LEVI MELLIO
Aku tidak suka basa-basi. Hari ini, aku menghabisi seorang veteran dengan cepat. Sesungguhnya aku kesal saat tahu mayat-mayat yang kami bunuh tiba-tiba hilang dalam sekejap malam. Aku merasa seperti melakukan sesuatu tanpa arah.
Tapi, aku puas Jean mati di tanganku karena ia adalah salah seorang prajurit yang menghancurkan seluruh hidupku.
Aku hendak pulang ke rumah, namun langkahku terhenti saat melihat Lucas sedang menunggang kudanya. Aku mengikutinya dan melakukan teknik spionase. Teknik ini adalah teknik yang dikembangkan untuk menghemat energi dan waktu. Aku mempelajarinya beberapa waktu yang lalu.
Dari sini, aku bisa melihat kemana Lucas pergi. Ia berkeliling, kurasa ia hendak mencari mayat-mayat yang baru saja kami bunuh. Dia melakukannya agar esok hari tidak ada lagi jejak penyerangan. Informasi itu pun tidak akan sampai ke telinga Raja. Jasad Jean juga tiba-tiba hilang esok harinya dan beruntung sekali hujan telah menghapus jejak darah dan aroma amisnya.
Lucas menemukan orang yang baru saja kubunuh barusan. Ia mengangkut tubuh orang itu dengan susah payah, kemudian melapisinya dengan mantel yang ia bawa di sanggurdi kuda. Ia menggali tanah, memasukkan jasad itu ke dalam, lalu menguburnya dengan sempurna.
Dan terjadi lagi di hari berikutnya.
Aku mengikutinya lagi. Lucas menemukan jasad yang baru saja dibunuh Aurum petang tadi. Aku tertawa pelan, entah kenapa. Kalau saja aku sudah gila, mungkin aku akan memergokinya dan membunuhnya sekarang juga. Namun, aku ingin lihat seberapa jauh usaha gilanya itu.
Kurasa Raja Reich sudah dikendalikan oleh Lucas. Ia pun tidak bisa dipercaya akan mengambil tindakan yang tepat jika mengetahui alasanku melakukan semua ini. Aku cukup mengerti, Raja hanyalah simbol yang harus menuruti mayoritas dan kelaziman di pemerintahan. Jadi, tak heran jika Raja selalu dikendalikan oleh kubu-kubu yang ingin berkuasa.
Aku pulang dan melihat Aurum dan Genio telah tertidur di sofa. Genio tertidur saat sedang membaca buku. Kacamatanya masih terpasang dan bukunya hampir jatuh. Aku melepaskan kacamata Genio dan meletakkannya di meja. Aku pun meraih bukunya dan melihat-lihat isinya sekilas.
MENGAPA VIORE HARUS DIMUSNAHKAN
Judul buku itu membuatku bergidik ngeri. Nampaknya, Genio sudah mengerucutkan asumsinya tentang pembantaian Viore. Aku tidak ingin ia memandang para prajurit sebatas dari sejarah yang tertulis di buku-buku yang beredar di masyarakat. Oh, ayolah. Kau tidak boleh melihatnya dari sudut pandang itu, Genio.
Aku meletakkan buku itu, lalu mengambil sekaleng minuman dingin dan meneguknya. Aku tak berniat membaca buku itu, jadi kutinggalkan begitu saja di sudut meja. Aku menelusuri meja kerja Genio yang penuh dengan kertas dan buku. Selembar kertas penuh dengan coretan nama yang dilingkari membuatku terdiam.
Vion Viore yang dilingkari spidol merah. Lalu Veloz, Pangeran Ciel, dan Clarus Jay yang digarisbawahi.
"Apa yang Genio dapatkan?" pikirku.
Vion Viore...
Aku terkekeh menyebut nama itu. Apa yang anak itu rencanakan?
Ah, aku lelah. Belakangan ini aku kekurangan waktu tidurku. Aku berjanji akan tidur siang selama dua hari ke depan, walau masih banyak yang mengganggu pikiranku.
Lucas...
Aku dan Lucas memang ditakdirkan untuk selalu bertentangan. Namun Lucas punya banyak kekuatan dan aku selalu menjadi pihak yang kalah. Selain Raja Fortis yang kubenci itu, Lucas adalah orang dibalik semua kisah yang ditorehkan begitu saja atas nama Raja Fortis. Raja kejam itu tak lebih kejam daripada orang kepercayaannya. Bahkan dengan bodohnya, sang raja memilih dan menjebak Reich dalam masalah kecil yang tak sengaja dilakukannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Story of King's Diary (SUDAH TERBIT)
Fiksi PenggemarViore adalah bangsa terkuat di Armeeya yang telah mempertahankan warisan sihir dari leluhurnya. Vion kehilangan segalanya saat keluarganya, Viore, dibantai habis pada malam itu. Bersyukur ia diselamatkan. Paman Veloz yang merawatnya selama sepuluh t...