VION VIORE
Lain kali, ayo kita makan es krim bersama lagi...
Kakak akan beli dua, satu untukmu dan satu untuk Kakak...
...
Aku ingat betul semua tentang dirinya, dan ia benar-benar ada di depan mataku sekarang. Hatiku sakit saat melihat ada banyak sekali luka di tubuhnya. Aku tahu ia merasa kesakitan seorang diri selama ini. Ia harus menanggung dendam dan tumbuh dalam kebencian.
Aku bodoh sekali sampai tidak menyadarinya saat pertama kali bertemu. Lalu malam itu, saat aku ikut dengan Lucas untuk bersih-bersih, aku tidak ingat apa-apa padahal ia berada sangat dekat denganku. Aku hanya menatapnya saat ia ketakutan dan meminta pertolonganku. Aku hanya memberikannya mantel dan meninggalkannya di gubuk pagi-pagi sekali.
Kakak macam apa aku ini?
"Sylva, maafkan kakak," ucapku membuatnya berhenti.
Apakah aku pantas mengucapkan maaf?
...
Hari sudah gelap. Lampu belum dinyalakan, jadi hanya ada cahaya bulan yang menembus ke dalam gedung melalui jendela kaca. Sementara itu, kain-kain tirai yang tipis tertiup angin seiring kesunyian yang menerpa kami.
Aku berdiri kepayahan, lalu berlari dan memeluk adikku erat dari belakang. Ia menegang dan terpaku di tempatnya. Kini, aku dapat merasakan detak jantung adikku di kedua tanganku. Saat itulah, aku baru yakin ia masih hidup sampai sekarang.
"Lepaskan aku," lirihnya pelan.
Aku malah memeluknya semakin erat, tak peduli kalau-kalau ia tidak nyaman. Aku tidak akan melepaskannya lagi. Aku tidak mau kehilangan ia lagi.
"V, lepaskan aku! Kau bukan kakakku!!" teriaknya lalu melepaskan pelukanku dan mendorongku dengan kuat hingga aku tersungkur.
Aku tahu dirinya amat terluka, hidup dengan susah payah memikul luka dan dendam. Aku ingin memeluknya lagi, menyalurkan kehangatan dan ketenangan. Namun, aku cukup paham untuk tidak mengganggunya.
"Kalau kau memang kakakku, kenapa kau baru muncul sekarang?"
"Aku hanya..., aku selalu terlambat, Sylva," jawabku.
"Jangan panggil nama itu!" teriaknya gusar.
Aku hanya membalas tatapan tajamnya dengan sedih. Jujur, aku tidak pernah sekalipun berniat pergi dan melupakannya. Aku hanya terlambat dan mengulangi kesalahan yang sama.
"Kau hanya menyelamatkan dirimu dan meninggalkanku di sana malam itu. Kakak lupa membawaku pergi. Kakak hanya menyuruhku lari dan mencari perlindungan. Lalu Kakak menghilang dan tidak kembali lagi!!" katanya dengan nada tinggi penuh kesedihan, melupkan apa yang ia rasakan pada malam saat aku meninggalkannya di tengah penyerangan Desa Viore. "Kakak mati di sana! Kupikir kakak sudah mati karena tidak pernah kembali!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Story of King's Diary (SUDAH TERBIT)
Fiksi PenggemarViore adalah bangsa terkuat di Armeeya yang telah mempertahankan warisan sihir dari leluhurnya. Vion kehilangan segalanya saat keluarganya, Viore, dibantai habis pada malam itu. Bersyukur ia diselamatkan. Paman Veloz yang merawatnya selama sepuluh t...