan melenggang pergi.

Ibu menghampiriku. Raut wajahnya sedih saat melihatku keluar dari ruangan Ayah dengan wajah memerah. Ibu mengutarakan isi hatinya sambil menangis. Ia ingin aku menyadari kesalahanku dan menyampaikan maaf kepada Lucas agar tidak menerima hukuman sebagai pembelot. Ibu ingin aku menurunkan ego dan berpikir jernih.

Behind The Story of King's Diary (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang